Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Reza
Abstrak :
Telah dilakukan pembuatan dan pengujian Fantom buatan yang sesuai standar AIUM untuk control kualitas Transduser USG dengan bahan akrilik (PMMA) setebal 5 mm. Pengukuran yang dapat dilakukan meliputi Resolusi Lateral, Resolusi Axial, Dead Zone dan Depth Resolution. Pengujian awal pada 8 pesawat USG dengan tahun pembuatan dan merek yang berbeda memperlihatkan kemampuan fantom untuk mengasses USG dengan baik untuk semua tipe pengujian. Pengujian mampu mengidentifikasikan tiga pesawat USG yang bekerja di bawah standard.
A test Phantom based on AIUM standard for the Quality Control of USG Transducer has been fabricated using 5 mm thick PMMA slabs. This phantom can be used to assess Lateral Resolution, Axial Resolution, Dead Zone and Depth Resolution. Preliminary testing involving 8 different USG machines has shown its possibility to be used as an effective quality control test tool. Testing has also been able to identify 3 USG machines that were operating below standard.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S29237
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Judi Januardi Endjun, 1959-
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009
618 JUD u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Kurniawan Gondo
Jakarta: EGC, 2012
616.075 43 HAR u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kuspuji Dwitanto Rahardjo
Abstrak :
Latar Belakang: Beberapa penelitian telah menunjukkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh kongesti paru pada pasien hemodialisis. Pemeriksaan yang dilakukan selama ini untuk menentukan pasien telah bebas kongesti paru atau dianggap mencapai berat badan kering adalah dengan menggunakan pemeriksaan fisik. Penilaian kemampuan pemeriksaan fisik untuk deteksi kongesti paru belum jelas. Tujuan: Untuk membandingkan kemampuan pemeriksaan fisik dengan ultrasonografi paru dalam menilai kongesti paru pada pasien hemodialisis. Metode: Penelitian potong lintang terhadap data primer pasien hemodialisis yang menjalani dialisis kronik di RSCM antara Juni sampai Juli 2015. Analisis dilakukan untuk mendapatkan proporsi, sensitifitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif disertai dengan rasio kemungkinan positif. Hasil: Jumlah sampel yang diteliti adalah 60 pasien. Pada pemeriksaan interobserver di 20 pasien didapatkan angka korelasi interobserver kappa 0,828. Pada pemeriksaan keseluruhan 63 pasien didapatkan kongesti paru pada 36 pasien (57,1 %), yaitu kategori ringan 24 (38,1 %) dan sedang 12 (19 %). Pada pemeriksaan DVJ dibandingkan dengan USG paru didapatkan angka Sensitivitas = 0,47 (IK95% 0,31-0,63), spesifisitas = 0,73 (IK95% 0,54-0,86), Nilai Duga Positif = 0,51 (IK95% 0,36-0,67), Nilai Duga Negatif = 0,70 (IK95% 0,49 - 0,84), Rasio Kemungkinan Positif = 1,75 (IK95% 0,88 - 3,47), Rasio Kemungkinan Negatif = 0,72 (IK95% 0,47 - 1,12). Sedangkan untuk pemeriksaan auskultasi paru didapatkan sensistivitas = 0,56 (IK95% 0,39 - 0,71), spesifisitas = 0,54 (IK95% 0,35 - 0,71), NDP = 0,61 (IK95% 0,44 - 0,76), NDN = 0,48(IK95% 0,31 - 0,66), RKP = 1,21 (IK95% 0,73 - 2,0) dan RKN = 0,82 (IK95% 0,49 - 1,38). Simpulan: Akurasi pemeriksaan DVJ dan auskultasi paru fisik tidak baik dalam mendiagnosis kongesti paru. Proporsi kongesti paru pada pasien-pasien hemodialisis kronik yang telah mencapai berat badan kering di RSUPN CM adalah 57,1%. ......Background: A few research has shown hemodialysis patient with lung congestion had a high morbidity and mortality. Patient was assumed to be lung congestion free if they had reached their dialysis dry weight. To achieve this usually physical examination were used. The accuracy of physical examination in detecting lung congestion has not been established yet. Objective: To compare the capability of physical examination in compare with lung ultrasound in detection of lung congestion. Methods: A cross sectional data collection was done in hemodialysis patients in RSUPN CM between June to July 2015. Analysis was done to obtain proportion,sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value and positive likelihood ration. Results: Sixty patients were obtained as sample. From the inter observer of 20 patients we found the kappa was 0,828. From th all 60 patients, we found 36 patients (57,1 %) had lung congestion. Mild lung congestion were found in 24 (38,1 %) and 12 (19 %) had moderate degree. In the analysis comparing jugular venous pressure to lung ultrasound we found sensitivity = 0,47 (CI95% 0,31 - 0,63), specificity = 0,73(CI95% 0,54 - 0,86), Positive Predictive Value (PPV) = 0,51 (CI95% 0,36 - 0,67), Negative Predictive Value (NPV) = 0,70 (CI95% 0,49 - 0,84), Positive Likelihood Ratio (PLR) = 1,75 (CI95% 0,88 - 3,47), Negative Likelihood Ratio (NLR) = 0,72 (CI95% 0,47 - 1,12). For lung auscultation we found sensitivity = 0,56 (CI95% 0,39 - 0,71), specificity = 0,54 (CI95% 0,35 - 0,71), PPV = 0,61 (CI95% 0,44 - 0,76), NPV = 0,48 (CI95% 0,31 - 0,66), PLR = 1,21 (CI95% 0,73 - 2,0) and NLR = 0,82 (CI95% 0,49- 1,38). Conclusions: Jugular venous distention and lung auscultation examination is not good in detection of lung congestion. The proportion of lung congestion in hemodialysis patients in RSUPN CM is 57,1%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Budiarta
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang Penderita gagal ginjal kronis hidupnya bergantung dengan hemodialisa rutin, untuk mendapatkan hasil maksimal dibutuhkan akses hemodialisa yang baik. Arteri vena fistula merupakan akses yang paling baik, namun akses ini mudah mengalami stenosis. Penanganan yang terbaik pada masalah stenosis AVF adalah dengan percutaneous transluminal angioplasty venografi/venoplasti . Di RSCM sejak tahun 2013 sudah berkembang tindakan ini, namun belum ada data dan evaluasi keberhasilannya. Penelitian ini dilakukan untuk evaluasi keberhasilan venoplasti dalam penanganan stenosis AVF.Metode Penelitian ini menggunakan Studi Kohort Retrospektif untuk menilai Outcome Tindakan Percutaneous Transluminal Angioplasty Venografi dan Venoplasti pada Stenosis AVF penderita Gagal Ginjal Kronis. Penelitian dilakukan di Bangsal Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular serta di Pusat Jantung Terpadu PJT serta instalasi rekam medik RSCM serta RS Jejaring RS Hermina, selama periode dari 1 Desember 2016 sampai 31 Mei 2017 dengan melakukan penilaian terhadap karakteristik demografi, penyakit dasar, penilaian hasil venografi venoplasti dan hasil USGVariabel independen yaitu umur, jenis kelamin, penyakit dasar, gejala klinis, jenis AVF, lokasi stenosis. Variabel dependen adalah keberhasilan venoplasti dinilai dengan diameter residual stenosis. Data dianalisis secara statistik dengan p = 0,05.Hasil Karakteristik penderita GGK dengan stenosis AVF didapatkan sebagian besar pada kelompok umur lebih 50-60 tahun 40,9 , 59 berjenis kelamin laki-laki dan penyakit dasar paling banyak disebabkan hipertensi 93,9 dan diabetes mellitus 42,4 . Dari analisa demografi didapatkan hubungan yang bermakna antara umur dengan besaran stenosis AVF, untuk jenis kelamin didapatkan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan besaran stenosis AVF, dimana perempuan lebih buruk gambaran stenosisnya dibanding laki-laki. Tidak terdapat hubungan bermakna antara Penyakit Dasar dengan gambaran Besaran Stenosis AVF dari hasil Venografi .Tidak terdapat hubungan bermakna antara Lokasi Stenosis AVF dengan besaran Stenosis dari Venografi. Tidak terdapat hubungan bermakna antara besaran stenosis pada Venografi dengan hasil tindakan Venografi. Terdapat hubungan bermakna antara Lokasi Stenosis AVF dengan keberhasilan tindakan Venoplasti. Terdapat peningkatan yang bermakna untuk hasil pemeriksaan USG: diameter draining vein, volume flow dan peak systolic velocity terhadap hasil tindakan venoplasti setelah tindakan atau 3 Bulan pasca tindakan.
ABSTRACT
Background Patients with chronic renal failure CRF are dependent on routine hemodialysis, in order to obtain maximum results required access to a good hemodialysis. Fistula vein artery is the best access, but this access is easy to have stenosis. The best treatment for AVF stenosis is percutaneous transluminal angioplasty venography venoplasty . At RSCM since 2013 has developed this action, but there is no data and evaluation of its success. This study was conducted to evaluate the efficacy of venoplasty in the treatment of AVF stenosis.Methods This study used a Retrospective Cohort Study to assess Percutaneous Transluminal Angioplasty Venography and Venoplasty in AVF Stenosis of Chronic Renal Failure. The study was conducted in the Vascular and Endovascular Surgery Ward and at the Integrated Heart Center PJT as well as RSCM and University integrated hospitals during the period from 1 December 2016 to 31 May 2017 by assessing demographic characteristics, basic illness, assessment of venography venoplasty and ultrasound resultsIndependent variables were age, sex, basic disease, clinical symptoms, AVF type, stenosis location. The dependent variable is the success of venoplasty assessed by the residual stenosis diameter. Data were analyzed statistically p 0,05Results Characteristics of CRF patients with AVF stenosis were mostly in the 50 60 years age group 40.9 , 59 in male and according of disease caused by hypertension 93.9 and diabetes mellitus 42.4 . From the demographic analysis, there was a significant correlation between age and AVF stenosis magnitudes, for gender, there was a significant relationship between gender and AVF stenosis, in which women were worse with stenosis than men. There was no significant association between Basic Illness and AVF Stenosis Magnitudinal Stage of Venographic Result. There was no significant association between AVF Stenosis Location and Stenosis scale from Venography. There is no significant association between the magnitude of stenosis in Venography and the results of Venographic. There was a significant association between AVF Stenosis Locations and the success of Venoplasty action. There were significant improvements to ultrasound examination diameter of draining vein, volume flow and peak systolic velocity on the results between before, after or 3 months after venoplasty.
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Manogari
Abstrak :
Segmentasi dan ekstraksi ciri dari citra USG merupakan salah satu pekerjaan yang cukup sulit, karena batas tepi antara obyek dan background tidak begitu jelas. Ketidakjelasan tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah adanya derau (noise) yang disebabkan oleh hamburan karena ketidak homogenan dari media yang dilalui oleh gelombang ultrasonik, serta adanya atenuasi gelombang ultrasonik yang sangat kuat. Segmentasi maupun ekstraksi ciri tersebut sangat penting untuk bidang medis terutama untuk melihat perkembangan janin, deteksi tumor maupun, penyakit lainnya. Dalam penelitian ini dikembangkan suatu teknik segmentasi dan ekstraksi ciri yang mampu mengekstrak batas tepi dari citra USG dengan akurat. Teknik segmentasi yang dikembangkan tersebut merupakan gabungan dari metode thresholding dan gradien operator. Metode tersebut diuji dengan menggunakan citra dari polyurethane phantom yang telah diketahui geometri dan sifat-sifat dari obyek yang ada didalamnya. Dari hasil yang diperoleh, metode yang dikembangkan menunjukkan akurasi yang cukup baik dan mampu menghilangkan noise disekitar obyek dan batas antara obyek dengan background dapat dibedakan dengan jelas. Selain itu posisi, ukuran geometri suatu organ (obyek) dapat ditentukan dengan jelas.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Embong Wicaksono
Abstrak :
Latar belakang: USG Doppler kerap dipakai untuk skrining awal Chronic Limb Threatening Ischemia (CLTI) dan dapat juga memantau respons terapi selama follow-up. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), sebagai pusat rujukan nasional dan Pusat Pendidikan Subspesialis Bedah Vaskular Endovaskular, Trainee bedah vaskular-endovaskular menjalani pendidikan mereka. Penting bagi Trainee Bedah Vaskular untuk mengkorelasikan temuan klinis dengan hasil USG Doppler, sehingga supervisi  semester 4 terhadap semester 1 menjadi krusial. Namun, dampak pengalaman terhadap akurasi USG Doppler, terutama pada pasien Chronic Limb-Threatening Ischemia (CLTI), antara Trainee semester 1 dan 4 masih belum ada, termasuk kekurangan data dan SOP terkait durasi supervisi.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang untuk menguji diagnosis CLTI melalui USG oleh trainee semester 1 dan 4, dibandingkan dengan CT Angiografi (CTA) sebagai standar.

Hasil: Total ada 31 pasien (62 tungkai) yang dibagi ke dalam dua kelompok dan diamati menggunakan USG oleh trainee dari kedua semester tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian temuan oklusi arteri berdasarkan USG dibandingkan dengan CTA lebih tinggi pada trainee semester 4. Selain itu, korelasi dalam penentuan derajat stenosis antara USG dan CTA lebih kuat pada semester 4. Hasil uji diagnosis menunjukkan bahwa secara keseluruhan trainee semester 4 memiliki akurasi diagnosis USG yang lebih tinggi dibandingkan trainee semester 1 di semua segmen arteri tungkai bawah.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan keluaran , akurasi USG oleh semester 1 dan 4 dengan angka yang tidak jauh berbeda dalam mendiagnosis CLTI, Pada Penelitian ini peneliti juga menyarankan perlunya supervisi antara semester 1 dan 4 agar ada transfer ilmu dan patient safety

 


Doppler Ultrasound (USG) is frequently used for screening Chronic Limb Threatening Ischemia (CLTI)  and monitoring therapy response during follow-up. At Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM), a national referral center dan center Education of Vascular and Endovarcular Surgery, vascular-endovascular surgery trainees undergo their education. It is crucial for these trainees to correlate clinical findings with Doppler USG results, hence supervision of the forth to first semester is essential. However, the impact of experience on the accuracy of Doppler USG, especially in patients with Chronic Limb-Threatening Ischemia (CLTI), between first and fourth semester trainees is still unclear, including the lack of data and Standard Operating Procedures (SOPs) regarding the duration of supervision.

Method: This study employed a cross-sectional method to test PAD diagnosis through USG performed by first and fourth semester trainees, compared with CT Angiography (CTA) as the gold standard.

Results: A total of 31 patient (62 lower limb) were divided into two groups and observed using USG by trainees from both semesters. The study results indicated that the concordance of arterial occlusion findings based on USG compared with CTA was higher in fourth semester trainees. Furthermore, the correlation in determining the degree of stenosis between USG and CTA was stronger in the fourth semester. The diagnostic test results showed that overall, fourth semester trainees had higher USG diagnostic accuracy compared to first semester trainees in all lower limb arterial segments.

Conclusion: There are differences in the output and accuracy of ultrasound user in fourth dan first semester trainees which are not much different result in diagnosing CLTI,  in this study researchers also suggest the need for supervision between semesters first and fourth so that there will be a knowledge transfer and patient safety.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcel Prasetyo
Abstrak :
Latar belakang: Evaluasi sendi pada penyandang hemofilia memerlukan metode yang objektif dan terukur. USG sebagai metode yang relatif baru untuk artropati hemofilik AH belum memiliki konsensus sistem skor, sementara MRI telah memiliki sistem skor International Prophylaxis Study Group dari World Federation of Hemophilia IPSG-WFH . Penelitian ini mengembangkan sistem skor USG baru untuk artropati hemofilik lutut tahap dini, dan menilai keselarasannya dengan skor MRI IPSG-WFH dan kadar CTX-II urin. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Formulasi skor USG berdasarkan pada studi pustaka terhadap 25 publikasi terkait sejak tahun 1999 - 2015 dan peer review. Terdapat 27 anak penyandang hemofilia A berat yang dipilih secara konsekutif. AH lutut tahap dini ditetapkan berdasarkan klasifikasi radiografi Arnold-Hilgartner derajat 0 - II. USG dan MRI lutut dilakukan dengan penilaian skor MRI IPSG-WFH dan skor USG yang baru. Kadar CTX-II urin ditetapkan dengan pemeriksaan ELISA. Data dianalisis dengan uji Spearman. Hasil: Sistem skor USG baru meliputi komponen efusi sendi, hipertrofi sinovium, hipervaskularisasi sinovium dengan Power Doppler, deposisi hemosiderin, dan kerusakan kartilago pada troklea femoris. Terdapat korelasi sedang antara skor USG dengan skor MRI. Tidak ada korelasi skor USG dengan CTX-II urin. Kesimpulan: Skor US baru ini dapat digunakan sebagai alternatif MRI pada AH lutut tahap dini.
Introduction Assessment of knee haemophilic arthropathy HA required an objective measures. There was no consensus on preferrable US scoring system, while MRI already had a scoring system developed by the International Prophylaxis Study Group of the World Federation of Hemophilia IPSG WFH. This study developed a new US scoring system for early knee HA and its association with MRI scoring system and urinary CTX II level. Method The study was cross sectional. US scoring system was developed based on literature studies of 25 publications between 1999 - 2015 and peer review. Twenty seven children with severe haemophilia A was recruited consecutively. Early HA was confirmed by radiography as Arnold Hilgartner stage 0 - II. Knee MRI and US were scored using MRI IPSG WFH scoring system and the new US scoring system, while urinary CTX II level was measured using ELISA. Correlation was analyzed using Spearman test. Results US scoring system included joint effusion, synovial hypertrophy, synovial hypervascularization using Power Doppler, hemosiderin deposition, and cartilage damage. Moderate correlation was found between US score and MRI score. There was no correlation between US score and urinary CTX II level. Conclusion The new US score can be used as an alternative for MRI in the assessment of early knee HA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Wira Dhanar Santika
Abstrak :
Lingkar kepala janin merupakan salah satu biometrik paling penting dalam pemeriksaan perkembangan janin dengan menggunakan alat USG. Akan tetapi, pengukuran terhadap kepala janin bukanlah pekerjaan yang mudah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem pengukuran kepala janin otomatis. Sistem ini diharapkan dapat berjalan pada perangkat mobile sebagai bagian dari sistem telehealth. Pengukuran kepala janin pada penelitian ini dilakukan dengan metode object detection, dilanjutkan dengan Canny edge detection, lalu untuk piksel pada citra edge kemudian diproses pada tahap ellipse fitting. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metrik akurasi, presisi, recall, dan f1-score untuk metode object detection, dan error rate untuk ellipse fitting. Dari setiap metode yang dilakukan uji coba, hasil evaluasi menunjukan bahwa metode Adaptive Boosting dan ElliFit memiliki performa yang paling baik. Metode ini juga memiliki waktu eksekusi yang relatif cepat untuk sebuah perangkat mobile, yaitu 3-5 detik. ......Fetal head circumference (HC) is one of the most important biometrics in assessing fetal growth during prenatal ultrasound examinations. However, measuring the fetal head is not an easy task. This study aims to create an automatic fetal head measurement system. This system is expected to run on mobile devices as part of telehealth system. HC measurement can be done with object detection method, followed by Canny edge detection, then for every edge pixels, fetal head can be approximated using ellipse fitting. Evaluations are carried out using accuracy, precision, recall, and f1-score metrics for object detection methods, and error rates for ellipse fitting. From each method that was tested, the evaluation result showed that the Adaptive Boosting and ElliFit method had the best performance. This method also had a relatively fast execution time for a mobile device, which is 3-5 seconds.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bennadi Adiandrian
Abstrak :
Latar Belakang: Obesitas merupakan suatu keadaan terdapatnya jaringan lemak dalam tubuh yang berlebihan. Kondisi ini berhubungan dengan penyakit kardiovaskular, salah satunya adalah aterosklerosis. Aterosklerosis pada sistem pembuluh darah karotis hingga saat ini merupakan penyebab terbesar stroke iskemik di dunia dengan jumlah kasus terbanyak pada rentang usia 45-64 tahun. Dengan menggunakan teknik single slice CT-scan dapat dihitung komposisi lemak viseral (VAT) maupun lemak subkutan (SAT) tubuh dengan baik. Sedangkan USG merupakan modalitas radiologi yang baik untuk skrining aterosklerosis pada arteri karotis komunis dengan mengukur ­Intima-Media Thickness (IMT). Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi lemak yang berhubungan terhadap aterosklerosis karotis komunis dan lingkar pinggang. Metode: Sebanyak 32 subjek penelitian yang melakukan pemeriksaan CT-scan regio abdomen, dilakukan penghitungan luas penampang VAT, SAT dan rasio VAT/SAT dengan menggunakan software volumetri SyngoTM, pengukuran IMT arteri karotis komunis kanan dan kiri menggunakan USG yang dilengkapi dengan software auto-IMT, dan pengukuran lingkar pinggang. Kemudian dilakukan analisa korelasi antara VAT, SAT, dan rasio VAT/SAT terhadap IMT karotis serta lingkar pinggang (WC). Hasil: Terdapat korelasi lemah antara luas penampang VAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = 0,21 ; p = 0,248), antara luas penampang SAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = 0,37 ; p = 0,036) dan korelasi negatif lemah antara rasio VAT/SAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = -0,24 ; p = 0,193). Selain itu didapatkan korelasi kuat antara VAT terhadap lingkar pinggang (ρ = 0,73 ; p < 0,05), korelasi positif sangat kuat antara SAT terhadap lingkar pinggang (ρ = 0,87 ; p < 0,05), dan korelasi negatif lemah antara rasio VAT/SAT terhadap lingkar pinggang (ρ = -0,37 ; p = 0,038). Kesimpulan: Luas penampang VAT dan SAT berkorelasi lemah terhadap IMT karotis komunis. Luas penampang VAT berkorelasi kuat terhadap lingkar pinggang, luas penampang SAT berkorelasi sangat kuat terhadap lingkar pinggang. Rasio VAT/SAT memiliki korelasi negatif lemah terhadap IMT karotis komunis dan lingkar pinggang. Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan unuk memprediksi volume VAT dan SAT. ......Backgorund: Obesity is a condition with high level of fat deposition in the body. This condition is related to cardiovacular diseases including atherosclerosis. Carotid athersclerosis until now is known as the main cause of ischemic stroke in the world with the most cases ranged between 45-64 years old. With single slice CT-scan technique, we can estimate the composition of visceral adipose tissue (VAT) and subcutaneous adipose tissue (SAT) very well. USG is the best modality for carotid atherosclerosis screnning by measuring ­Intima-Media Thickness (IMT) of the common carotid artery. Purpose: of this study is to determine which one of these fat is correlated to carotid atherosclerosis and waist circumference (WC). Methods: Thirty two subjects that underwent an abdominal CT-scanning were calculated for their area of VAT, SAT, dan VAT/SAT ratio using SyngoTM volumetric software. Measurement of the IMT was done by using auto-IMT software in USG. Their waist circumference were also measured. Correlational analysis were done between VAT, SAT, VAT/SAT ratio with carotid IMT and waist circumference (WC). Result: There was a low correlation between VAT and common carotid IMT (ρ = 0,21 ; p = 0,248), SAT and common carotid IMT (ρ = 0,37 ; p = 0,036). Low negative correlation was shown between VAT/SAT ratio and carotid IMT (ρ = -0,24 ; p = 0,193). This study also showed a strong correlation between VAT and waist circumference (ρ = 0,73 ; p < 0,05), very strong correlation between SAT and waist circumference (ρ = 0,87 ; p < 0,05), also low negative correlation between VAT/SAT ratio and waist circumference (ρ = -0,37 ; p = 0,038). Conclusion: There are low correlation between VAT and SAT and common carotid IMT. There is strong correlation between VAT and waist circufmerence, very strong correlation between SAT and waist circumference. There is low inverse correlation between VAT/SAT ratio and waist circumference. Therefore the measurement of waist circumference can be used to predict VAT and SAT volume.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>