Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pasanda, Arrang Allo
Jakarta: Pasanda, 1995
920 ARR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Akin Duli
"Penelitian ini berjudul "Peninggalan Megalitik di Sillanan, Kabupaten Tana Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan, Suatu Rekonstruksi Masyarakat atas Dasar Kajian Etnoarkeologi". Pemiihan topik tersebut, dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu pertimbangan keilmuan, daerah tersebut belum pernah diteliti secara arkeologis, potensi data arkeologis dan data etnografi, data arkeologis yang kompleks dibanding situs lainnya di Tana Toraja, adanya kepercayaan masyarakat bahwa daerah tersebut sebagai kampung tertua, penyelamatan data arkeologi, dan keterjangkauan dalam mengumpulkan data, waktu dan biaya.
Temuan yang didapatkan, adalah : menhir (bentuk, tata letak, komposisi berbeda), lumpang batu, lesung batu, altar batu, tahta batu, temu gelang, umpak, batu angsa, teras berundak, pagar batu, karopik, batu batu monolit, dan hang. Temuan-temuan tersebut, tersebar pada enam situs, yaitu situs Tongkonan Layuk, situs Pakpuangan, situs Rante Simbuang, situs Bubun, situs 'Rante Sarapuk, dan situs Liang. Berdasarkan variabilitas temuan tersebut, maka permasalahan yang sangat mendasar adalah fungsi masing-masing temuan dan situs, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pola keletakan temuan dan situs.
Tujuan penelitian ini secara umum, adalah untuk merekonstruksi kehidupan komunitas di daerah Sillanan pada masa lampau. Secara khusus tujuan penelitian ini, adalah untuk merekonstruksi sebahagian kecil dari sistem religi komunitas di daerah Sillanan pada masa lampau, terutama sistem religi yang erat kaitannya dengan unsur-unsur peninggalan budaya fisik. Dalam hal ini, adalah merekonstruksi tentang fungsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena peninggalan budaya tersebut.
Metode penelitian yang dipergunakan, adalah dengan pendekatan konsep religi dengan interpretasi berdasarkan metode etnoarkeologi. Langkah-langkah penelitian, adalah pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi data.
Hasil dari penelitian ini, adalah :
1. Inventarisasi data :
a. Situs Tongkonan Layuk : menhir (basso, tumpuang, pesungan banek), lumpang, lesung, umpak, temu gelang, tahta batu, pagar batu, teras berundak, dan fragmen gerabah. Situs ini secara umum berbentuk terasan berundak, terdiri dari tiga teras, yaitu teras I, teras II sembilan petak, teras III tiga petak.
b. Situs Pakpuangan : lumpang batu, menhir pesungan banek, dan batu angsa. Secara umum situs ini berbentuk terasan berundak, yang terdiri dari tiga teras.
c. Situs Rante Simbuang : menhir ,smbuang, karapik, batu-batu monolit. Situs ini berbentuk tanah lapang.
d. Situs Bubun : tiga buah menhir jenis pesungan banek, bentuk situs adalah empat persegi panjang.
e. Situs Rante Sarapuk : menhir jenis pesungan banek dan altar batu. Bentuk situs adalah lapangan memanjang timur-barat.
f. Situs Liang : Jiang sillik, Jiang erong, Jiang tokek, Jiang pak, patane, dan kandean dulang, wadah erong berbentuk kerbau, perahu, dan persegi. Situs ini berada di tebing perbukitan batu gamping.
2. Hasil Pembahasan
Hasil interpretasi, dapat diketahui fungsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola keletakan masing-masing temuan dan situs, sebagai berikut :
a. Temuan yang menjadi fokus utama pada situs Tongkonan Layuk, situs Pakpuangan, situs Rante Simbuang, situs Bubun, situs Rante Sarapuk, adalah menhir, sedangkan temuan-temuan lainnya seperti lumpang, lesung, altar, batu angsa, temu gelang, hanyalah sebagai sarana pundukung dalam pelaksanaan upacara.
b. Fungsi menhir, erat kaitannya dengan bentuk, tata letak, komposisi, dan konteks.
c. Fungsi temuan dapat dikelompokkan atas :
- Sarana upacara pemujaan, seperti : menhir pesungan banek, menhir basse, menhir tumpuang, altar batu, batu angsa, lumpang batu, dan kandean dulang.
- Sarana upacara intekrasi dan pengukuhan sosial, seperti menhir basse, menhir simbuang, dan tahta batu.
- Batas antara daerah sakral dan profan, seperti : menhir turnpuang, susunan batu terrmu gelang, dan pagar batu. Sarana upacara kematian, seperti menhir simbuang dan karopik
- Aktivitas keseharian (profan), seperti : lumpang no. 1, lesung batu, umpak batu, dan fragmen gerabah.
- Sarana penguburan, seperti karopik, hang, dan wadah kubur erong.
d. Fungsi masing-masing situs, adalah :
- Situs Tongkonan Layuk, sebagai situs pemukiman dan upacara
- Situs Pakpuangan sebagai situs pemujaan kepada Puang Matua
- Situs Rante Simbuang sebagai situs upacara kematian Situs Bubun sebagai - - - Situs upacara pemujaan kepada Puang Matua
- Situs Rante Sarapuk sebagai situs upacara pemujaan kepada Deata
- Situs Liang sebagai situs penguburan.
e. Dalam kepercayaan otang Toraja, antara alam fana dan alam baka tidak jelas batas dan perbedaannya secara tegas dapat dilihat pada pola pemukiman dan pola tata letak kubur, stratifikasi sosial dan stratifikasi dewa (arwah leluhur).
f. Refleksi stratifikasi sosial, secara simbolis tampak pada menhir, tahta batu, bentuk-bentuk //wig, bentuk dan tats letak wadah kubur (erong), fungsi ruang tertentu seperti teras-teras dan petak-petak.
g. Pola keletakan temuan dan situs, sangat dipengaruhi oleh fungsi dan peranan yang diatur oleh konsep kosmologi yang dipahami oleh masyarakat pendukungnya sebagai sistem gagasan. Kosmos dibagi atas : timur - barat, utara - selatan, atas -- bawah. Kehidupan manusia adalah alam antara, sebagai keseimbangan dan keselarasan yang berpusat pada Tongkonan sebagai simbol kosmos (mikrokosmos).
h. Tongkonan sebagai simbol dari tokoh adat, dengan demikian yang menjadi pusat dari mikrokosmos adalah tokoh adat itu sendiri."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T1608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pajung, David
"Penataan Ruang adalah sebuah proses manajemen pembangunan yang merupakan sistem terpadu yang menampung seluruh kegiatan manusia. Kesadaran bahwa setiap kegiatan selalu berdampak terhadap lingkungan hidup merupakan pemikiran awal yang panting untuk memaksa manusia berpikir lebih lanjut mengenai strategi pengelolaan yang mampu meminimalisasi dampak negatif dari setiap kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan somber daya ruang. Peran serta masyarakat yang optimal (aktif dan sistematis) akan menghasilkan sebuah proses dan produk penataan ruang yang bermutu, yaitu peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Dalam konteks tersebut di atas signifikansi penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bentuk dan cara masyarakat melakukan peran sertanya dalam penataan ruang , untuk mengetahui tingkat peran serta masyarakat (kualitas peran serta ) dalam proses penataan ruang, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong /memotivasi masyarakat untuk ikut berperan serta dalam penataan ruang.Dengan pendekatan kuaIitatif, penelitian ini telah memperoleh data dan melakukan analisis yang menunjukkan bahwa bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang dilakukan dengan cara : memberi informasi, menyumbangkan lahan, mengikuti aturan dalam rencana tata ruang, swadaya dan gotong royong dalam komunitas adat Tongkonan dalam membangun jalan desa, menjadikan kawasan pemukiraan tongkonan menjadi objek wisata, sumbangsih keilmuan oleh lembaga pendidikan, dan partisipasi teknologi dan profesionalisme oleh lembaga profesi. Kualitas peran serta pada tingkat yang signifikan yaitu pada tahapan Placation dan Partnership (Sherry Arnstein) atau pada derajat Kolaborasi (ADB) masih menjadi milk segmen tertentu, segmen yang sangat terbatas yaitu lembaga pendidikan (kelompok masyarakat terdidik) dan lembaga-lembaga profesi. Sementara golongan masyarakat luas masih berada pada kualitas peran serta yang masih rendah yaitu tingkat Therapy dan Informing (Sherry Arnstein ) dan derajat Informasi (ADB). Bentuk dan cara masyarakat berperan serta sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menjadi dasar pendorong (memotivasi) bagi mereka untuk berperan serta, yaitu faktor eksternal : Faktor Lingkungan sosial, faktor Regulasi (Aturan, bukum), faktor Sosialisasi PEMDA, Faktor Pala Permukiman. Sedangkan faktor internal : Faktor Pemahaman dan Kesadaran, faktor Idealisms, falctor Kepentingan Langsung, faktor Aluk (Keyakinanikeimanan masyarakat setempat). Masih minimnya langkah sosialisasi dan belum adanya keinginan yang kuat (political will) Bari Pemenintah Daerah untuk melibatkan peran serta masyarakat secara lugs dalam seluruh tahapan penataan ruang ( Perencanaan, Pemanfaatan, Pengendalian) menyebabkan ketidak pahaman masyarakat terhadap hak -hak mereka untuk ikut terlibat dalam penataan ruang. Hal ini berimplikasi pada kualitas peran serta masyarakat menjadi rendah sehingga optimalisasi penataan ruang tidak berjalan baik.

Space order are management development process which is integrated system that accommodate a whole of human activity. Awareness that every activities always impacted to the life environment is a fast thinking that important to make people more concern about strategy that can minimalize negative impact from each activity which connected with space order manage. An optimal society participate (active and sistematic) would be result a quality space order process and product, there are increase quality og society life. The significancy of this research about the context above is purpose to knowed the space order society participate form and style, to knowed the level of space order society participate (quality of participate), and to knowed the factors that increased or motivated space order society participate. With qualitatif approach, this research have got a data and did an analyses and show that space order society participate form are formed by : giving an information, giving their land, followed the rules of space order plan, Tongkonan tradition community effort and partnership in develop their village road, make Tongkonan resident area become a tour object, science contribution by education institution, technology and profesionalism participate by profession institution. A participate quality at significant level are at the placation and partnership (Sherry Arnstein) or at collaboration degree (ADB) are still belong a certain segment, segment that very limited, there are education institution (educated society) and professional institution. Meanwhile the major of society are still at a lower quality participate, there are therapy and informing level (Sherry Arnstein) and information degree (ADB). Society participate form and style it's influence by many factor that become a basic motivated for them to participate, there is an external factor : social environment factor, regulation factor (rules, law), territory government socialitation factor, resident system factor, direct needed factor, Aluk factor (society belief). Are still getting minimalize socialitation step and didn't have a strong political will from territory government to involved major society participate in whole of space order step (Planning, Exploit, Controlling) makes a misunderstanding of society about their right to participate at space order. This situation implicated a quality society participate become lower, so optimalitation of space order can't be right."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shandra Stephany
"Rumah tradisional Toraja atau biasa disebut Tongkonan merupakan rumah yang dimiliki secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Toraja. Bagi orang Toraja, memiliki Tongkonan merupakan kebanggaan tersendiri. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi modern, dan perubahan sosial, telah mengubah dan meningkatkan standar kehidupan masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan. Dan sejak saat itu rumah tradisional Toraja (Tongkonan) di daerah tersebut mulai mengalami transformasi pola tatanan ruang dan bentuk, dari bentukan tradisional yang masih dipengaruhi kepercayaan Aluk Todolo kepada bentukan serta fungsi yang lebih modern dan disesuaikan dengan kebutuhan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat transformasi apa yang terjadi pada rumah Tongkonan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa transformasi Tongkonan terjadi pada tatanan ruang dan fungsi karena faktor kebutuhan ruang yang semakin kompleks. Transformasi pada material juga terjadi karena keberadaan material alam sekitar yang semakin sedikit. Kemajuan teknologi, sosial, budaya, religi, dan ekonomi merupakan faktor utama yang mendorong terjadinya transformasi Tongkonan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2009
747 DIM 7:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library