Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mundaryoko
Abstrak :
Penyelenggaraan penyediaan layanan teknologi informasi tidak akan terlepas dari kebutuhan suatu organisasi atau pemsahaan modem. Teknologi informasi yang merupakan teknologi untuk mendukung implementasi. Sistem Informasi Manajemen merupakan sesuatu kebutuhan yang harus menjadi perhatian bagi semua manajer atau pimpinan organisasi atau perusahaan termasuk PERTAMINA.

Sejalan dengan adanya restrukturisasi di lingkungan PERTAMINA, juga dilaksanakan beberapa perubahan kebijakan dalam pola penyediaan layanan teknologi informasi. Salah satunya adalah pola pembiayaan, yang semula berorientasi kepada Cost Center akan menjadi pola penyediaan yang-bersifat Profit, dalam ani mempunyai Revenue aras pemanfaatan sumber daya teknologi informasi tersebut. Hal ini juga menjadi bahan perhatian mengingat akan diberlakukannya Transfer Price antar Kelompok Usaha, sehingga dalam menentukan harga pokok produk suatu Kelompok Usaha perlu memasukan komponen harga pokok layanan teknologi informasi sebagai bagian dari harga pokok produk suatu Kelompok Usaha.

Dalam penelitian ini, dicoba dilaksanakan analisa terhadap pola penyediaan serta segala aktivitas-aktivitas yang terkait dengan penyelenggaraan penyediaan layanan teknologi informasi yang dilaksanakan oleh fungsi teknologi informasi yang dihubungkan dengan biaya-biaya sumber daya yang digunakan untuk mendapatkan harga pokok layanan dengan menggunakan proses Activity Based Costing sebagai dasar pembebanan penggunaan layanan kepada parapengguna. Selain itu juga dilakukan perhitungan untuk biaya pemakaian pulsa dengan menggunakan metode Full Allocated Cost. Diharapkan dengan proses dan metode yang digunakan pada penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Kelompok Usaha lainnya untuk dapat menghitung biaya pembebanan layanan yang sama.

Dari hasil perhitungan terdapat perbedaan biaya antara layanan yang disediakan sendiri (melalui perhitungan) dengan biaya layanan dari penyelenggara lain (PT. Telkom), yaitu biaya langganan sambungan telepon Rp. 50.309,48 vs. Rp. 26.100 dan untuk jaringan komputer Rp 351.00100 vs. Rp. 817.890, serta biaya pulsa Rp. 103,12 vs Rp. 167,00.
The modern organizational will need an information technology services for support their operation. It must be concern for manager to support an Information Management System intplementation within the organization, likes PERTAMlNA.

According with PERTAMINA restructuration, they change much policy on their operation in information technology services. The important thing that charge back for information technology services, which cost centre policy to profit oriented policy and information technology function would have revenue for provide the information technology resources.

This policy must be consider by management before implement transfer price between business group within PERTAMINA, which the cost of gold sold information technology services are part of cost of good sold of business group product. In this research, calculation of cost of good sold of information technology services try to analyze by Activity Based Costing process, which to gathering all of expense and all of activities to provide those services. Beside this, this research also to try calculate pulse charge for telephone connection with Full Allocated Cost approaches. And then with this research, another business group can be used the method to calculate cost of good sold of information technology services.

From this research, cost of good sold information technology service that provide by intern information technology junction are differ between cost of good sold by another operator, like PT Telkom, i.e. : fixed cost for telephone connection are Rp. 50,309.48 vs. Rp. 26,100.00 computer network are Rp 351,003.00 vs. Rp. 817,890.00 and pulse charge are Rp. 103.12 vs Rp. 167.00.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T4771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Agung Kurniawan
Abstrak :
Salah satu permasalahan lingkungan hidup kota Depok adalah kondisi TPA Cipayung telah mengalami overload dalam menampung sampah Kota Depok. Maka dari itu, Pemerintah Kota Depok membangun unit pengolahan sampah UPS sebagai upaya pengelolaan sampah, salah satunya adalah UPS TPA Hanggar 4. Untuk mengetahui kinerja UPS tersebut, perlu dilakukan suatu studi mengenai efektivitas dan efisiensi berkaitan proses kerja di UPS tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah 1 mengidentifikasi proses kerja 2 mengidentifikasi aliran material 3 menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas, dan 4 menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi efisiensi UPS TPA Hanggar 4. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto yang meneliti hubungan sebab-akibat yang tidak diberi perlakuan oleh peneliti ataupun dimanuplasi dan penelitian eksperimental dilakukan dengan percobaan di lapangan dan percobaan di laboratorium. Pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara, serta pengujian laboratorium. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses kerja UPS TPA Hanggar 4 terdiri dari pengangkutan sampah, proses pemilahan, proses pencacahan, proses pengomposan dengan open windrow, proses pengayakan, dan proses pengemasan/penyimpanan, aliran material kinerja. Berdasarkan perhitungan aliran material, dengan jumlah sampah yang masuk ke UPS sebanyak 24.867 kg, jumlah sampah organik yang dikomposkan adalah 24.465 kg 98,58 dan jumlah sampah anorganik yang dibuang ke TPA Cipayung sebanyak 402 kg 1,62 serta jumlah kompos yang dihasilkan 7.339,5 kg 29,52. UPS ini efektif untuk mengurangi sampah yang dibuang ke TPA sebanyak 97,88 0,585 dari sampah yang masuk ke UPS. Kompos yang dihasilkan memenuhi 4 parameter pada SNI 19-7030-2004 dan 2 parameter pada Peraturan Menteri Pertanian No.70 Tahun 2011. Berdasarkan pemenuhan kriteria teknis, UPS ini telah memenuhi 4 dari 5 kriteria pada Peraturan Menteri PU RI No. 3 Tahun 2013 dan memenuhi 5 dari 5 kriteria pada Peraturan Daerah Kota Depok No.5 Tahun 2014. UPS TPA Hanggar 4 telah telah memenuhi 62,17 dari kapasitas desain. Dari aspek efisiensi, laju pemulihan sampah pada UPS ini adalah 94,71 dan laju daur ulang yaitu 0,25 sehingga cocok untuk proses pengomposan namun memiliki tingkat efisiensi yang rendah dalam pelaksanaan waktu kerja oleh kelompok pekerja, yaitu hanya sebesar 64,83 dari waktu kerja per hari. ......One of the waste management issues in Depok City is TPA Cipayung rsquo s capacity has been exceeded. To overcome the problem, Depok City Government built Material Recovery Facility MRF, and one of them is UPS TPA Hanggar 4. To determine the MRF performance, it is necessary to do a research on the effectiveness and efficiency of the work process. The objectives of this research are 1 to identify work process 2 to identify the material flow 3 to analyze the factors affecting the effectiveness and 4 to analyze the factors affecting the efficiency rate of TPA Hanggar 4 Cipayung. This research is an ex post facto research that examine causal relationships that are not treated by researchers or manipulated and experimental research conducted by field experiments and laboratory experiments. The data were collected by observation, interview, and laboratory experiments. The results of this research show that the work process of UPS TPA Hanggar 4 consists of waste transportation, sorting process, shredding process, open windrow composting, sieving process, and packaging storage process. Based on the calculation of material flow, with the amount of waste input to UPS is 24,867 kg, the amount of composted organic waste is 24,465 kg 98,58, the amount of inorganic waste disposed to TPA Cipayung is 402 kg 1,62, and the amount compost produced is 7.339,5 kg 29.52. UPS is shown effective to reduce waste disposed to landfill as much as 97,88 0,585 from the waste input amount. The compost produced fulfills 4 parameters in SNI 19 7030 2004 and 2 parameters in Minister of Agriculture Regulation No.70 of 2011. Based on the fulfillment of technical criteria, UPS has fulfilled 4 of 5 criterias in Minister of Public Works Regulation RI No. 3 of 2013 and 5 of 5 criterias in Depok City Regional Regulation No.5 of 2014. UPS TPA Hanggar 4 has fulfilled 62.17 of the design capacity. From the efficiency aspect, the recovery rate of waste is as high as 94.71 and the recycling rate is 0.25, making it suitable for the composting process but has low efficiency rate in the implementation of working time by the worker group, that is only 64.83 of working time per day.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ashlihati Kusuma Dewi
Abstrak :
Pengendalian Persediaan (Inventory Control) merupakan salah satu kegiatan kelogistikan yang sangat penting. Persediaan yang berlebihan di satu sisi akan meningkatkan Service Level atau memperkecil stock out, tetapi di sisi lain investasi yang tertanam akan sangat besar termasuk diantaranya biaya pemesanan dari biaya penyediaan material. Begitu pula sebalikrrya, jika jumlah persediaan terlalu kecil atau ketiadaan persediaan yang sangat diperlukan untuk kegiatan operasi, akan mengakibatkan kerugian terlebih lagi bilamana menyangkut peralatan yang sifatnya vital maka kerugian yang ditimbulkan akan semakin besar pula. Tapi ini tidak berarti bahwa semua jenis material yang diperlukan harus tersedia di gudang, karena tidak ekonomis menyimpan persediaan berlebihan. Untuk itu harus dapat diperhitungkan jumlah dan jenis material apa saja yang perlu disimpan dalam persediaan diesuaikan dengan kebutuhan operasi pada tingkat yang optimal. Faktor yang mempengaruhi nilai persediaan adalah pemakaian, lead time dan kebijakan. Pemakaian yang fluktuatif, lead time yang panjang dan penerapan kebaakan yang kurang memberikan hasil positif akan berakibal kurang mendukung dalam upaya pencapalan tingkat persediaan yang optimal. Dalam pemilihan dan penerapan kebijakan ini dipengaruhi oleh kondisi operasional perusahaan yang dimaksudkan untuk memperbaiki/meningkatkan tingkat pelayanan dan TOR, memperpendek lead time serta meminimasi biaya-biaya lain yang kesernuanya mengarah kepada optimasi persediaan. Langkah yang diambil untuk mencapai tingkat persediaan suku cadang yang optimal adalah dengan menghitung tingkat persediaan yang layak untuk UP IV Cilacap disesuaikan dengan target yang ditentukan oleh Divisi Logistik, disamping menerapkan alternatif penggunaan formula pemesanan untuk mengetahui keekonomisannya. Sedangkan upaya untuk mempersingkat lead time adalah dengan memperbaiki pengelolaan KIMAP dan melakukan kebijakan dalam hal pengadaan barang. Ini semua harus didukung dengan sistem dan prosedur seperti komputerisasi dan sumber daya manusia yang memadai serta penerapan kebijakan yang berhubungan dengan pengendalian persediaan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T1486
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Widhiyani
Abstrak :

ABSTRAK
PT. Perkebunan Nusantara VII - Kedaton merupakan industri karet yang membuat produk berupa karet remah (crumb rubber) dan karet asap (ribbed smoke sheet). Karena mayoritas produknya adalah crumb rubber jadi seringkali disebut sebagai industri crumb rubber.

Karakteristik limbah yang dihasilkan ditandai dengan debit limbah yang cukup besar sekitar 750 m_/d. Sedangkan untuk karakterisitk kualitasnya terdiri dari kandungan TSS sebesar 90 mg/1 ,BOD sebesar 79,19 mg/1, COD sebesar 223,09 mg/1, Nitrate < 0,11 mg/1 dan pH 6,45. Berdasarkan rasio BOD/COD dan jenis limbah crumb rubber yang biodegradable maka pengolahan yang digunakan adalah fisik - biologi yang terdiri dari unit pengolahan rubber trap, kolam anaerobik, kolam fakultatif dan kolam aerobik.

Untuk pengevaluasian maka diajukan altematif pengelolaan limbah ponding sistem seperti pada pengolahan yang sudah ada dengan memperhatikan kandungan alga pada effluen. Dari alasan tersebut diketahui perlunya penambahan unit rock filter pada kolam akhir (aerobik) agar didapat pemisahan alga, sedangkan untuk penyempumaan maka direncanakan kembali unit pengolahan limbah cair crumb rubber yang meliputi unit rubber trap, screening, grit chamber, bak ekualisasi, kolam fakultatif, kolam aerasi dan ditambah dengan earthen shallow sedimentation basin agar didapat effluen yang lebih baik lagi.

Untuk minimisasi limbah caimya maka dapat dilakukan sistem reduce dengan cara perbaikan sistim pemisahan fisik atau dengan kolom unggun desorbsi yang bekerja dengan arah beriawanan, pengadaan sistem untuk memperoleh karet kembali, kemudian sistem reuse dengan pembuatan kolam reuse yang berisi limbah cair dengan TSS rendah dan yang terakhir sistem recycle dengan pemanfaatan lumpur dari kolam fakultatifdan pemanfaatan effluen untuk digunakan kembali pada proses produksi.
1997
S35055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romanus Anugrah Jalil Budipatmana
Abstrak :
Industri penyamakan kulit ( tannery ) cukup berkembang di Indonesia. Industri ini merupakan penghasil bahan baku bagi industri yang mengolah kulit menjadi bahan jadi seperti: sepatu, koper, tas, jaket, kerajinan tangan dan lain-lain. Perkembangan industri penyamakan kulit harus diimbangi dengan perkembangan teknologi pengolahan limbah, terutama limbah cairnya. Hal ini disebabkan karena limbah cair yang dihasilkan oleh industri penyamakan kulit mempunyai beban pengolahan yang besar, yaitu: 144,9 kg/ton BOD, 351,9 kg/ton COD, 48,3 kg/ton TSS; 3,45 kg/ton krom total, 3,45 minyak dan 12,42 kg/ton amoniak serta debit limbah cair sebesar 191,3 m / hari. Berdasarkan data kualitas limbah cair industri penyamakan kulit di atas, maka unit pengolahan limbah cair disarankan agar limbah cair tersebut memenuhi baku mutu yang ditetapkan adalah : pengolahan fisik (oil-catcher, fine-screen, comminutor, bak ekualisasi), pengolahan kimia (presipitasi krom.oksidasi sulfida, netralisasi, koagulasi-flokulasi-sedimentasi) dan pengolahan biologi (activated-sludge). Dengan menggunakan unit pengolahan tersebut diharapkan kualitas limbah yang keluar dari unit pengolahan ini adalah : BOD = 60 mg/L, COD = 204 mg/L dan TSS = 42 mg/L. Industri PT. Budi Makmur Jayamumi yang dievaluasi pada prinsipnya juga menggunakan unit pengolahan limbah cair seperti di atas. Limbah cair yang dihasilkan instalasi pengolahan limbah cair juga masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan, sehingga instalasi pengolahan limbah cair tersebut layak digunakan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlinda Rusli
Abstrak :

ABSTRAK
Kelapa sawit yang termasuk komoditas non-migas andalan di Indonesia, telah berkembang pesat selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT I). Dengan bertambahnya areal tanaman kelapa sawit akan menambah jumlah industri pengolahannya. Hal ini dapat berdampak negatif bagi lingkungan sebagai akibat dari limbah pabrik kelapa sawit yang dihasilkan.

Tujuan penelitian mi adalah melakukan studi evaluasi mengenai Unit Pengolahan Limbah (UPL) Cair industri minyak kelapa sawit yang bertempat di PT. Perkebunan Nusantara Vn-Bekri, Lampung Tengah, merencanakan suatu altematif pengolahan limbah untuk mendapatkan effluen yang memenuhi baku mutu sesuai dengan Kep.03/MENKLH/n/1991, serta mengupayakan kemungkinan adanya usaha untuk minimisasi limbah. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara, pengambilan sample air limbah danjuga mengambil gambar yang sekiranya diperlukan. Karakteristik limbah dari industri minyak kelapa sawit ini tergolong pada limbah yang mengandung limbah organik yang mudah terurai (biodegradable organic) yang berkonsentrasi tinggi. Pengolahan limbah dilakukan secara biologis.

Perencanaan altematif pengolahan limbah industri minyak kelapa sawit ini mencakup saringan (screening), flotasi, bak ekualisasi, prasedimentasi, anaerobic digestion, kolam aerasi (aerated lagoon), sludge thickener dan filter press.
1997
S34899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buntarto Hadi Rakhmanto
Abstrak :
PT. Nagamas Sakti Perkasa merupakan industri cold storage yang mengolah bahan baku udang menjadi produk udang beku. Proses produksi pada industri ini meliputi: pembongkaran dan penerimaan bahan baku, sampling dan penimbangan, pemotongan kepala, pencucian, sortasi, koreksi dan sortasi, penimbangan, perendaman, penimbangan produk, pembilasan, pemberian air dingin, penyusunan inner pan, pembekuan, packing, dan penyimpanan/cold storage. Hingga saat ini, industri ini belum mempunyai instalasi pengolahan limbah cair yang memadai. Limbah cair hanya ditampung pada bak penampungan sementara seterusnya limbah dipompa dan dibuang ke laut. Karakteristik limbah cair yang dihasilkan, ditandai dengan tingginya nilai parameter-parameter limbah cair cold storage seperti: TSS = 200, 58 mg/l, BOD = 403,13 mg/l, COD = 855,35 mg/l dan amoniak = 269,035 mg/l dengan debit 135 m_/hari. Konsentrasi dari parameter-parameter yang ada, umumnya berada di atas baku mutu Keputusan Gubemur KDKI Jakarta No. 582 Tahun 1995. Berdasarkan atas data kualitas dan kuantitas limbah di atas maka perencanaan unit pengolah limbah cair PT. Nagamas Sakti Perkasa yang direncanakan mencakup: screening, oil catcher, bak ekualisasi, bak prasedimentasi, CMAS, bak sedimentasi, sludge thickener, filter press dan sand filter. Dari hasil analisa perhitungan diketahui, untuk membangun instalasi pengolahan limbah diperlukan lahan seluas 80 m dari luas lahan yang tersedia sebesar 2500 m.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Benedictus
Abstrak :
ABSTRAK
Timbunan sampah di Kota Depok terus mengalami peningkatan yang dipicu oleh semakin besarnya jumlah penduduk Kota Depok. Selain itu tingkat perekonomian yang terus meningkat juga mengakibatkan tingkat konsumsi yan bertambah besar. Namun, dengan jumlah yang terus meningkat tidak diiringi dengan sistem penanganan yang baik dan terpadu. Dengan berlandaskan kepada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, pemerintah Kota Depok mulai mengembangkan pengolahan sampah terpadu dengan membangun unit pengolahan sampah (UPS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas UPS dalam mengurangi jumlah sampah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang disajikan secara deskriptif. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey lapangan dan pengukuran terhadap sampel-sampel yang diambil serta wawancara langsung para pekerja di lapangan. Hasil penelitian menunujukkan bahwa UPS Gunadarma memiliki tingkat efektifitas sebesar 45%, sedangkan UPS Merdeka 2 memiliki tingkat efektifitas sebesar 59%. Selain itu diketahui pula bahwa faktor proses pengolahan, pekerja, peralatan dan perlengkapan kerja, serta jumlah dan komposisi sampah yang diterima dapat mempengaruhi tingkat efektifitas UPS dalam mengurangi jumlah sampah.
ABSTRACT
Waste generation in Depok city increases rapidly,which is triggered by the increase of the population. Furthermore the increase of economic level also makes consumtive level increase. However, the increase of waste generation is not supported by a good and integrated handling system. Based on Law No.18 Year 2008 About waste management, Depok city government began to develop integrated solid waste management by developing solid waste handling facilities (UPS). This research was conducted to determine the effectiveness rate of UPS in reducing waste and factors

The research use quantitative and qualitatavie approaches and presented in a descriptive way. This research conducted using survey method, sample measurement, and direct interview of the UPS workers. The results show that the effectiveness rate of UPS Gunadarma, while the effectivenees rate of UPS Merdeka 2 is 59%. Besides it shown that processing, human resource, equipment, amount and composition of waste can affect the effectiveness rate of UPS in reducing waste.
2010
S50629
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rury Fuadhilah
Abstrak :
ABSTRAK Sampah merupakan permasalahan yang tak kunjung selesai sampai hari ini di Indonesia, khususnya di kota-kota pendukung ibukota seperti pada Kota Tangerang Selatan. Kecamatan Serpong, Serpong Utara, dan Setu merupakan bagian dari Kota Tangerang Selatan yang memiliki karakteristik khusus yaitu sebagai daerah industri di Tangerang Selatan. Pelayanan persampahan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan baru mencapai 23% di tahun 2011. Sementara timbulan sampah akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, dan komposisi sampah mengalami perubahan setiap tahun akibat adanya perubahan pada pola hidup dan tingkat ekonomi masyarakat. Paradigma pengelolaan sampah yang ada masih konvensional sehingga jumlah timbulan yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir masih cukup besar. Tangerang Selatan merupakan salah satu kota yang memiliki timbulan sampah cukup besar yaitu sebesar 3.919 m3/hari pada tahun 2010. Penelitian ini mengukur timbulan dan komposisi sampah di Kecamatan Serpong, Serpong Utara, dan Setu meliputi perumahan, pertokoan, industri, pasar, perkantoran dan sekolah. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menjadi dasar usulan desain pengelolaan persampahan. Untuk memperoleh data kuantitatif tersebut perlu dilakukan studi timbulan dan komposisi sampah terlebih dahulu dengan cara melakukan pengambilan dan pengukuran sampel (sampling) pada masing-masing sumber sampah. Untuk merencanakan sistem persampahan dibutuhkan data timbulan sampah pada 20 tahun mendatang maka dilakukan proyeksi timbulan sampah pada tahun 2031 di Kecamatan Serpong, Serpong Utara, dan Setu adalah 305,11 ton/hari, 193,38 ton/hari dan 251,47 ton/hari atau 3597 m3/hari, 1747,22 m3/hari, dan 3623,74 m3/hari. Sehingga didapatkan kebutuhan sarana pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, serta pembuangan akhir. Adapun proses pengolahan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah pemilahan, daur ulang, dan komposting.
ABSTRACT Solid waste is an unstoppable problem in Indonesia, especially in suburban city such as Kota Tangerang Selatan. Serpong, Serpong Utara and Setu Sub-District is part of South Tangerang city that has special characteristic as the industrial area in Tangerang Selatan. Waste services that was performed by the Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan has only reached 23% in 2011. While waste generation will increase by the increasing of population. Moreover, waste composition changes each year due to lifestyle and the change of economic levels in society. There is only conventional waste management paradigm so the amount of generation coming into the final disposal is still quite large. Tangerang Selatan is a city that has a pretty big waste that is equal to 3919 m3/day in 2010. This study measures the generation and composition of waste in the Serpong, Serpong Utara and Setu Sub-District include housing, shops, industries, markets, offices and schools. This study is a quantitative and for basis design of the proposed solid waste management. To obtain quantitative data, it is necessary to study the generation and waste composition in advance by means of sample collection and measurement (sampling) on each source of waste. To plan for solid waste systems, requires data on the 20-year solid waste carried out projections of future waste generation in the year 2031 in Serpong, Serpong Utara and Setu Sub- District is 305,11 tons/day, 193,38 tons/day and 251,47 tons/day or 3597 m3/day, 1747,22 m3/day, and 3623,74 m3/day. So we get the means storage, collection, transportation, processing, and final disposal needs. The treatment process at the Integrated Waste Sites (TPST) is the sorting, recycling, and composting.
2012
S42148
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kurnia Astuti
Abstrak :
Kejadian resistensi antibiotik meningkat di seluruh dunia. Unit pengolahan limbah rumah sakit dapat menjadi sumber penularan serta tempat berkembang biak maupun munculnya bakteri resisten antibiotik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah bakteri resisten antibiotik yang direpresentasikan dengan Escherichia coli (E. coli) pada influen dan effluen unit pengolahan limbah rumah sakit IPAL Terpadu 2 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sebagian besar air limbah terdiri dari buangan feses dan urin pasien rawat inap di Gedung A RSCM. Antibiotika yang diuji untuk resistensi adalah Meropenem, Cefixime, dan Ciprofloxacin melalui metode disk diffusion test. Hasil yang didapatkan menunjukkan E. coli resistensi terhadap Ciprofloxacin, Cefixime, dan Meropenem masing-masing sebesar 50,96%, 47,63%, dan 14,18%. Efisiensi terbesar dalam mengurangi jumlah mikroorganisme pada unit pengolahan di IPAL Terpadu 2 RSCM adalah pada unit disinfeksi, yaitu sebesar 97,14%. ......The incidence of antibiotic resistance is increasing worldwide. Hospital wastewater treatment plant can become a source for transmission as well as place for breeding and development of antibiotic resistance bacteria. The study was conducted to determine the number of antibiotic-resistant bacteria that is represented by Escherichia coli (E. coli) in the influent and effluent hospital wastewater treatment plant in Wastewater Treatment Plant 2 of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. The wastewater mostly consisted of faeces and urine from hospitalized patients in Building A RSCM. The antibiotics to be tested for resistance are Meropenem, Cefixime, and Ciprofloxacin using disk diffusion test method. The results showed E. coli resistance to Ciprofloxacin, Cefixime, and Meropenem are respectively 50,96%, 47,63%, and 14,18%. The highest eficiency in decreasing the number of microorganism in IPAL Terpadu 2 RSCM is achieved by the disinfection unit, that is 97,14%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T45570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>