Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This research is aimed to clarify describes how does the society participation in arranging of Independent Village Development Planning Program , advantage and disadvantage factors that influence society participants in arranging of Independent Village Development Planning Program needed, and strategic description in increasing the society participants in arranging of Independent Village Development palnning Program in Long Ikis, Paser . This research used descriptive -qualitative design. Data of this research was based on the paper sheet of the interview and documentation sources. Technique purposive and snowball used in determination of informan. Analysis was done using interactive model, such as reduction, data review, and conclusion. descriptive strategic formula was used SWOT analysis instrument. This research revealed the following findings , generally, society participants of Long Ikis residents in arranging of Independent Village Development Planning Program were bias/partiality. Disadvantage factor that describe the weakness of program ,such as,limited time, work ,fund, information,socialization, communication,and departement oriented. Advantage factor that support the program likely, benefit , interest and territori. Strategic description in improving the society participants in arranging of Independent Village Development planning Program in Long Ikis , Paser using maximized unit in the resident with the appropriate development fund in Paser, revitalized social economic in decreasing the poorness, organized the society norm toward in varying government policy, and effectively communication approve between government and employment in the palm plantation sector."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raimond Sato
"

Abstrak

Paradigma desa membangun merupakan gagasan yang memposisikan desa mandiri dalam menggerakan pembangunan dari bawah, dengan prakarsa lokal atau ide yang digagas melalui adanya  interaksi masyarakat yang berskala lokal di kampung.  Kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa maka setiap kegiatan pembangunan berskala lokal yang ditujukan di kampung merupakan bagian dari desa membangun atau desa menggerakan pembangunan. Upaya pembangunan lokal di kampung Muris Kecil yang ditujukan oleh pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten nampak pada pemberian alokasi dana yang besar setiap tahunnya, namun dalam Indeks Desa Membangun 2015,  kampung Muris Kecil masuk dalam  dalam kategori tertinggal atau kampung tertinggal. Menarik untuk dilihat bagaimana implementasi kewenangan lokal yang dimiliki kampung dalam mengelola pembangunan dikampung muris kecil menuju desa mandiri, melalui transparasi, akuntabilitas dan pelibatan masyarakat dalam kegiatan Musrenbang melalui alur perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan setiap kegiatan pembangunan yang lakukan di kampung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan teknik wawancara mendalam serta observasi langsung di kampung Muris Kecil. Dari hasil penelitian terlihat bahwa implementasi kewenangan lokal dalam pelaksanaan pembangunan belum mampu diwujudkan sebagaimana mestinya dan penerapannya masih terhambat karena beberapa hal antara lain kurangnya sumber daya manusia yang kompeten, akses masyarakat terhadap informasi untuk memahami informasi–informasi yang penting terkait pengelolaan pembangunan dikampung masih sangat kurang, lemahnya peranan institusi lokal yang ada dikampung untuk menunjang adanya keterlibatan masyarakat dalam setiapkegiatan pembangunan dan lemahnya peran institusi lokal kemasyarkatan dalam mengelola isu politik lokal yang sangat kental dengan monopoli dan kesewenang-wenangan dari pemerintah kampung sebagai penyelenggara pembangunan dikampung, selain itu juga belum ada skala prioritas dan komitmen dalam menetapkan program, kemudian juga tantangan yang ada juga seperti kekuatan birokrasi politik lokal yang berpengaruh terhadap pengelolaan kewenangan di kampung dan seringkali menghadirkan praktek - praktek politik praktis dalam pelaksanaan program yang diasistensi oleh dinas atau organisasi perangkat daerah kabupaten sampai dengan proses pembuatan laporan pertanggungjawaban atas program kegiatan yang dilakukan dikampung, dan yang terakhir adalah terbentuknya pengelompokan masyarakat sebagai bagian dari protes masyarakat dimana pemerintahan kampung tidak mengedepankan asas demokrasi juga buruknya tatakelola pemerintah kampung yang berbasis akuntabilitas, transparansi, dan partisipatif sehingga pembangunan menuju kemandirian kampung tidak dapat diwujudkan.


Issues of local authority in the implementation of village development

In Kampung Muris Kecil, Jayapura Regency, Papua Province

 

Abstract

The village building paradigm is an idea that positions independent villages in moving development from below, with local initiatives or ideas initiated through local community interaction in the village. Authority based on origin rights and village-scale local authority then any local scale development activities aimed at villages are part of the building village or the village moves development. Local development efforts in the village of Muris Kecil addressed by the Central, Provincial and District governments appear in the provision of large funds every year, but in the 2015 Village Development Index, the village of Muris Kecil falls into the category of lagging or disadvantaged villages. It is interesting to see how the implementation of local authority possessed by the village in managing development in the village of small muris to independent villages, through transparency, accountability and involvement of the community in Musrenbang activities through the planning, implementation, and reporting of each development activity carried out in the village. This study used a qualitative approach and in-depth interview techniques and direct observation in the village of Muris Kecil. The results of the study show that the implementation of local authority in the implementation of development has not been able to be properly realized and its implementation is still hampered because several things include lack of competent human resources, public access to information to understand important information related to village development management is still very lacking the weak role of local institutions in the village to support community involvement in all development activities and the weak role of local institutions in managing local political issues that are very thick with monopoly and arbitrariness from the village government as organizers of development in the village. priorities and commitments in establishing programs, then also the challenges that exist as well as the strength of local political bureaucracy that influences management of authority in the village and often presents practice - Practical political practices in the implementation of programs that are supported by the district offices or organizations up to the process of making accountability reports on activities carried out in the village, and finally the formation of community groupings as part of community protests where village governments do not put forward the principles of democracy and poor governance village government based on accountability, transparency and participation so that development towards village independence cannot be realized.

"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windriati Suryandari
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Debora Lusiana
"Sejak terbitnya Undang-undang tentang Desa pada tahun 2014, desa sebagai pemerintah daerah pada tingkat terendah di Indonesia, memiliki hak otonomi untuk mengatur anggarannya. Salah satu mandat dari undang-undang ini adalah lahirnya program Dana Desa. Seperti yang dinyatakan di dalam undang-undang tersebut, tujuan dari program Dana Desa adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan pembangunan desa. Penelitian ini menganalisa pengaruh Dana Desa terhadap pembangunan desa di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, yang memiliki potensi ekonomi yang cukup baik. Desain empiris pada penelitian ini adalah pendekatan difference-in-difference seta panel data untuk 386 desa dari tahun 2014 sampai 2018. Indeks Pembangunan Desa (IPD) digunakan untuk menggambarkan pembangunan desa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dana desa secara parsial mempengaruhi status pembangunan desa dengan meningkatkan kualitas infrastruktur dan administrasi pemerintahan desa.
......Since the establishment of Indonesia’s Village Law in 2014, the village, as the lowest tier of regional government in Indonesia, has the autonomy to regulate its budget. A mandate of the Village Law is implementing the Village Fund program. As stated in the law, the objective of the Village Fund program is to improve the welfare and equity of village development. This research paper analyses the impact of the Village Fund on rural development in Simalungun District, in North Sumatera Province, which has significant economic potential. This empirical design relies on a difference-in-difference approach and panel data for 386 villages from 2014 to 2018. The Village Development index reflects rural development. The result indicates that Village Fund partially impacted the village development status by improving the quality of infrastructure and enhancing village government administration."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Nova Vernando
"ABSTRAK
Wilayah Indonesia menurut pasal 18 UUD 45 dibagi atas wilayah besar dan kecil, dimana bentuk dan susunan pemerintahannya diatur berdasarkan Undang-Undang yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 74 dan Undang-Undang No. 5 Tahun 79. Desa adalah merupakan suatu kesatuan wilayah terendah yang merupakan masyarakat hukum, mempunyai pemerintahan dan berhak mengatur rumah tangganya sendiri di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 79. Kebijaksanaan pelaksanaan Pembangunan Nasional didasarkan pada TRILOGI PEMBANGUNAN NASIONAL, di mana urutan pertamanya adalah pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Karena sebahagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan sehingga wajarlah bila masalah pedesaan menjadi salah satu topik yang menarik untuk di kaji dalam pembahasan masalah Pembangunan Nasional di Indonesia. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah Partisipasi Masyarakat Desa·Jetis dalarn Pembangunan Desanya. Partisipasi rnasyarakat merupakan salah satu elemen penting dalam pembangunan adalah merupakan tanggung jawab penting dalam pembangunan, dan menjadi tanggung jawab pemerintahan desa untuk menumbuhkan dan meningkatkannya. Dalam pelaksanaan pembangunan Desa di desa Jetis Kecamatan Ambarawa, Daerah Tingkat II Kabupaten Semarang Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Tengah, peranserta masyarakatnya terlihat sangat menonjol. Peranserta masyarakat Jetis yang menonjol ini, menggugah keingintahuan penulis untuk mengetahui faktor-faktor yang mernpengaruhi partisipasi atau peranserta masyarakat desa Jetis tersebut. Dalam rangka memenuhi keingintahuan tersebut, berdasarkan teori-teori dan literatur yang dapat penulis baca, penulis mencoba mengideptifisir faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat desa Jetis yaitu faktor yang ada dalam masyarakat itu sendiri (Status Sosial Ekonomi) Administrasi Pemerintah desa Jetis (kepemimpinan desa Jetis pemerintahan desa Jetis dan Administrasi pelayanan) dan faktor-faktor proyek yang dilaksanakan (manfaat proyek dan letak proyek). Pengumpulan bahan-bahan penulisan ini dilaksanakan melalui : Wawancara berstruktur dengan Responden sebanyak 100 orang yang ditarik secara random. Wawancara mendalam dengan Kepala Desa Jetis Seksi Penerangan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa GLKMD) dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Dari berbagai informasi yang terkumpul tersebut penulis membuat suatu kajian atau pembahasan atas pembangunan yang dilaksanakan, partisipasi dan faktor yang mempengaruhinya, yang dirangkum dalam empat bab penulisan, dimana hasilnya adalah bahwa partisipasi yang ada dipengaruhi oleh. Status Sosial Ekonomi (SSE) masyarakat. Administrasi Desa dan Proyek Pembangunan yang dilaksanakan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Fatem
"Abstract. Community empowerment has ample opportunity for accomplishment in the decentralization era and through the implementation of regional and special autonomy in Papua. This research analyzes the influence of community empowerment on community participation in village development in the Jayapura Regency and establishes a model for community empowerment and participation in regional development, using the quantitative approach. Primary data is collected from respondents through questionnaires, interview guides, and on-site observation. Respondents are chosen using the cluster sampling technique (with two or more respondents) to determine sample areas (districts and villages), and respondents from sample villages are chosen using the proportional random sampling technique. Field data is processed and analyzed using the structural path analysis technique and the qualitative-descriptive analysis. According to research findings: (1) participation in village development is influenced by community empowerment, which is shaped by conducive situation, community capacity, and community protection (2) the participatory dimensions in village development are planning, implementation, utilization, and maintenance, and evaluation is partially determined by the significant influence from conducive situation and community capacity. It is our hope that this review on community empowerment and participation in development can contribute to transforming community members into the main agents of development, therefore leading to a development that is ?from, by, and for? the community."
2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mujio
"Having abundant natural resources, the village is the foundation of the city. Villages have the potential to develop various natural, physical, social, demographic, and cultural resources that have not been optimally utilized. Therefore, sustainable village development is necessary to improve villagers' welfare and quality of life. This study aims to identify the status of village sustainability and sensitive attributes in village development through a case study in Cijeruk Village, Cijeruk District, Bogor Regency. The study examined four aspects of sustainability, ecology, economy, socio-culture, and legal and institutional dimensions using a Multidimensional Scaling (MDS) analysis called Rap-BUSAJI (Rapid Appraisal of Cijeruk Village Development). The study found that Cijeruk Village has a relatively sustainable status, with an overall index of 53.29%. The study also identified ten sensitive attributes that could be used to evaluate development. These ten attributes include three ecological dimension attributes (clean water sources for communal MCK, availability of clean water, and availability of MCK in every house); 3 attributes of the economic dimension (marketing range of main commodities, types of main commodities, and availability of supporting industries for main commodities); 3 attributes of the socio-cultural dimension (average community education level, number of agricultural workforces, and number of unemployment); and one attribute of legal and institutional dimensions (maps of disaster-prone areas availability)."
Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas, 2023
650 JISDP 4:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Wesly
"Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeliharaan) Program lnpres Bantuan Pembangunan Desa di Desa Tambun, Desa Jejakajaya dan Desa Sriamur Kecamatan Tambun, Kabupaten Dati II Bekasi serta faktor-faktor apa sebenarnya yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program dimaksud.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dimana penulis mencoba mendeskripsikan fenomena untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program Inpres Bantuan Pembangunan Desa di Kabupaten Dati II Bekasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program lnpres Bantuan Pembangunan Desa di Kecamatan Tambun Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi, dapat dikemukakan sebagai berikut :
Bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan menunjukkan korelasi yang cukup kuat dari faktor-faktor yang disebutkan dalam kerangka pemikiran sebelumnya yaitu nyata pada tingkat prosentase 75%, hal ini terutama terlihat pada alasan-alasan masyarakat desa yang rasional yaitu kebutuhan akan lapangan kerja, ruang gerak berpartisipasi dalam pembangunan, perbaikan tempat pemukiman, peningkatan usaha ekonomi masyarakat desa.
Sementara tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan pengguliran Dana Inpres Bantuan Pembangunan Masyarakat Desa secara faktual responden yang memberikan jawaban "Aktif berpartisipasi dan "Kadang-kadang" berpartisipasi nyata pada tingkat prosentase 67,5%, sedangkan responden yang menjawab "Jarang Sekali" adalah 32,5%. Dengan demikian hal yang dapat diidentifikasikan dari pengaruh partisipasi masyarakat tersebut adalah kebutuhan akan lapangan kerja, faktor kesadaran masyarakat cukup tinggi, keserasian lingkungan hidup dan pemukiman, peluang berpartisipasi dalam pembangunan.
Adapun partisipasi masyarakat dalam proses pemeliharaan proyek-proyek dari Dana Inpres secara faktual menunjukkan ?Sering" berpartisipasi dan "Kadangkadang" berpartisipasi berada pada prosentase 65% yang berarti berkorelasi positif dengan faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya, namun yang paling menonjol adalah kebutuhan lapangan kerja, kesadaran cukup tinggi dan lain-lain."
2000
T5472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safrudin
"Hakikat tujuan pembangunan pedesaan adalah mengubah secara sadar dan bertahap tatanan kehidupan warga masyarakat desa dari sistem nilai tradisional ke arah sistem nilai modern. Atau dengan kata lain, pembangunan pedesaan adalah suatu proses modernitas kehidupan masyarakat desa yang dilakukan secara terpola dan terarah untuk meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan warga masyarakat desa, dimana arti dan fungsi nilai-nilai teori (penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi) dan nilai-nilai ekonomi (kesejahteraan masyarakat) menjadi lebih dominan dari nilai-nilal lainnya.
Dalam pelaksanaannya, tujuan pembangunan desa ternyata masih jauh dari kenyataan yang diinginkan. Hasil pembangunan pedesaan tampaknya belum merata, dan bahkan terdapat indikator yang menunjukan bahwa gerak pembangunan pedesaan terkesan lamban bila dibandingkan dengan gerak pembangunan perkotaan. Berangkat dari pemikiran inilah, penulis mencoba mengkaji kebijakan dan strategi pembangunan desa dengan mengambil studi kasus di Desa Kota Baru Kecamatan Lahat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan.
Secara umum, dari hasil observasi dan studi pustaka yang dilakukan selama penelitian berlangsung, menunjukkan adanya distorsi pembangunan yang disebabkan oleh kemandegan fungsi kelembagaan masyarakat desa khususnya di Kota Baru. Persoalan ini muncul berawal dari penerapan UU No. 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa yang kemudian disusul dengan kepmendagri No.27 Tahun 1984 tentang susunan organisasi dan tata kerja Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Keberadaan undang-undang tersebut ternyata telah mendisfungsikan kelembagaan masyarakat yang semestinya demokratis, aspiratif dalam penyusunan rencana pembangunan desa. Akibatnya kemudian adalah berhentinya fungsi LMD dan LKMD sebagai lembaga pengambilan keputusan dan perencana pembangunan di desa sebagai representasi kebutuhan masyarakat.
Dari hasil observasi di desa Kota Baru menunjukkan bahwa, pola perencanaan top-down dalam pembangunan pedesaan yang dipraktekkan sejak orde baru ternyata kurang efektif dalam upaya membangun dan memberdayakan masyarakat desa sebagai obyek sekaiigus subyek pembangunan.
Dari hasil penemuan tersebut, maka penulis mencoba menyarankan untuk dilakukannya reformasi kelembagaan masyarakat di desa Kota Baru, agar lebih demokratis, aspiratif terhadap kebutuhan masyarakat, serta berkualitas dalam pengertian bahwa aparatur yang duduk di kelembagaan tersebut memiliki kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam merencanakan dan mengambil kebijakan dalam rangka mensukseskan pembangunan desa di Kota Baru Kabupaten Lahat Sumatera Selatan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan rill masyarakat desa Kota Baru."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Yudi Douglas
"Bencana alam gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 mengakibatkan kehancuran pada kehidupan dan wilayah di Provinsi NAD dan KepuIauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Bencana tersebut mengakibatkan korban meninggal sebanyak 132 ribu jiwa, 37.000 jiwa dinyatakan hilang, dan 572.000 penduduk kehilangan tempat tinggal pada Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam serta Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Oleh sebab itu diperlukan tindakan untuk merehabilitasi dan merekonstruksi wilayah dan kehidupan masyarakat yang terkena bencana.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empirik, fakta, dan informasi yang sahih (valid) dan benar serta dapat dipercaya (reliabel} tentang Evaluasi Perencanaan Desa Dalam Membangun Kembali Lingkungan Perdesaan Pasca Bencana Alam Tsunami 2004. Di samping itu, penelitian ini secara lebih spesifik bertujuan juga untuk:
1. Menemukenali apakah penyusunan rencana gampong yang telah dilakukan efektif dalam memenuhi kebutuhan mendesak perencanaan pembangunan kembali perdesaan pasca bencana alam tsunami.
2. Memberikan gambaran model pencapaian kesepakatan dalam penyusunan rencana desa dan peta desa pasca bencana al= tsunami.
3. Memberikan gambaran upaya perwujudan lingkungan perdesaan yang lebih balk di dalam rencana desa yang telah tersusun.
Janis penelitian yang digunakan adalah metode expos, facto. Metode ini digunakan untuk memudahkan menemukan hubungan-hubungan (korelasi) antara variabel babas dan terikat berdasarkan fakta dan data yang sudah terjadi (expos, facto). Dengan dernikian penelitian dilakukan tanpa ada sesuatu perlakuan (treatment) apapun dari peneliti. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik yang digunakan dalam metode kualitatif adalah teknik wawancara mendalam dan observasi langsung. Sampel penelitian dalam wilayah Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar ditetapkan secara purposive, artinya sampel desa yang dipilih ditetapkan dengan kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau dengan menggunakan teknik secara Purposive structured sampling.
Hasil penelitian ini adalah Village plan dan village map ini disusun berdasarkan kesepakatan warga. Penyusunan sebuah perencanaan desa dengan melibatkan partisipasi penuh masyarakat dalam setiap tahap perumusan kebijakan dan hasil perencanaan tersebut diimplementasikan dalam hal ini adalah penyusunan village plan adalah proses yang langka terjadi sebelumnya di Indonesia. Faktor kerusakan yang massif inilah yang mendorong sernua pihak untuk terlibat dan bersama-sama membangun kembali desa.
Dalam rangka pembangunan kembali rumah dan lingkungan perdesaan, pendekatan perencanaan dan pembangunan yang dilakukan didominasi oleh pendekatan bottom up atau pendekatan berbasis komunitas (community based approach). Salah satu produk pendekatan ini adalah tersusunnya village map (peta desa pasca tsunami) dan village plan (rencana gampong atau desa pasca tsunami).
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan antara lain:
1. Penyusunan rencana gampong dengan pendekatan berbasis kemufakatan masyarakat efektif dalam merespons kebutuhan mendesak perencanaan pembangunan kembali perdesaan pasca bencana alam tsunami. Rencana gampong dapat disusun dalam waktu yang relatif singkat Efektif dalam pelibatan masyarakat terutarna dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian proses penyusunan rencana gampong merupakan suatu bentuk perencanaan partisipatif (participatory planning) yang dapat diaplikasikan secara efektif.
Pendekatan penyusunan rencana gampong merupakan pendekatan yang cakap dan cocok untuk diterapkan (versatile) sebagai pendekatan yang mampu merespons kebutuhan masyarakat perdesaan dan juga untuk pembangunan kawasan atau wilayah yang telah hancur total akibat bencana alam seperti yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, khususnya pada ke 4 desa yaitu Desa Lam Jabal, Gampong Baro, Gampong Pande dan Desa Labuy.
2. Pencapaian kesepakatan dalam penyusunan village plan dan village map bail( di Desa Lam Jabal, Gampong Baro, Gampong Pande dan Desa Labuy dilakukan dalam proses yang dikenal dengan duek pakat. Duek pakat atau rembug desa merupakan proses musyawarah atau rembug desa dengan tujuan menghasilkan kemufakatan bersama penduduk yang selamat dart bencana alam tsunami 2004. Proses pencapaian kesepakatan dilakukan dengan memberikan pemahaman mendalam terlebih dahulu kepada para tokoh kunci di masing-masing desa oleh pendamping (Fasilitator). Para tokoh kunci inilah yang kemudian menjadi media komunikasi dan sosialisai yang efektif terhadap berbagai rencana yang ada dalam village planning kepada penduduknya masing-messing.
Umumnya proses komunikasi dan sosialisasi diwarnai dengan negosiasi bersama penduduk agar kemufakatan dapat tercapai. Namun kesepakatan tidak terlampau sulit untuk tercapai. Selain karena faktor pernimpin yang dipercaya telah menjadi juru kunci komunikasi, faktor terjadinya bencana alam tsunami temyata menjadi faktor pendorong utama kesadaran penduduk. Kesadaran yang dimaksud adalah agar sebagian penduduk rela untuk melepaskan sebagian dari hak milik pribadinya agar dapat digunakan sebagai bagian dari upaya mewujudkan kondisi lingkungan perdesaan yang lebih balk pada masa yang akan datang.
3. Village plan yang telah tersusun berdasarkan kemufakatan bersama masyarakat baik di Desa Lam Jabat, Gampong Baro, Gampong Panda dan Desa Labuy telah memasukkan beberapa unsur penting sebagai bentuk upaya perwujudan lingkungan yang lebih baik. Beberapa unsur penting tersebut antara lain
a. Memasukkan bukit penyelamatan (Escape hill) di sekitar kawasan permukiman yang bisa dicapai dalam waktu 5, 10 dan 20 menit.
b. Mendisain akses untuk evakuasi (evacuatiordescape routes) dengan penataan kembali dan pembangunan jaringan jalan lingkungan dan jalan lokal.
c. Menciptakan sabuk hijau (green belt/forested town) yang sesuai tingkatan sehingga membentuk city belt, district belt dan neighborhood belt.
d. Pembangunan kembali jalan pada masing-masing gampong atau desa meliputi pelebaran jalan utarna gampong serta peningkatan kualitas pedestrian. Peningkatan kualitas pedestrian terdiri dan pembangunan pedestrian baru dan juga perbaikan pedestrian yang telah lama rusak.
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian maka dapat diusulkan beberapa saran tindak antara lain:
1. Penelitian ini dilakukan pada saat village plan belum selesai diimplementasikan (on going). Oleh sebab itu masih diperlukan penelitian lanjutan dengan jangka waktu setelah village plan ini selesai diimplementasikann (post implementation).
2. Village plan pada dasarnya belum dikenal dalam hierarki perencanaan di Indonesia. Oleh sebab itu diperlukan adanya pemikiran khususnya dari pemerintah mengenai aspek legalitas village plan beserta berbagai pendekatan yang dilakukan."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>