Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 257 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taqwallah
"ABSTRAK
Dengan gizi yang memadai akan terwujud somber daya manusia yang sehat, cerdas, aktif dan produktif. Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan Juli 1997 diperhitungkan akan menimbulkan dampak buruk terhadap perubahan status gizi masyarakat terutama keluarga miskin dan salah satu kelompok rentannya adalah anak usia 12-23 bulan menjadi kurang energi protein. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah melaksanakan Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) melalui Program Jaring Perlindungan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) yang salah satu kelompok sasaran anak usia 12 - 23 bulan.
Penelitian ini untuk mempelajari perubahan status gizi anak usia 12-23 bulan yang mendapat PMT-P JPS-BK dalam rangka mengatasi dampak krisis ekonomi pada keluarga miskin yang sampai saat ini belum ada data evaluasi tentang pengaruh status gizi anak dari program tersebut. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Samalanga Kabupaten Aceh Utara menggunakan data primer yaitu penimbangan berat badan dan umur anak.
Disain penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperimental, status gizi dilihat sebelum intervensi, selama intervensi dan satu bulan setelah intervensi. Selain faktor pemberian PMT-P juga diteliti faktor lain yaitu faktor umur dan pendidikan ibu serta jenis kelamin anak. Sebagai unit analisis adalah sebanyak 227 orang anak yang dipantau selama lima kali penimbangan rutin.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa di Puskesmas Kecamatan Samalanga setelah dilakukan intervensi PMT-P JPS-BK terjadi penurunan KEP dari 114 menjadi 84 (penurunan 26,3%) setelah tiga bulan intervensi, perubahan tersebut secara statistik bermakna. Faktor jenis kelamin anak mempengaruhi perubahan status gizi.
Penelitian ini menyarankan program PMT-P untuk anak usia 12-23 bulan pada keluarga miskin dalam keadaan krisis ekonomi dapat dilanjutkan dengan inempertimbangkan hasil penelitian tersebut dengan meningkatkan jumlah waktu intervensi (12 bulan).

ABSTRACT
The human resources will be healthy, brilliant, active and productive, if they get enough/good nutrition. The economic crisis started since the middle of July 1997 has been bringing bad impact on the community nutrition status, especially the poor families. One of the high risk groups is the children 12-23 months of age. They are suffering from the calory protein malnutrition. To solve the problem, the government carried out the supplementary food service though the Health Sector Social Safety Net Program with its target was the children 12-23 months of age.
The study is aimed at looking through the change of nutrition status of the children 12-23 months of age occurred after getting supplementary food service from the Social Protection Sector Development Programme on health. The objective of the program is to solve the problem as the impact of the economic crisis especially on the poor families. Unfortuuately, now the data on the nutrition status as the impact of the program are not available. The study was done by using the weight for age of children primary data in the impact area of Puskesmas of Samalanga sub-district, North Aceh.
The approach applied in this study is an experimental-quasi. The study was done by monitoring the nutrition status of the children 12-23 months of age. The monitoring was done before, during and after one month weighing activities. In addition to the supplementary food giving factor, the factor of age and education of the mothers and as well as the sex of the children were also studied in this resource. Included into this study analysis was 227 children which were monitored during the reguler weighing activities for five times.
The study concluded the calory-protein malnutrition children decreased from 114 to 84 (decreased 26,3%) after three months the supplementary food of the Social Protection Sector Development Programme on health implemented at the Puskesmas of Samalanga subdistried, the change is statistically significant. The sex of the children influenced the change of the nutrition status.
Based on the study, it is suggested that the supplementary food intervention program for the children 12-23 months of age of the poor families has to be continued during the economic crisis since the study indicated that the program cauded increase times of intervention (12 months).
"
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ardyna Octasari
"Status gizi kurus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang harus mendapat perhatian. Baduta merupakan kelompok rentan dimana kecepatan pertumbuhan dan perkembangan otak sangat pesat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi susu dan edukasi Pedoman Gizi Seimbang Pangan Lokal (PGS-PL) terhadap status gizi baduta kurus. Penelitian ini merupakan penelitian studi analisis data sekunder dengan disain penelitian primer kuasi eksperimental. Kelompok 1 sebagai kontrol (n=31) diberikan edukasi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), kelompok 4 (n=25) diberikan susu dan edukasi PMBA dan kelompok 5 (n=30) diberikan edukasi PGS-PL selama 90 hari. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan BB/PB yang signifikan (p<0.05) antara sebelum dan sesudah pada kelompok 1 dan 4, kecuali kelompok 5. Kelompok 4 mengalami perubahan status gizi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Disarankan untuk mempertimbangkan susu formula pertumbuhan 1-3 tahun sebagai salah satu intervensi pada program PMT yang diberikan bagi anak dengan status gizi kurus.

Wasting is a public health issue that must be noticed. Under two children are the vulnerable group where the speed of growth and brain development is very rapid. The purpose of this study was to know effect of milk and "Pedoman Gizi Seimbang Pangan Lokal (PGS-PL)" education to nutritional status of under two children with wasting. This research was a research study of secondary data analysis with quasi-experimental primary research design. Group 1 as control (n=31) were given "Infant and Young Child Feeding (IYCF)" education, group 4 (n=25) were given milk and IYFC education and group 5 were given PGS-PL education for 90 days. The result showed significant (p>0.05) changes in WHZ before and after intervention in group 1 and 4, except group 5. Group 4 have changes nutritional status was higher compared other groups. Recommended consider for milk growth formula 1-3 years as one of the interventions in the PMT program give to children with wasting."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Nyoman Supariasa
Jakarta: EGC, 2001
612.3 Sup p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Mardayanti
"Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesalahan gizi dapat merusak bangsa, baik pada gizi kurang maupun gizi lebih. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan adalah status gizidan kesehatan anak didik.
Tujuan dari ananlisis adalah untuk mengetahui hubungan faktor-faktor risiko (jenis kelamin, jumlah anggota keluaraga, pengetahuan gizi, uang saku, kebiasaan makan, aktifitas fisik disekolah, kegiatan diluar sekolah dan kegiatan diwaktu luang) dengan status gizi pada siswa kelas 8 di SLTPN 7 Bogor tahun 2008. Penelitian yang dilakukan pada tanggal 6 dan 10-12 November 2008 di SLTPN 7 Bogor ini menggunakan disain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas 8 SLTPN 7 Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan) menggunakan alat timbangan seca dan microtoice, mewawancarai kebiasaan makan dengan menggunakan Frequency Food Quetionary dan menyebarkan kuesioner ke 204 responden yang dipilih secara acak. Variabel bebas dari penelitian ini adalah faktor biologis (jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi (pengetahuan gizi, uang saku ), dan gaya hidup (kebiasaan makan utama, kebiasaan makan pagi, kebiasaan makan jajanan, aktivitas diluar sekolah, kegiatan waktu luang) dan sebagai variabel terikatnya adalah status gizi pada siswa kelas 8 SLTPN 7 Bogor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 faktor yang diteliti, hanya 1 faktor yang berhubungan secara statistik dengan status gizi, yaitu faktor jenis kelamin. Dari 98 responden laki-laki, sebesar 27,6 % mengalami gizi salah, sebaliknya dari 105 responden perempuan hanya 12,4 % yang mengalami gizi salah. Sedangkan faktor-faktor risiko lainnya tidak menunjukkan adanya hubungan secara statistik dengan status gizi.
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan adanya peningkatan fungsi dan peran Unit Kesehatan Sekolah (UKS), tambahan mengenai pendidikan gizi dan pengawasan peredaran makanan jajanan serta perlu adanya kunjungan rutin untuk mengontrol keadaan status gizi dan pemeriksaan kesehatan siswa oleh pihak Dinkes bekerja sama dengan pihak sekolah serta orang tua agar pengetahuan gizi anak lebih luas dan dapat memilih makanan jajanan yang lebih aman, sehat dan bergizi serta dapat mengatasi keadaan gizi yang salah pada anak."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irna Trisnawati
"Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif menjadi ancaman serius meningkatnya angka kesakitan dan kematian pada bayi. Persepsi kurang cukup suplai ASI menjadi salah satu penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif. Status gizi ibu terutama selama hamil merupakan salah satu faktor penyebab ibu memiliki persepsi tersebut karena ibu dengan status gizi kurang akan mempengaruhi kemampuan ibu untuk mensintesisi air susu yang menyebabkan bayi tidak cukup ASI untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan status gizi ibu selama hamil dengan Persepsi Kemampuan Laktasi (PKL) setelah dikontrol oleh variabel umur, kenaikan berat badan selama hamil, pekerjaan, bimbingan laktasi prenatal, paritas, IMD, berat bayi lahir dan penggunaan kontrasepsi. Desain yang dipakai adalah Crossectional terhadap 87 ibu yang memiliki bayi umur >6-12 bulan diwilayah Kabupaten Karawang tahun 2010. Analisis data yang digunakan adalah uji chi square, Uji T independen dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,6% ibu memiliki PKL mampu laktasi. Hasil analisis bivariat yang terbukti berhubungan secara bermakna adalah status gizi selama hamil (0,009), kenaikan berat badan selama hamil (0,002), pekerjaan (0,034) dan berat bayi lahir (0,030). Hasil analisis multivariat menjelaskan bahwa status gizi selama hamil yang sesuai rekomendasi berpeluang 2,176 kali untuk memiliki PKL mampu laktasi dibanding dengan status gizi yang tidak sesuai rekomendasi setelah dikontrol oleh variabel kontrasepsi, umur, paritas, IMD, kenaikan berat badan selama hamil dan berat bayi lahir.
Disarankan untuk bidan/nakes agar memberikan konseling menyusui, mencatat dan memantau status gizi ibu, melatih ibu untuk menilai kondisi bayi yang cukup/tidak cukup ASI, mengajarkan cara penyediaan dan penyimpanan ASI bagi ibu yang bekerja. Bagi Dinas kesehatan mengadakan pelatihan konseling dan penilaian serta pengukuran status gizi, pemberian reward dan mengkaji ulang kebijakan pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan untuk ibu-ibu dengan status gizi kurang.

Low adequate supply of exclusive breastfeeding becomes a serious threatment of increasing number in infant mortality and morbidity. Perception of insufficient breastmilk supply in one of the causes on a failure of exclusive breastfeeding supply. Maternal nutrition status especially during pregnancy is one of the factors that causes mother has this perception, because mother who has insufficient nutritional status will influence her ability to synthesize breastmilk that causes infant doesn't have enough breastmilk for his growth and development.
The objectives of this study were to see the correlation of maternal nutrition status during pregnancy with perceived lactation ability after controlled by age variabel, increased body weight during pregnancy, occupation, counseling prenatal lactation, parity, early initiative breastfeeding, baby birth weigh, and the used of contraception. The design crossectional study on 87 mothers who have infants age >6-7 months in Karawang Regency-West Java, Indonesia 2010. The analysis data is used by Chi Sguare Test, T independent Test and Logistic Regression.
The Result study shows that 58,6% mothers who have perceived lactational ability. The Results of bivariate analysis that proved significant correlation are nutritional status during pregnancy (0,009), increased body weight during pregnancy (0,002), Occupation (0,034), and baby birthweight (0,030). The Result of multivariate analisys explains that nutritional status during pregnancy that meets breastfeeding recommendation, has an opportunity 2,176 times to have perceived ability then nutritional status that doesn't meet breastfeeding recommendation after controlled by contraception variable, age, parity, early initiative breastfeeding, increased body weight during pregnancy and baby birth weight.
Conclusions: suggested to health professional can give lactation counseling, record it, monitor maternal nutritional status, train mother to assess baby condition whether he has enough breastmilk or not. They can teach the mother how to provide and keep breastmilk if they work. For health service, they should give a training for counseling, assessment, nutrition status measurement, give reward and recite the policy in giving exclusive breastmilk for 6 month to the mothers who have insufficient nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28457
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Parlina
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26474
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ingee Dhita Agustin
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26475
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavia Aninditia
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S26748
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Hayati
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26775
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnul Hidayati
"Gizi kurang merupakan penyebab sepertiga kematian pada anak. Beberapa tahun terakhir karena meningkatnya harga pangan dan menurunnya pendapatan telah meningkatkan resiko kekurangan gizi terutama dikalangan anak-anak. Penyebab utama masalah gizi kurang adalah kurangnya asupan makanan atau anak menderita infeksi. Sedangkan penyebab tak langsung adalah ketersediaan pangan, pola asuh anak, pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih. Pada tahun 2009 di Kecamatan Teluk Sampit prevalensi gizi kurus sebesar 21,6%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kabupaten yaitu 14,6%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu, baduta dan keluarga dengan status gizi baduta (6-23 bulan) di Kecamatan Teluk Sampit, menggunakan metode penelitian non eksperimental dengan pengambilan data secara cross sectional. Pengambilan responden sebagai sampel secara simple random sampling.
Hasil analisis univariat menunjukkan baduta dengan status gizi normal 84%, kurus 14% dan sangat kurus 2%. Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga dengan status gizi baduta. Pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan di wilayah Kecamatan Teluk Sampit dengan mengembangkan sarana dan prasarana, meningkatkan pendapatan keluarga dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, pelatihan manajemen usaha dan penyediaan lapangan kerja sehingga daya beli masyarakat terhadap pangan meningkat.

Undernutrition is an underlying cause of about one third child deaths. Over the past year, rising food prices coupled with falling incomes have increased the risk of malnutrition, especially among children. The general cause of the problem malnutrition in the children are lack of food intake and infection. The indirect cause are the availability of food, child care patterns, health services, sanitation and cleaning water. In the year 2009 prevalence of wasted children in Teluk Sampit was 21.6%, higher when compared to East Kotawaringin district that are 14.6%. This study is aimed to determine the relationship between characteristic of mother, child under two years, and families with a nutritional status of under two years children (6-23 months) in Teluk Sampit sub district. Using non-experimental design where data were collected cross sectionally. Respondents were taken using simple random sampling.
Result showed that children under two years with good nutrient were 84%, wasted were 14% and severely wasted were 2%. Bivariate analysis of the finding showed that there was significant correlation between education, family income and family size with nutritional status. This study suggests that community empowerment needs to be done in Teluk Sampit through developing facilities and infrastructure for increasing family incomes by enhanching, their knowledge and skills, income generating, training and provide employment to increase food purchasing power.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>