Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siburian, Tomi Enjeri
"Kota Jakarta terkenal akan kemacetan lalu lintasnya, sehingga sektor transportasi perlu diperhatikan secara khusus. Berdasarkan data dari Badan Pengelola Transportasi Jakarta, dari 47,5 juta perjalanan di Kota Jakarta, hanya 24% yang menggunakan angkutan umum. Pemerintah Kota Jakarta sudah menyediakan moda transportasi umum baru yaitu MRT. Moda transportasi ini menawarkan konsep berbasis TOD, yaitu kawasan sekitar buffer 400 meter dari stasiun dapat di akses dengan berjalan kaki. Konsep ini telah berkembang di berbagai kota di benua Eropa dan Amerika. Kondisi ruang pada kawasan berbasis TOD dapat di nilai menggunakan pengukuran TOD Indeks. Setiap kriteria TOD Indeks memiliki indikator penelitian masing-masing. Penelitian ini menggunakan 8 kriteria dan 18 indikator yang dapat mengukur nilai dari TOD Indeks pada setiap stasiun MRT. Parameter dan kriteria penelitian berasal dari teori 6Ds. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pengolahan spasial, sehingga persebaran setiap indikator dapat dianalisa secara holistik dari sudut pandang keruangan. Kawasan TOD Stasiun Bendungan Hilir merupakan stasiun dengan nilai TOD tertinggi, sebesar 0,71. Kawasan TOD Stasiun Lebak Bulus Grab memiliki nilai TOD Indeks terendah, sebesar 0,31. Nilai TOD Indeks pada setiap stasiun dapat di pengaruhi oleh bobot dari setiap indikator dan kriteria penelitian. Melalui penelitian ini, harapannya setiap pemegang kebijakan dapat memperhatikan setiap indikator pada stasiun yang di anggap perlu untuk di tingkatkan jika kawasan tersebut hendak dijadikan kawasan berbasis TOD yang sesuai dengan konsep smart city.

The city of Jakarta is famous for its traffic jams, so the transportation sector needs special attention. Based on data from the Jakarta Transportation Management Agency, of the 47.5 million trips in Jakarta City, only 24% used public transportation. The Jakarta City Government has provided public transportation modes, namely the MRT. This mode of transportation offers a basic concept of TOD, namely the area around the 400 meter buffer from the station can be accessed on foot. This concept has been developed in various cities on the Continent of Europe and America. The space conditions in a TOD-based area can be assessed using the TOD Index measurement. Each TOD Index criterion has its own research indicators. This study uses 8 criteria and 18 indicators that can measure the value of the TOD Index at each MRT station. 6Ds. Processing data is done using spatial processing so that each indicator can be analyzed holistically from a spatial perspective. The TOD area of Bendungan Hilir Station is a station with the highest TOD value, amounting to 0.71. TOD Station in Lebak Bulus Station Takes the lowest TOD Index value of 0.31. The index TOD value at each station can be influenced by the weight of each indicator and research criteria. Through this research, it is hoped that each policyholder can pay attention to every indicator on the station that is deemed necessary to be improved if needed for a TOD-based area that is in accordance with the concept of a smart city.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Tri Handayani
"Penetapan Wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagai kota jasa dan pusat kegiatan ekonomi nasional mendorong lahirnya perkembangan wilayah secara masif dalam berbagai aspek yang mampu berdampak terhadap peningkatan intensitas kepadatan penduduk hingga arus lalu lintas. Sebagai langkah mengantisipasi permasalahan masifnya peningkatan penduduk serta arus lalu lintas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengembangkan Kawasan TOD dalam bentuk kolaborasi. MRT Jakarta merupakan wujud kolaborasi dalam merealisasikan Kawasan TOD. Kawasan TOD mengedepankan konsep aksesibilitas mobilisasi masyarakat menuju stasiun terdekat dengan berjalan kaki ataupun dengan moda transportasi non-bermotor. Untuk mengetahui perkembangan nilai tanah pada Kawasan TOD, dilakukan peninjauan melalui perbandingan antara aspek nilai tanah kawasan sebelum proses pembangunan MRT Jakarta dilakukan, dengan kondisi eksisting dimana MRT Jakarta telah dioperasikan. Parameter dalam menentukan perkembangan nilai tanah pada Kawasan TOD MRT Jakarta mengacu pada teori Kapitalisasi Nilai Tanah Pada Kawasan Transit yang meninjau perbandingan nilai tanah berdasarkan persentase kawasan komersial, tingkat potensi banjir serta kenaikan harga tanah diatas 5% per-tahun. Penelitian ini dilakukan di sepanjang Stasiun MRT Jakarta yang dimulai dari Stasiun Bundaran HI hingga Stasiun Lebak Bulus Grab. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data secara spasial, empat Kawasan TOD MRT Jakarta yang berada di dekat kawasan pusat bisnis merupakan Kawasan TOD MRT Jakarta dengan nilai tanah yang berkembang dari tahun 2012 hingga tahun 2023. Kawasan TOD MRT Jakarta lainnya tidak mengalami peningkatan nilai tanah. Karakteristik utama Kawasan TOD ini adalah berada dekat dengan kawasan pusat bisnis serta memiliki intensitas jaringan jalan utama dan keberadaan Objek POI dalam jumlah yang besar.

DKI Jakarta Province determined as a city of central service and economic activity, was one of the driving factors that created massive development of DKI Jakarta’s region in many aspects impacting the enhancement of residency density and the traffic flow intensity. As an anticipated action from the massive enhancement of the residency problem and intensity traffic flow. DKI Jakarta’s Government action to develop Transit Oriented Development realization that involves many collaborations. MRT Jakarta was one of the representative's collaborations in creating Transit Oriented Development realization. Transit Oriented Development put forward the concept of provisioning public accessibility to nearby stations that can be accessed by walking or using transportation non-motorcycle modes. Knowing the land value development in Transit Oriented Development, by using comparison analysis of land value aspects between before the MRT Jakarta Project was being held and the existing conditions of MRT Jakarta, was the method that was used to find how the development concept of Transit Oriented Development land value was being released in MRT Jakarta. Parameters that were used in determining the development of Transit Oriented Development land value in MRT Jakarta, refers to Land Value Capitalization of Transit Region theory that considers the land value comparison based on commercial percentage, flood potential level, and land prices enhancement above 5% in a year. This research was conducted in MRT Jakarta Stations starting from Bundaran HI Station until Lebak Bulus Grab Station. Refers to the results from processing and analyzing data process, four out of eight stations of MRT Jakarta that are located near the central business district area are the Transit Oriented Development area which was the land value being developed through the increasing land value index from 2012 until 2023. The main characteristic of Transit Oriented Development that the land value has been developed, are located near the central business district area and having much higher intensity of the main network road and the distribution of Point of Interest objects."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library