Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulastri
"Petugas kamar bedah merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan yang mempunyai resiko tinggi terhadap kemungkinan terpapar oleh berbagai kuman penyakit, terutama HIV/AIDS yang saat ini sangat ditakuti. Salah satu upaya perlindungan diri adalah dengan menerapkan kewaspadaan universal melalui tindakan cuci tangan secara benar, penggunaan alat pelindung, desinfektan, mencegah tusukan alat/benda tajam. Adapun konsep yang dianut adalah, bahwa semua darah dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber yang dapat menularkan HIV, Hepatitis dan berbagai penyakit lain melalui darah.
Departemen Kesehatan telah menetapkan upaya peningkatan mutu layanan kesehatan dengan memprioritaskan upaya pengendalian infeksi nosokomial bagi seluruh rumah sakit di seluruh Indonesia, antara lain dengan menerapkan kewaspadaan universal. Sejalan dengan ketetapan Departemen Kesehatan tersebut, maka Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan berupaya meningkatkan mutu layanan antara lain dengan upaya pengendalian infeksi nosokomial, salah satu upaya yaitu dengan menerapkan kewaspadaan universal secara baik dan benar di seluruh ruang termasuk kamar bedah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan petugas kamar bedah dalam menerapkan kewaspadaan universal dan untuk mengetahui seberapa jauh faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat berpengaruh terhadap kepatuhan.
Responden adalah seluruh petugas kamar bedah (IGD dan IBS) berjumlah 78, yang terdiri dari dokter dan perawat yang bersifat tenaga tetap, berhubungan langsung dalam penanganan pasien, dan telah bekerja minimal 1 (satu) bulan.
Metoda penelitian menggunakan rancangan kros seksional. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan pengamatan langsung di rumah sakit. Pengumpulan data dilakukan selama periode Maret sampai Mei 2001 (satu bulan lima belas hari) di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar (73,1%) responden memiliki tingkat kepatuhan sedang. Ketidak patuhan lebih banyak ditemukan di IGD dibandingkan dengan IBS, terutama dalam hal tidak mencuci tangan saat datang di kamar bedah (9,5%), saat meninggalkan kamar bedah (15,4%), sebelum melakukan tindakan (12,8%), setelah melakukan tindakan (7,7%), tidak menggunakan alas kaki (12,8%), masih melakukan pemasangan kembali tutup jarum suntik (recapping =87,1%). Pengetahuan responden tentang kewaspadaan universal. sebagian besar masih kurang (73,1) dengan nilai rata-rata 65,995 (p-wald = 0,0448 OR 1,7744).
Hasil analisis ditemukan ada hubungan antara variabel pengetahuan, tempat kerja, dan lama kerja di kamar bedah dengan kepatuhan dalam menerapkan kewaspadaan universal. Pengetahuan dan lama kerja merupakan variabel yang paling menentukan kepatuhan dalam menerapkan kewaspadaan universal. Responden yang memiliki pengetahuan kurang berpeluang untuk tidak patuh hampir 2 kali dibandingkan yang memiliki pengetahuan baik setelah variabel lama dan tempat kerja dikendalikan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti menyarankan agar dilakukan upaya meningkatkan pengetahuan petugas melalui sosialisasi kewaspadaan universal dengan pelatihan, penyebaran leaflet, atau mengadakan pekan kewaspadaan universal.
Di samping itu mungkin perlu diadakan evaluasi terhadap kcpatuhan secara berkala, bila memungkinkan adakan reward dan punishment. Untuk menjaga kesehatan petugas agar tetap terpelihara sesuai standar kesehatan yang dibutuhkan, perlu adanya pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi seluruh petugas kamar bedah.

Factors Related to Obedience Level of Surgery Room Staff in Applying Universal Precautions on Persababatan General HospitalStaff on surgery room is one of health personal who has high risk to possibly contaminate by any of germ disease, especially the frightening HIV/AIDS. One effort of self protection is applying universal precautions through real action such as washing hands properly, using protection tools, disinfectants, prevented any stab from sharp-pointed tools. The adherent concept is all blood and particular body liquid has to be managed as a source, with can infect HIV, hepatitis and other disease through blood.
Department of Health has determined effort to increase health service quality with prioritizing effort of restrained nosocomial infection for all hospital in Indonesia, like applying universal precautions. Along with department of Health's determination, Persahabatan General Hospital tries to increase service quality on restraining nosocomial infection with applying universal precaution properly in all room including surgery room.
The objective of this research is to understand the obedience level of surgery room's staff in applying universal precautions and to understand how far predisposition factors, enabling factors, and reinforcement factors is influencing the obedience. The cross sectional design is used for research method. Data was obtained by distributing questionnaires and direct observation in the hospital. Data was collected during March to May 2001 (one month and 15 days) on Persahabatan General Hospital.
The result indicated that most of respondent (73, 1%) has medium level of obedience. The obedient staff was found on not washing their hands when they arrived at surgery room (9, 5%), when they left surgery room (15, 4%), before they did actions (12, 8%), after they did action (7, 7%), not using fear footwear (12, 8%), still recapped the injection needle (90, 8%). Most respondent have less knowledge on Universal Precautions (73, 1%), mean 65,995.
Statistical analyst result indicated that p-wald =0, 0448 OR 1,7744 wich means that there is a meaningful relations between knowledge with obedience level. Respondent who has less knowledge is likelihood to be disobedient more than twice if compare to those who has better knowledge after controlling old working variable.
Based on those result, research recommend doing more effort in increasing knowledge of staff through socializing the universal precautions with training, leaflet or Universal Precautions week.
The obedience level should be evaluated periodically, present reward and punishment if possible. Health examination has to be done periodically to all surgery room staff."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T8421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicianus Novyanto S.
"Pengelolaan limbah klinis di Rumah Sakit (RS) Pelni selama ini belum memperoleh perhatian serius, ditandai oleh masih banyaknya limbah klinis bercampur dengan limbah non medis (rumah tangga) di kantong-kantong hitam serta masih adanya kantong warna kuning yang berisi limbah klinis dibuang ke tempat penyimpanan limbah sementara. Kondisi inilah yang mendorong penulis untuk mengetahui lebih jauh tentang pengelolaan limbah klinis di RS Pelni, khususnya di Kamar Operasi. Dengan latar belakang permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengelolaan limbah klinis di Kamar Operasi RS Pelni.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, yang diarahkan untuk mengungkap permasalahan-permasalahan yang ada di lokasi penelitian dengan mendeskripsikan hasil penelitian apa adanya. Data-data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan penyebaran kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kualitas pengelolaan limbah klinis di Kamar Operasi RS Pelni kurang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit sebagai akibat dari sosialisasi kebijakan yang kurang maksimal, volume sampah yang cukup besar, terbatasnya tenaga cleaning service dan petugas incenerator, realisasi anggaran yang tidak penuh, fasilitas yang kurang memadai, ketidaksingronan struktur dan fungsi organisasi pengelola limbah klinis, dan minimnya supervisi mengenai pengelolaan limbah klinis.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka ada lima hal penting yang perlu dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pengelolaan limbah klinis di Kamar Operasi RS Pelni. Pertama, perlu sosialisasi SOP pengelolaan limbah klinis secara lebih intens agar memberikan kontribusi yang lebih besar pada implementasi dan output pengeloaan limbah klinis. Kedua, perlu peningkatan, perbaikan atau penambahan sumber daya pengelolaan limbah klinis, baik SDM, anggaran, fasilitas (trolly, incenerator) maupun penataan organisasi. Ketiga, pemeliharaan atau peningkatan disiplin dan motivasi petugas pengelola limbah klinis, terutama melalui intensifikasi supervisi dalam bentuk pengawasan dan pemberian penghargaan kepada petugas yang berprestasi. Keempat, peningkatan kualitas pengelolaan limbah klinis dengan bertumpu pada peningkatan disiplin dan perbaikan fasilitas. Peningkatan disiplin dapat dilakukan dengan pengawasan dan pengetatan jadwal, sedangkan perbaikan fasilitas difokuskan pada penambahan kantong kuning, tempat limbah, penyediaan trolly tertutup, perbaikan atau penambahan incenerator. Kelima, peningkatan anggaran pengelolaan limbah klinis secara lebih signifikan. Anggaran hendaknya dialokasikan untuk membiayai kebutuhan perbaikan dan penambahan fasilitas seperti tempat limbah (yang selama ini menggunakan ember), penambahan kantong kuning, penyediaan trolly tertutup, dan perbaikan atau penambahan incenerator.
Dafar Bacaan; 41 (1970 - 2001)

System Analyzes of clinical Waste Management from Surgery Room in Pelni Hospital (RS Pelni), Petamburan JakartaRecently people do not pay serious attention to the Clinical waste management at Pelni Hospital, and it is proved by lot of clinical waste are mixed with non medical waste (household) in black bag and there are also yellow bag containing clinical waste disposed to temporary waste storage. This condition has encouraged the writer to observe more the clinical waste management at RS Pelni, specifically at Surgery Room. Based on such issue background, I made this research with the purpose to obtain idea concerning clinical waste management at Surgery Room RS Pelni.
I apply the research method which is the qualitative method directed to reveal the real problems at research site by obviously describing research result. Apparently, research data is obtained through observation, in-depth interview, questioner distribution and documentation.
Research result discloses that the entire quality of clinical waste management at Surgery Room RS Pelni still have to meet the hospital environment sanitation prerequisite because they do not fully apply the socialization policy, for example there are adequately large volume of waste, limited cleaning service and incinerator workers, incomplete budget realization, non-synchronized and clinical waste management organizational function, as well as limited supervision concerning clinical waste management.
Based on such findings, we disclose five significant steps to be applied in order to improve quality of clinical waste management at Surgery Room RS Pelni. Firstly, SOP socialization of clinical waste management should be applied more intensively so that it may highly contribute toward the implementation and output of clinical waste management. Secondly, improvement, enhancement or addition of clinical management resources is required which comprises human resources, budget, facility (trolley, incinerator) as well as organizational structure. Thirdly, maintenance or discipline enhancement and motivation of clinical waste management workers, especially through supervision intensification in the form of monitoring and appreciation awarded to prestige workers. Fourthly, provide quality improvement of clinical waste management based on discipline enhancement and facility development. Discipline enhancement may be applied through monitoring and strict implementation of schedule, whereas facility improvement is focused on the increase of yellow bags, waste storage, closed trolleys, improvement and increase of incinerator. Fifthly, provide increasing of budget for clinical waste management on a more significant basis. Budget should be allocated to finance the improvement and increase of facility such as waste bin (so far they use pail instead ofa bin). increase of yellow bags, provision of closed trolleys, and improvement or increase of incinerator.
List of Bibliography: 41 (1970 - 2001)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T5084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yetty Kusmayati
"Infeksi nosokomial merupakan masalah global yang sering terjadi di negara-negara berkembang maupun di negara industri. Kepatuhan perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial menjadi perhatian penting, sebagai salah satu upaya menjaga mutu pelayanan di rumah sakit. Pada survey pendahuluan terhadap 30 orang perawat di Lantai IV Kanan, Lantai IV Kiri IRNA B RSUP Fatmawati didapatkan 93,3% perawat tidak mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, 20% tidak cuci tangan sesudah melakukan tindakan dan, 56,7% tidak menggunakan sarung tangan saat melakukan tindakan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya tingkat kepatuhan perawat pelaksana dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di ruang perawatan bedah Lantai IV Kanan, Lantai IV Kiri IRNA B dan Ruang Mawar IRNA C RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2004.
Penelitian ini termasuk penelitian jenis deskriptif korelasional yang besifat cross sectional, yang bertujuan mendapat gambaran hubungan fungsi manajemen dalam penyediaan sarana dan prasarana, pedoman kerja, pelatihan, pengawasan dan lingkungan kerja dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Sampel penelitian adalah total populasi yaitu 69 orang. Data yang diperoleh adalah data primer melalui kuesioner dan observasi.
Hasil analisis bivariat dengan uji kai kuadrat, didapatkan dari 5 komponen fungsi manajemen, dengan alpha 0,05 tidak ada yang berhubungan secara signifikan dengan kepatuhan perawat pelaksana. Namun pada analisis multivariat diperoleh satu variabel utama yang berhubungan secara signifikan yaitu lingkungan kerja (p = 0,021)_ Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik diketahui bahwa 82,6% variasi kepatuhan perawat pelaksana dilantai IV kanan, Lantai IV kiri dan Ruang Mawar RSUP Fatmawati secara signifikan dapat dijelaskan oleh variabel fungsi manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja dan unit kerja, dengan nilai G = 36,664 dan nilai p < 0,0005. Variabel yang paling dominan berkontribusi dengan kepatuhan perawat pelaksana adalah unit kerja, setelah dikoreksi variabel fungsi manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa faktor yang paling dominan terhadap kepatuhan perawat pelaksana adalah lingkungan kerja setelah dikoreksi oleh unit kerja sebagai confounding. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepala ruangan dapat mengusulkan pemenuhan kebutuhan sarung tangan sesuai kebutuhan, mensosialisasikan pedoman kerja yang sudah ada kepada perawat baru, meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat khususnya tentang upaya pencegahan infeksi nosokomial melalui CNE (Continuous Nursing Education), meningkatkan kemampuan manajerial kepala ruangan dengan mengikuti pelatihan manajemen ruang perawatan. Kepatuhan terhadap penerapan pedoman kerja agar ditingkatkan oleh perawat melalui PSBR (Problem Solving for Better Health). Untuk melengkapi penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang kepatuhan perawat pelaksana, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menyempumakan instrumen penelitian.
Daftar Pustaka: 50 (1975 - 2004).

Relationship Between Management Functions and Nurse Compliance to Prevent Nosocomial Infection Occurred in Surgery Room of Fatmawati Hospital Jakarta 2004Nosocomial infection is a global problem occurred in both developing and developed countries. Nurse compliance in preventing nosocomial infection is important as a component to maintain health care quality by hospital. Preliminary survey involving 30 nurses in Floor IV Right and Left Fatmawati Hospital found 93.3% nurses who did not wash their hands before treating the patient and 20% did not wash their hands after treating patients, while 56.7% did not wear gloves during treating patients. The research problem is that no information on nurse compliance in Fatmawati Hospital was available,
The study was a descriptive correlation study with cross-sectional design aimed at obtaining information on the relationship between management functions (including facilities, work guidelines, training, monitoring, and work environment) and nurse compliance in preventing nosocomial infection take place in surgery room of Fatmawati Hospital Jakarta year 2004. Total population was included in the study, consisting of 69 nurses. Data obtained was primary data collected through questionnaire and observation. Bivariate analysis using chi-square shows that no component of management function was significantly related (at significance level of 0.05) to nurse compliance.
However, in multivariate analysis, there was one variable that significantly associated to nurse compliance, that was work environment (p=0.021). Logistic regression shows that 82.6% of variation of nurse compliance could be explained by management function in creating good work environment and work unit with G-36.664 and p'(0.0005. The most dominant variable was work unit after being corrected by management function in creating work environment.
Based on the study results, it is recommended to head of ward to add more gloves, to socialize work guidelines, to improve nurse's knowledge and attitude particularly on nosocomial infection through Continuous Nursing Education, to improve managerial skill of head of ward by management training. Compliance to work guidelines should be improved through Problem Solving for Better Health approach. To complement this study, further study is needed both qualitative and quantitative using better instrument.
References: 50 (1975-2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12849
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library