Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Mardiani
Abstrak :

ABSTRAK
Artefak batu banyak ditemukan dalam situs-situs prasejarah di Indonesia. Artefak ini terdiri dari berbagai jenis dalam kategori alat masif dan alat serpih-bilah. Pada penelitian ini, kategori artefak batu difokuskan pada alat serpih-bilah yang ditemukan dari hasil ekskavasi oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) di situs gua Song Keplek di daerah Punung, Pacitan, Jawa Timur.

Alat serpih-bilah umumnya memiliki teknologi yang hampir sama dengan alat batu masif. Perbedaannya adalah pada teknologinya, yaitu teknik pemangkasan pada alat batu masif dan teknik penyerpihan pada alat serpih-bilah. Tahapan teknologi alat batu terdiri dari perolehan bahan (dengan cara penyiapan dan pengolahan bahan), pembentukan bahan, dan penyempurnaan atau penghalusan alat.

Teknologi yang diuraikan merupakan teknologi umum yang berkembang untuk serpih-bilah. Teknologi ini tentunya berkembang pada pembuatan alat yang dapat menjadi suatu kegiatan penghasil alat, yaitu indusrtri alat batu. Berkaitan dengan perolehan bahan, suatu industri alat batu memerlukan keberadaan sumberdaya batuan. Sumberdaya batuan itu terdapat di lingkungan, dan untuk mendapatkannya, manusia memiliki pengetahuan dalam memilih bahan batuan yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini memicu munculnya permasalahan pemanfaatan sumberdaya batuan sebagai alat batu di situs ini dengan tujuan untuk mengetahui kaitan antara teknologi dengan sumber bahan agar dapat menjawab perilaku manusia di situs dalam memanfaatkan lingkungan alam, khususnya sumberdaya batuan.

Tujuan penelitian di atas dicoba dicapai dengan menganalisis khusus (specific analysis) terhadap temuan serpih-bilah di Situs Song Keplek, termasuk dengan pengujian petrografi dari serpih yang ditemukan. Analisis kontekstual (contextual analysis) dilakukan terhadap lingkungan situs yang diduga sebagai sumber bahan. Pada penelitian ini juga dilakukan survei pemukaan terhadap beberapa situs sumber.

Tujuan penelitian ini dapat dicapai dan kesimpulan yang dapat diambil adalah: (1) tahap pengerjaan alat batu Situs Song Keplek telah mencapai tahap penyempurnaan alat, (2) Sumber bahan batuan terdapat di lingkungan sekitar situs, dengan 3 kelompok radius daerah perolehan sumber, semakin dekat jarak sumber ke situs, maka semakin besar kemungkinannya sumber itu dimanfaatkan, dan sebaliknya (3) Proses perjalanan alat batu dari bahan hingga alat adalah merupakan hasil seleksi terhadap bahan di dalam teknologi pembuatannya.
1998
S11564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Astuti
Abstrak :
Studi Keankaragaman Hayati Di Situs Song Keplek Punung Pegunungan Sewu, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur Pasca Sarjana Biologi-FMIPAUI,2000 Penelitian fosil polen dan spora di Danau Wuyang Warak dan Kerta Gebang Kawasan karst Pegunungan Sewu, Jawa Timur, dilakukan pada 3 periode, yaitu : 20 - 23 Desember 1997, 26 28 April 1998, dan tanggal 7 - 8 Maret 1999. Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan teknik pengeboran sampai kedalaman ± 6 m. Di setiap lokasi diambil masing-masing dua contoh tanah. Pengamatan polen dan spora menggunakan mikroskop binokuler transmisi merek Leits dengan perbesaran 1.250 kali. Determinasi dilakukan pada foto polen menggunakan buku- buku acuan ; Erdtman (1943 & 1986), Hyde & Adams (1958), Kapp (1969), Huang (1972), Moore & Webb (1978), Morley (1977), Murillo & Bless (1978) dan foto-foto koleksi laboratorium eksploitasi LEMIGAS, Jakarta serta preparat dan slide yang telah teridentifikasi. Hasil identifikasi fosil polen dan spora mengindikasikan bahwa di daerah penelitian pernah menjadi habitat bagi tumbuhan mangrove, back mangrove, hutan rawa air tawar, hutan hujan pegunungan bawah, hutan hujan pegunungan atas dan bawah, serta riparian. Masyarakat di kawasan karst Kecamatan Punung Pegunungan Sewu mengupas lapisan kapur pada lahan yang datar dan setengah miring untuk dijadikan sawah dan kebun serta menanam jenis tanaman yang dianggap mempunyai nilai ekonomi tinggi tanpa mernperdulikan kemampuan medium tumbuh. Pola eksploitasi pertanian tradisional yang ada yaitu pola pertanian di Pulau Jawa yang intensif dan pola di luar Pulau Jawa dengan cara tebas bakar dan masa kosong. Pola pertanian di kawasan karst Pegunungan Sewu berkembang akibat adanya pertambahan penduduk, pemekaran pemukiman dan daerah pertanian yang menggunakan pola bertani intensif dengan memanfaatkan daerah-daerah marginal atau hutan lindung.
Situs Song Keplek is one of the pre-historic sites which is located at Kecamatan Punung apart the Sewu mountain limestone formation right in the border of Central and East Java provinces. The limestone formation of the Sewu mountain had undergone several physiographic transformations since the Pleistocene time or from two million years ago up to the present. This study is intended to describe past ecosystem Situs Song Keplek based on fossilized pollens and spores escavated from the sites and present floral composition of the situs. The research was carried (conducted) out in three different visits on December 20 - 23, 1997; April 26 - 28 1998, and March 7 - 8 1999. The fossil samples were taken from the bottom or the sediment of Wuyang Warak lake which is still watered up until today and Kerta Gebang lake which is only seasonally watered. The study identified 53 species of 29 families of plants. In Wuyang Warak lake, it was found 29 species of angiosperms and 9 species of pteridophytes with high frequency of Monoprites annulatus (83 pollens), followed by Cyatides sp. (50 spores), Blechnum fraxineum (46 spores), Lycopodium elavatum (28 spores), Podocarpus amaurus (28 pollens), and Lycopodium microphyllum (27 spores). In Kerta Gebang lake, there were 17 species of angiosperms and 18 species of pteridophytes with high frequency of Monoprites annulatus (210 pollens), followed by Podocarpus amaurus (163 pollens), Pteris ensiformis (17 spores), Selaginella sp. (11 spores), and Mimosa sp. (10 pollens). Sorensen similarity indeks reveals an index of 24% similarity of pollens and spores between two lakes.This figure indicates that the two locations were different in term of their floral compositions which were probably due to their different physiographic environment altitude during the past. Approximately about 10000 years ago, the sites probably composed of the mangrove back mangrove fresh water tropical rain forest and riparian ecosystems. The incontinuity of the vegetation pattern in the area could be related to the change of the climate as well as by the presence of human being in the environment since long time. The findings of Wuyang Warak and Kerta Gebang lakes show a similarity with those of Julianto (1994) who conducted a research in Nampol formation, Jaten formation, and Andjarwati (2000) who conducted a research in Situs Kali Banjar and Situs Gua Tabuhan. The pollen and spore fossils found in Jaten formation concisted of 53 species and 5 families of plants, while in Jaten formation concisted of 32 species and 5 families of plants, in Situs Kali Banjar, the pollen and spore fossils were from 21 familiesof plants and in Situs Gua Tabuhan were from 16 families of plants. Karst vegetation of the Sewu mountain is not various and mostly composed of wild bushes grows covering the slope of the hill. This is because the people replace the formely existing forest with vegetation of economic value. Our record on the Baduy practice of agriculture, indicates that traditional wisdom contribute to the conservation of the environment as well as the variety of the local plants and forest. The slash and burn practice of agriculture does not disturb the soil surface, hence proverigation of the soil is prevented.
2000
T550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library