Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rama Kirana
"Laporan tugas akhir ini membahas tentang sistem kendali otomatisasi sistem buka tutup atap stadion sepak bola yang menggunakan sensor cahaya LDR dan sensor suhu LM35. Sistem ini dibuat dengan menggunakan konsep yang telah
terprogram dengan menggunakan software BASCOM AVR melalui IC
pengendali mikro AVR ATmega8535 sehingga alat ini dapat bekerja secara tepat dengan presisi yang akurat sesuai dengan keadaan yang ada. Dengan motor DC dan LED sebagai pelaksana perintah output juga menggunakan driver yang telah
terprogram secara sistematis. Dengan rancang bangun mekanik yang kuat dan tepat digabungkan dengan sistem kendali yang telah terprogram dan akurat

This final report discusses the automation control system opening and closing of the roof system is a football stadium that use LDR light sensor and temperature
sensor LM35. This system was developed by using concepts that have been programmed using software BASCOM AVR via the AVR ATmega8535 microcontroller IC, so it can work properly with accurate precision in accordance with
existing circumstances. With a DC motor and LED as the executor of the command output also use drivers that have been systematically programmed. With a strong mechanical design and precise control system combined with a
programmable and accurate
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
A. Mukramin Amran Machmud
"ABSTRAK
Telah dilakukan studi radiologis secara retrospektif terhadap kolitis ulseratif yang diperiksa dengan barium enema pada dua rumah sakit, yaitu satu rumah sakit pemerintah ( RS. Umum Dadi ) dan satu rumah sakit swasta ( RS. Stella Maris ) Ujung Pandang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kelainan radiologis yang diketemukan, menetapkan stadium berdasar gambaran radiologis oleh akibat perubahan patologis kolon yang terserang kolitis ulserativa. Selain itu penelitian ini juga bermaksud untuk mendapatkan data distribusi umur, jenis kelamin, lokasi anatomic kolitis ulserativa dan membandingkannya dengan data kepustakaan yang ada dengan harapan ini bisa digunakan dalam melacak dan mendiagnose penyakit tersebut.
Penelitian dilakukan selama dua tahun ( 1988 - 1989 ) terhadap 457 pemeriksaan barium enema yang dicurigai sebagai kasus kolitis. Diketemukan 241 kolitis ulserativa yang terdiri dari 120 laki-laki dan 121 wanita ( 1 : 1 ) Tertinggi pada umur 21 - 40 tahun, gejala klinis yaitu menonjol adalah diare dengan atau tanpa darah, yang paling kurang yaitu demam dan takikardia. Kolitis fulminan diketemukan 8 penderita, hanya 14 penderita kolitis ulserativa timbul, neoplasms.
Kolitis tingkat ringan terbanyak diketemukan pada penderita dirumah sakit swasta sedang yang tingkat berat terbanyak pada rumah sakit pemerintah. Penderita kolitis ulserativa terbanyak menempati ruang rawat kategori B (ekonami lemah).
Lokasi anatomis kolitis ulserativa terbanyak pada kolon kiri sedang keterlibatan rectum pada penelitian ini hanya 70.5%, bandingkan dengan kepustakaan ( 95% ).
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pemeriksaan barium enema Cukup efektif untuk: mendiagnose awal kolitis ulserativa dan dapat dilakukan penetapan stadium secara radiologis, yang berquna untuk para klinikus dalam penanganan penderita kolitis ulserativa.

Barium examination of ulcerative colitis had been studied retrospectively in two which is Dadi Goverment hospital and Stella Morris hospital ( a private one ) that located in Ujung Pandang, South of Sulawesi.
The purpose of this research was to determined radiological image of ulcerative colitis and to confirmed the stage of the disease that based on pathologic and radiological changes.
Distribution of age, sex and anatomical location were also described and compared with other articles to detect and diagnosed the disease more properly.
There were 457 barium enema examination had been performed to detect suspected cases in the period of 1933 - 1939.
From such examination, 4hc'rs were 241 cases of ulcerative colitis had been detected ( 120 men and 121 women ) with the highest age frequency was 21 till 40 years old .
The frequency clinical findings were diarrhea with or without blood staining and the lesser findings were febrile and tachycardi. There were 8 patients with fulminant stage of the disease and there were 14 patients that came up to be neoplasma.
Mild colitis were found in the private hospital but on the other hand, severe colitis were more found in the government hospital. Patients with severe colitis came from lower social economic society that they had been hospitalized in B category.
The anatomical location of ulcerative colitis were in the left side of colon and rectal involvement were only 70,5% compared to 95% from other article.
It had been concluded that barium enema examination was very effective to diagnosed the early stage of ulcerative colitis and others stage as well, that is important for clinical doctors to decide the proper management for the patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leli Zuita
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S27844
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Nikson
"Latar Belakang: Penyakit kanker kolorektal (KKR) merupakan salah satu jenis penyakit kanker dengan insiden. prevalen serta mortalitas yang terns meningkat dewasa ini.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh. stadium klinik kanker terhadap katahanan hidup lima tahun penderita kanker kolorektal.
Desain: Desaio penelitian adalah kohort retrospektif. Sarnpel sebanyak 1!6 orang penderita kanker kolorektal yang mendapat pengobatan pertama kali di RSKD dari tahun 1994 - 2004. Analisis bivariat dengan uji Lng rank test dan kurva probabilitas untuk ketahanan hldup menggunakan metode Kaplan Meier. Analisis seeara multivariat menggunakan Cox Proportional Hazard Regression.
Hasil: Ditemukan penderita kanker kolorektal yang meninggal selarna lima tahun follow up adalah 46 orang (39, 7%). Probahilitas ketahanan hidup 5 tahtm penderita seeara keseluruhan adalah sebesar 42,23% dengan Median sehesar 36 bulan, Probabilitas ketahanan hldup 5 tahun menurut stadium adalah Dukes B sehesar 74,38%, Dukes C sebesar 37,28% dan Dukes D sehesar 22,28%. Menurut stadium awol sebesar 74,38% dan stadium !anjut sebesar 31,58%. Pada analisis Cox regresi stadium lanjut memiliki risiko kematian sehesar 4,83 kali (95%CI:1,72-13,60) dibandingkan stadium awal sebelum memperhitungkan variahel lain dan setelah memperhitungkan variabci derajat diferensiasi sel, umur, status perkawinan, jumlah sel darah putih sebelum operasi dan status pengobatan, risiko kematian stadium lanjut menjadi 9,37 kali(95%CI:2,88-30,48) dibandingkan stadium awal.
Kesimpulan dan Saran : Stadium terbukti merupakan faktor prognostik yang kuat dan signifikan terhadap ketahanan hidup lima tahun penderita kanker kolorektaL Diharapkan kepada masyarakat terutama umur 40 tahun ke atas untuk segera memeriksakan diri hila ada keluhan pada saluran pencernaan sehingga kalaupun temyata kanker kolorektal maka akan ditemukan pada stadium lebih awal.

Background: Colorectal cancer (CRC) disease is a kind of cancer disease with increasing incidence, prevalence, and mortality nowadays.
Objective: This research is aimed to know the effect of cancer clinical stadiums on five~ year survival of colorectal cancer patients.
Design: The design of this research is retrospective cohor4 using as sample 116 colorectal cancer patients who got their first treatment in RSKD from J 994 to 2004. Bivariate analysis was done with Log Rank Test and the probability curve of survival used Kaplan Meier method. Multivariate analysis was done with Cox Proportional Hazard Regression.
Result : It is found that the number of colorectal cancer patients' death during 5 years of follow up is 46 (39.7%). Patients' probability of 5-year survival as overall survival is 42.23% with a median of36 months. The probabilities of 5-year survival by Dukes' slage are Dukes B being 74.38%, Dukes C 37.28%, and Dukes D 22.28%. For early stadium it is 74.38% and advanced stadiwn 31.58%. Cox regression analysis reveals that advanced stadium has a death risk of 4.83 times (95%CI: 1, 72-13.60) higher than early stadium before controlling otller variables; and after controlling cell differentiation degree, age, marital status, preoperative amount of white blood cell, and treatment status, advanced stadiwn death risk becomes 937 times (95%C!: 2.88-30.48) than early stadium.
Conclusion and Suggestion: lt. is proved that stadium is strong and significant prognostic !actor of colorectal cancer patients' 5 year-survival. It is hoped that all people especially those who are 50 years old up to gel themselves cheeked immediately when they have complaints about their digestive system.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32492
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mashoedojo Pranotodihardjo
"Imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi, diantaranya adalah imunisasi campak. OCI minimal 30% sampai akhir Desember 1990 untuk imunisasi campak merupakan tantangan yang harus dicapai, dipertahankan, ditingkatkan dan juga diratakan sampai kepada daerah tingkat administrasi yang paling rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada ibu dalam melaksanakan imunisasi campak di wilayah Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah ibu dari anak berusia 9-11 pada Januari-Desember 1990 yang seharusnya melaksanakan imunisasi campak pada wilayah kerja Puskesmas Duri Kepa, Jakarta Barat.
Jenis penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan analisa data digunakan adalah distribusi frekuensi, analisa presentase, tabulasi silang dan uji Chi-square.
Dari enam faktor yang berpengaruh pada ibu ternyata hanya dua faktor yang terbukti mempunyai hubungan yang bermakna dengan pelaksanaan imunisasi campak, yaitu faktor pengetahuan dan faktor pendorong pada ibu. Dan didapatkan kenyataan bahwa media TV/radio menduduki urutan terbesar sebagai sumber informasi imunisasi campak dan menyusul peranan petugas dan kader kesehatan.
Disarankan dari segi pengelolaan program ini perlunya mengembangkan peta wilayah kerja menjadi peta data sasaran. Dan perlunya peningkatan penyuluhan dan materi penjelasan pada saat pelayanan imunisasi campak dilaksanakan. Serta sebagaimana dikemukakan didepan bahwa subyek penelitian ini adalah ibu-ibu, maka diharapka akan dilakukan penelitian juga terhadap petugas kesehatan maupun kader kesehatan beserta sarana/prasarana pendukungnya dihadapkan dengan pelaksanaan imunisasi campak."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anesia Tania
"Kanker serviks merupakan kanker pada wanita yang paling sering terjadi di Indonesia. Kanker serviks biasa terjadi pada wanita berusia pertenghan. Beberapa penelitian sebelumnya mengajukan bahwa kanker serviks yang sangat progresif terutama terjadi pada perempuan berusia lebih tua, sehingga pada wanita yang lebih tua stadium biasanya lebih lanjut.
Pada penelitian ini kami mencari berapa jumlah kasus kanker serviks baru, bagaimana karakteristik kasus baru tersebut, dan apakah ada korelasi antara usia dengan stadium. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dan dilakukan menggunakan data 390 penderita kanker serviks di Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2004.
Setiap pasien diambil data usia, stadium dan jenis histopatologi dari kanker serviksnya. Dilakukan penghitungan jumlah kasus baru, kemudian dari data yang ada, penderita kanker serviks dikelompokkan berdasarkan usia, stadium dan jenis histopatologinya untuk mengetahui sebaran karakteristiknya. Dilakukan juga uji untuk menilai korelasi usia dengan stadium. Pasien berumur antara 24-78 tahun, dengan rerata 47,95, insidens mencapai puncak pada usia 45-54 tahun.
Stadium paling banyak adalah stadium IIIB dan sebagian besar penderita sudah berada dalam stadium regional (72,8%). Jenis histopatologi yang paling sering adalah karsinoma sel skuamosa sebanyak 311 kasus (79,5%). Dengan uji Spearman didapatkan korelasi yang signifikan (p<0.05) dan bersifat positif lemah (r=0,193). Disimpulkan bahwa semakin tua usia pasien, semakin lanjut stadium kanker serviks pada saat diagnosis.

Cervical cancer is the most common cancer in woman in Indonesia. It mostly happens in middle aged women. Some studies suggest that progressive cervical cancer usually happen to older age women, thus in older age women the cancer was found on late stage.
In this study, we find out about the number of new cases, the characteristic distribution of the patient and whether the age of patient correlates with the stage of cervical cancer. We use a cross sectional method for this case. Subject is secondary data of 390 cervical cancer patient in Department of Pathology Anatomy RSCM in 2004.
The data includes age, stage and histopathologic type of cancer. Each patent was categorized based on the age group, stage, and histopathologic type. The collected data of age and stage is analyzed using Spearman-Correlation test (p<0,05). The patient aged between 24 and 78 yeras old, the mean age is 47,95, and the peak incidence happens in patient aged 45-54 years oled.
The patient mostly diagnosed at regional stage (72,8%). The most often histopathologic type is squamous cell carcinoma (79,5). by Spearmann analysis, there was significant (p<0,05), weak positive correlation (r=0,193) between the age and stage of diagnosis. It was concluded that the older the age of the patient, the later the stage found.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Rahman
"Latar Belakang. Kesintasan 3 tahun pasien KNF stadium lokal lanjut di Indonesia lebih rendah dibandingkan luar negeri. Prediktor alternatif dari rasio hemoglobin-trombosit (RHT) lebih sederhana, murah, dan stabil nilainya dibanding rasio dari komponen sel leukosit, namun belum ada studi yang meneliti perannya dalam memrediksi mortalitas tiga tahun pasien KNF stadium ini.
Tujuan. Mengetahui peran RHT sebelum terapi dalam memrediksi kesintasan tiga tahun pasien KNF stadium lokal lanjut.
Metode. Studi kohort retrospektif yang meneliti 289 pasien KNF stadium lokal lanjut yang diterapi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam rentang waktu Januari 2012 - Oktober 2016. Nilai RHT optimal didapatkan menggunakan receiver operating curve (ROC). Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, di bawah dan di atas titik potong. Kurva Kaplan-Meier digunakan untuk menilai kesintasan tiga tahun dan dilakukan uji regresi Cox sebagai uji multivariat terhadap variabel perancu (usia > 60 tahun, stadium, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh) untuk mendapatkan nilai adjusted hazard ratio (HR).
Hasil. Nilai titik potong RHT optimal adalah 0,362 (AUC 0,6228, interval kepercayaan (IK) 95% : 0,56-0,69, sensitivitas 61,27%, spesifisitas 60,34%). 48,44% pasien memiliki nilai RHT <0,362 dan memiliki mortalitas tiga tahun lebih besar dibandingkan kelompok lainnya (50%vs31,54%). RHT < 0,362 secara signifikan memrediksi kesintasan tiga tahun (p = 0,003; HR 1,75; IK 95% 1,2-2,55). Pada analisis multivariat, RHT < 0,362 sebelum terapi merupakan faktor independen dalam memrediksi kesintasan tiga tahun pada pasien KNF stadium lokal lanjut (adjusted HR 1,82; IK 95% 1,25-2,65).
Simpulan. RHT < 0,362 sebelum terapi dapat memrediksi kesintasan tiga tahun pasien KNF stadium lokal lanjut

Background. The 3-year survival of locally advanced nasopharyngeal cancer (NPC) patients in Indonesia is lower than in foreign countries. Alternative predictors from the hemoglobin-platelet ratio (HPR) are easier, cheaper, and stable in value than the ratio of leukocyte cell components, but there are no study conducted to know its potential in predicting three-year survival in locally advanced
nasopharyngeal cancer.
Objective. To determine the role of pre-treatment hemoglobin to platelet ratio in predicting three-year survival of locally advanced nasopharyngeal cancer patients.
Method. Retrospective cohort study that examined 289 locally advanced NPC patients who underwent therapy at the National Government General Hospital-Cipto Mangunkusumo from January 2012 to October 2016. HPR cut-off was determined using ROC, and then subjects were divided into two groups according to its HPR value. The Kaplan-Meier curve was used to determine the three-year survival of the patients and cox regression test used as multivariate analysis with confounding variables in order to get adjusted hazard ratio (HR).
Results. The optimal cut-off for HPR was 0,362 (AUC 0,6228, 95% CI: 0,56-0,69, sensitivity 61,27%, specificity 60,34%). Patients with HPR < 0,362 occurred in 48, 44% and had higher three-year mortality (50% vs. 31, 54%). HPR <0.362 significantly predicted the three years of survival (p = 0,003; HR 1, 75; IK 95% 1, 2-2, 55). In multivariate analysis,
it was concluded that pre-treatment HPR < 0,362 was an independent factor in predicting three-year
survival in locally advanced NPC patients (adjusted HR 1, 82; IK 95% 1, 25-2, 65).
Conclusion. Pre-treatment HPR < 0, 362 could predict the three-year survival of locally advanced nasopharyngeal cancer patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Huda
"ABSTRAK
Cachexia merupakan masalah yang umum dialami oleh pasien kanker stadium
lanjut. Studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dilakukan untuk
memperoleh gambaran tentang pengalaman cachexia pasien kanker stadium lanjut
dan keluarga yang merawat di RS Kanker Dharmais. Data studi diperoleh dari
lima partisipan pasien dan lima partisipan keluarga. Temuan memberikan
informasi rinci tentang pengalaman cachexia pada pasien kanker stadium lanjut
dan keluarga yang merawat dengan enam tema utama yang sama yaitu 1)
pengetahuan yang kurang tentang cachexia, 2) gangguan biopsikososial, 3)
perubahan pola makan, 4) perhatian perawat yang dirasakan kurang oleh pasien
dan keluarga, 5) kebutuhan akan pendidikan kesehatan dan 6) kebutuhan akan
peningkatan fasilitas kesehatan. Pada keluarga terdapat satu tema tambahan yaitu
terjadinya konflik dalam keluarga. Kemampuan dalam melakukan asuhan
keperawatan yang menyeluruh pada akhirnya akan meningkatan status nutrisi
pasien dan mengurangi konflik dalam keluarga.

Abstract
Cachexia is a common problem for cancer patient in end stage.
Phenomenologycal approach of qualitative study was conducted to get illustration
regarding experience of end stage cancer patient with cachexia and their families
who were involved during treatment in the Dharmais Cancer Hospital. Study
result gathered from five participants constituted of five patients and five families.
The current study showed detail information about experience of end stage cancer
patient with cachexia and their families within six main themes, namely : 1) lack
of knowledge about cachexia, 2) Biopsychosocial disturbances, 3) diet pattern
disturbances, 4) lack of attention from nurse, 5) in need of health education and 6)
in need of improvement of health facilities. Particularly within families member
there were additional main theme, namely : conflict in family. Abilities in
establishing holistic nursing care will lead to increase patient nutrition level and
decrease conflict within families."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30951
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Fatmadona
"Caregiver keluarga memegang peranan penting dalam perawatan pasien kanker stadium lanjut yang mengalami masalah akibat kanker dan terapinya. Penelitian bertujuan menggali pengalaman caregiver dalam konteks perawatan. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam pada 5 partisipan sesuai kriteria inklusi. Temuan memberikan 7 tema utama, yaitu: reaksi caregiver saat mengetahui diagnosa kanker stadium lanjut, pemahaman caregiver tentang kanker, caregiver peran yang melelahkan, caring pada pasien kanker stadium lanjut, mendampingi pasien berobat, beban caregiver pasien kanker, harapan caregiver. Kesimpulan adanya pemahaman caregiver yang kurang dalam merawat pasien kanker mengakibatkan timbulnya distress akibat beban peran. Disarankan pemberian informasi edukasi kanker, kenyamanan caregiver sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker stadium lanjut.

Family caregivers play an important role in the hospitalization of advanced cancer patient who experience problems due to cancer and its treatment. The study aimed to explore the experience of caregivers in helping patient during hospitalization. Qualitative research method with a descriptive phenomenological approach was used. Collecting data done by in-depth interviews on 5 participants according to inclusion criteria. The findings provided seven main themes, namely: caregiver's reaction confirmed advanced cancer diagnosis, caregiver understanding of cancer, a grueling caregiver role, caring for patients with advanced cancer, treatment with the patient, caregiver burden of a cancer patient, caregiver expectations. As the conclusion, lacking of understanding on caregiver in caring cancer patients has resulted in distress due to the burden of roles. Suggested providing cancer education information, caregiver convenience so as to improve the quality of life for patients with advanced cancer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T33043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ubiet Junita Sari
"Kanker Ovarium merupakan salah satu dari tiga keganasan kanker ginckologi yang paling sering ditemukan pada alat genitalia wanita selain kanker serviks dan kanker uterus. lnsidens rata-rata kanker ovarium diperkirakan 15 kasus baru per 100 ribu populasi wanita daiam setahunnya. Di AS kanker ovarium merupakan penyebab kematian kanker urutan kelima pada wanita setelah kanker paru, kanker payudara, kanker kolorektal dan kankcr pankreas, Sedangkan di Indonesia merupakan penyebab kematian kedua karena keganasan akibat kanker ginekologik pada wanita setelah kanker serviks. 70% dari penderita kanker ovarium diperkirakan akan meninggal dengan angka ketahanan hidup 3 tahun sebesar 54% dan 5 tahun sebesar 44%.
Penilaian angka ketahanan hidup umumnya digunakan untuk mengevaluasi pengaruh faktor prognosis terhadap ketahanan hidup penderita. Analisis yang dapat digunakan untuk menghitung angka ketahanan hidup adalah dengan metode Life table dan Kaplan Meier, untuk menilai pengaruh faktor prognosis terhadap risiko kematian penderita kankcr ovarium epitelial digunakan dengan metode regresi Cox.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stadium kanker terhadap angka ketahanan hidup 3 tahun dan 5 tahun penderita kanker ovarium epitelial, dan penilaian pada variabel lain yaitu jenis histologi, derajat ditérensiasi sel, residual tumor, umur saat didiagnosa, asites, status perkawinan, keadaan umum setelah operasi, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan status pengobatan yang mempengaruhi hubungan antara stadium kanker dengan ketahanan hidup.
Penelitian mempakan studi kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medik penderita kunker ovarium epitelial. Terdapat dua analisis ketahanan hidup yaitu ketahanan hidup 5 tahun untuk penderita yang didiagnosa dan menyelesaikan pengobatan pada 1993 sampai mei 2003 sebanyak 84 pendcrita dan 3 tahun untuk penderita yang didiagnosa dan menyelesaikan pengobatan pada i993 sampai mei 2005 sebanyak II6 penderita. Pengumpulan data melalui observasi rekam medik dan penelusuran melalui telepon.
Hasil penelitian memperlihatkan secara keseluruhan angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 39% dan ketahanan hidup 3 tahun adalah 51%. Ada perbedaan yang bermakna secara statistik pada ketahanan hidup 3 tahun dan 5 tahun penderita dengan stadium awal (I-II) dengan stadium lanjut (III-IV) dcngan p=0,0007 dan p=0,0001. Angka ketahanan hidup 3 tahun pada stadium awal sebesar 83% dan stadium Ianjut sebesar 37%. Angka kctahanan hidup 5 tahun pada stadium awal sebesar 74% dan stadium Ianjut sebcsar 15%. Ada perbedaan bennakna pada probabilitas kctahanan hidup 3 tahun dan 5 tahun penderita kanker ovarium epiteiial dengan residual tumor < 2 cm dengan 2 2 cm dengan p=0,0003 dan p=0,0437.
Risiko kematian 3 tahun penderita kankcr ovarium epitclia! dengan stadium lanjut 5 kali (95% Cl 1,76-14,22) dibandingkan stadium awal sebelum memperhitungkan variabel kovariat. Sctclah memperhitungkan variahcl derajat diferensiasi sel, residual tumor, umur saat didiagnosa, asites, dan status pengobatan risiko kernatian stadium lanjut scbcsar 5,09 kali (l,6\-|6,I0) dibanding stadium awal. Pada saat setelah mempcrhitungkan variabel jenis histologi dan status pengobatan risiko kematian nya adalah 4,47 kali (95% CI 1,50-13,37) dibanding stadium awal. Risiko kematian 5 tahun penderita kanker ovarium epitelial dcngan stadium Ianjut 5,84 kali (95% Cl 2,l8~i5,59) dibandingkan stadium awal sebelum memperhitungkan variabel kovariat. Setelah mempcrhitungkan variabel derajat diferensiasi sel, residual tumor, umur saat didiagnosa, asites, dan status penobatan risiko kematian stadium lanjut sebesar 4,02 kali (95% Cl 1,24-l2,99) dibanding stadium awal. Pada saat setelah memperhitungkan variabel jenis histologi dan status pengobatan risiko kematian nya adalah 4,68 kali (95% CI 1,53-l4,28) dibanding stadium awal.

Ovaries cancer is one of three kind of gynecologncal cancers that mostly found on women genitalia, beside cervical and uterus cancers. the average incidence of the ovaries cancer is estimated around 15 new cases of l00 thousand women per year. ln the US, the ovaries cancer is the tifth of cause death by cancer on women. after lung, breast, colorectal and pancreatic cancers. Meanwhile, in lndonesia, ovaries cancer is causing death number two for gynecological cancer in women, after cervical cancer. Seventy percents of patients with ovaries cancer is estimated will bc death with the survival rate for 3 years is 54% and tbr 5 years is 44% respectively.
The assessment on survival rate is usually use for evaluating the effect of prognosis factors on the patients survivorship. Analysis that can he use for calculating the survival rate is Life Table and Kaplan Meier methods, and to assess the eflect of prognosis factors to death risk of patients with epithelial ovaries cancer is using the Cox Regression.
The aim ofthe study is to tind out the effect of cancer stadium on the survival rate at 3 and 5 years of patients with epithelial ovaries cancer, and assessments toward variables that influenced the correlation between cancer stadium and survival, namely: histology types, degree of cells differentiation, tumor residual, age of diagnosed, peritoneal fluid accumulation (ascites), marital status, post-surgery general condition, education, occupation, and medication received.
The study applies a retrospective cohort design, using a secondary data on medical records of patients with epithelial ovaries cancer. There two analyses of survival, the 5 years on survival ol' patients diagnosed and finished the medication from |993 until May 2003, account for 84 patients, and the 3 years on survival of patient diagnosed and complete medication from 1993 to May 2005, comprise 116 patients. Data are collected through the observation on medical records and searched by phone.
The study revealed that in overall, the suwi val rate of 3 years and 5 years are 5 l% and 39%. It is also found a statistically significant on 3 years and 5 years of survival of patients at beginning stadium (l-ll) and advance stadium (lil-IV) with P-value on 0.0007 and 0.000l. While the survival rate of 3 years at beginning stadium is 83% and at advance stadium is 37%, the survival rate of 5 years at beginning stadium is 74% and at advance stadium is 15%. A significant probability on survival of 3 and 5 years is found between tumor residual less than 2 cm and 3 2 cm, with P-value 0.0003 and O.437. Three years death risk of patients with epithelial ovaries cancer at advance stadium is 5 times (95% Cl; 1.76-14.22) compare to those at beginning stadium, before adjusted by its covariate variables. Alter adjusted with variables of cells differentiation, tumor residual, age of diagnosed, ascites, and medication status, then the death risk at advance stadium is 5.09 times (95% Cl: l.6l-l6.l0) compare to beginning stadium.
When adjusted with variables of histology types and medication status, thc death risk at advance stadium is lower to 4.47 times (95% Cl: 1.50-l3.37) compare to beginning stadium. Of 5 years death risk for patients with epithelial ovaries cancer at advance stadium is 5.84 times (95% Cl: 2.l8-l5.59) compare to beginning stadium, before adjusted with its covariate variables. After adjusted with variables of cells diliercntiation, tumor residual, age of diagnosed, ascites, and medication status, then the death risk at advance stadium is lower to 4.02 times (95% CI: 1.24-l2_99) compare to beginning stadium, but the death risk is increase again when adjusted with variables of histology types and medication status, to 4.68 times (95% Cl: 1.53-l4.28) compare to beginning stadium.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T32358
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>