Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amelia Fauzia
Jakarta: Center for the Study of Religion and Culture (CSRC), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007
297 AME a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Qardhawy, Yusuf
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996
297.43 ALQ r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Santosa
"Masalah wanita belakangan ini seolah-olah menjadi berita yang hangat di berbagai pelosok negeri ini. Berbagai kajian tentang masalah wanita ramai diperbincangkan, dan akhir-akhir ini muncul gerakan-gerakan keperempuanan yang meminta diakui keberadaannya.
Di dunia Islam sendiri, fenomena ini menjadi isu hangat dan menarik untuk di diskusikan. Kontroversi peran wanita dalam berbagai bidang menjadi ajang yang sangat menarik yang pada akhirnya selalu menimbulkan pro dan kontra.
Hal yang menarik untuk ditelusuri adalah mengenai kiprah wanita dalam masalah periwayatan hadis, yang sebagaimana kita ketahui bahwa hadis merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Qur'an dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam ajaran agama Islam.
Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui sejauhmana peran dan kontribusi yang "dimainkan" oleh wanita dalam proses penyebaran hadis sehingga hadis tersebut bisa sampai kepada masyarakat secara luas. Obyek kajian dalam penelitian ini difokuskan kepada perawi-perawi wanita yang terdapat dalam kitab-kitab hadis yang enam yaitu Sahib al-Bukhari, Sahib Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan al-Tirmizi, Sunan aI-Nasal, dan Sunan Ibnu Majah, karena keenam kitab hadis inilah yang merupakan "rujukan utama" dalam pembahasan dan pencarian kualitas sebuah hadis.
Dari hasil analisis pembahasan, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :
1. Intensitas keterlibatan wanita dalam periwayatan hadis terbilang tinggi, walau tidak bisa disejajarkan dengan peran yang telah dilakukan perawi laki-laki. Peran yang sangat besar ini, memberikan dukungan dan gambaran yang nyata bahwa kedudukan wanita begitu diperhitungkan dalam Islam.
2. Secara keseluruhan kredibilitas dan kualitas perawi wanita dalam periwayatan hadis sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya penolakan yang dilakukan oleh para ulama dan kritikus hadis terhadap semua periwayatan yang dilakukan oleh 201 orang perawi wanita dari keseluruhan generasi yang ada, yang tercantum dalam kutub al sittah.
3. Penyusutan jumlah dan hilangnya peredaran perawi wanita dalam proses periwayatan hadis setelah generasi ketujuh lebih disebabkan karena faktor kurangnya informasi yang dimiliki oleh para ulama dan kritikus hadis mengenai biografi perawi-perawi wanita tersebut.

Recently, woman issues become trend mark in the whole of this country. Studies in woman issues are one of the subject matters that discussed by many people and, now, feminine movements appear to require recognition of their existence.
In Islamic World, this phenomenon becomes a critical and interesting issue to be discussed. Controversy on the woman role in any fields is one of the most interesting subjects that finally always appears pro and contra.
The interesting case to be surveyed is about role of woman in reporting of hadist that we know it as second source of Islamic law after Alquran and has a high position is Islamic teaching.
Therefore, this research is aimed to observe role and contribution that played by woman in distribution process of hadist so that it can be reached extensively by people. The focus object of this research is reporter women in kutub al-sittah, namely Sahib al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dazed, Sunan al-Tirmizi, Sunan al?Nasal, dan Sunan Ibnu Majah. As we know, the Kutub al-Sittah is the main source in study and searching in quality of hadist.
From the study analysis, we obtain results of this research as following:
1. Intensity of woman that involve in reporting of hadist is high enough although it can not be paralleled by the role of man. This fact indicates that woman has an important position in Islam.
2. Generally, credibility and quality of women in reporting of hadist is very good. This is proved by no one of muhadditsin that refused hadist reported by 201 reporter women from all of generation in Kutub al-Sittah.
3. Decreasing in quantity and loss generation of women reporter after seventh generation is more caused by the lack of information that occupied by muhadditsin, especially about their biography.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munirul Abidin
"On interpretation of women in Indonesia from Islamic perspective."
Malang: UIN Maliki Press, 2011
297.122 6 MUN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
A. D. Kusumaningtyas
"Alasan untuk menulis judul ini adalah karena masih kurangnya penelitian yang secara spesifik menyorot persoalan perempuan dalam dunia politik Islam, secara lebih spesifik dalam dunia kepartaian Islam di Indonesia, Tulisan ini disusun sebagai hasil analisis penelitian dari 5 partai politik Islam peserta pemilu 2004 di Indonesia dan wawancara yang dilakukan kepada 9 orang subjek penelitian yang terdiri dari politisi perempuan dari kelima partai tersebut. Kelima partai politik Islam yang dimaksud adalah PBB, PPP, PAN, PKB, dan PKS.
Terdapat 6 pertanyaan penelitian yang diharapkan dapat dijawab di akhir penelitian ini. Yaitu : (1) Bagaimanakah pandangan yang berkembang di dalam komunitas muslim mengenai perempuan berpolitik? (2) Alasan apa sajakah yang membuat para politisi perempuan ini memilih partai Islam? (3) Seperti apakah representasi perempuan di berbagai partai politik Islam di Indonesia? (4) Bagaimanakah konsep atau pencitraan perempuan yang ditawarkan oleh partai-partai politik ini berdasarkan rumusan platform dan programnya? (5) Apa dampak pencitraan tersebut terhadap berbagai agenda politik perempuan? (6) Bagaimana politisi muslim perempuan memaknai kehadiran mereka di kancah politik melalui partai-partai Islam yang dipilihnya ?
Sejumlah konsep yang membabas tentang partai politik Islam, representasi, dan politik Islam mengantarkan berbagai kajian yang dipandang dari beberapa kombinasi teori polar feminis. Representasi politik perempuan tergambarkan dalam jumlah keterwakilan perempuan di dalam partai politik di parlemen, isu-isu dan kepentingan perempuan yang terumuskan dalam agenda, platform, dan program partai; seria penghayatan pribadi subjek sebagai politik yang bertindak "atas nama" dan "untuk kepentingan" kaum perempuan dan sebagai muslim.
Dari penelitian ini, penulis menemukan bahwa terdapat 2 jenis kategorisasi partai Islam dalam merespon berbagai persoalan perempuan. Yaitu adanya partai yang merniliki sikap yang limitatif ierhadap hak-hak perempuan yang diwakili oleh partai-partai yang menyebut diri secara formal sebagai partai Islam seperti PBB, PPP, dan PKS. Selain itu juga terdapat partai-partai yang memiliki sikap liberatif terhadap hak-hak perempuan yang dalam hal ini direpresentasikan oleh partai yang bersifat lebih inklusif dalam menafsirkan pemahaman mereka tentang Islam maupun lebih dikategorikan sebagai partai yang mengandalkan basis massa Islam seperti PAN dan PKB. Dan perempuan, selalu berjuang untuk memperbaiki posisi politik maupun menyuarakan berbagai kepentingan mereka melalui strategi pemberdayaan perempuan melalui sayap-sayap organisasi yang dibentuk di dalam partai maupun mencoba menembus batas di lintas partai, tennasuk pada partai-partai yang tidak memiliki kepentingan primordial yang sama pada identitas Islam mereka.

The reason of choosing this topic is the lack of research which specifically talking about women in Islamic political world, especially in Islamic political parties in Indonesia. This study investigates Islamic political parties which participated in General Election 2004 by interviewing of 9 moslem women politicians from five Islamic parties. who become subjects of the research. Those five parties are: PBB, PPP, PAN , PKS.
There are 6 research questions that I hope will be answered at the end of the research. Those questions are : (I) how are the developing concepts in moslem community about women and politics (2) what are the reason's of Moslem women politician in choosing Islamic political parties (3) how are women represented in Islamic political parties (4) what kind of concept about "women" which are constructed by those parties through their agenda, platform and program (5) what is the impact of that to women political agenda (6) and what the moslem women politicians mean their existence in political world within the political parties they had chooses.
Several concepts which talk about Islamic political party, representation, and Islamic politics have developed several discourses that we can see from the various feminist political theories. Women political representation has been described in the amount of women representation in political parties or as parliament members, in the women issues and interest that will be implemented in the political parties' agendas, platforms, and programs. The reflection of subject as a politician that always "stand for" and "act for" both moslem and women.
From this research, the writer tries to elaborate 2 categories of Islamic political party in responding women issues. First the limitative party in responding women's rights, that are represented by the Islamic political party that call themselves as "Islamic parties" like PBB, PPP, PKS. Second, we can also find the liberalize party in responding women's rights. These kind of parties are represented by the inclusive interpretation of Islam that becomes guidance for party. We can call this type as a moslem organization based party like PAN and PKB. And in those two kinds of party, women try to advocate their interest through raising higher political position, using women's wings of the party as their strategies and engage in inter parties .women network. Including parties without primordial connection to them, in using "Islam? as a political identity.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninip Hanifah Kadir
"Penafsiran tentang kepemimpinan perempuan dalam Islam masih menjadi wacana yang sering diperdebatkan karena termasuk wilayah khilafiyah dan ijtihadiyah. Penafsiran yang ada masih memperlihatkan bias gender. Pemahaman penafsiran ini berpengaruh pada etika sosial di kalangan umat Islam khususnya dan masyarakat luas umumnya sehingga berdampak pada peran dan kedudukan perempuan, Agar penafsiran tentang kepemimpinan tidak bias gender, perlu diadakan pemberdayaan perempuan melalui para mubaligah. Merekalah penyampai ajaran-ajaran Islam kepada umatnya. Oleh sebab itu, perlu diadakan penelitian tentang mubaligah untuk mengetahui pemahaman mereka tentang kepemimpinan perempuan dalam Islam Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif berperspektif perempuan. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam, kemudian dianalisis dengan perspektif gender untuk memperlihatkan pemahaman mubaligah tentang relasi perempuan dan laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman mubaligah tentang kepemimpinan perempuan bervariasi karena latar belakang pendidikan agama yang berbeda. Hanya sebagian menyetujui kepemimpinan perempuan dalam rumah tangga dan dalam negara (sebagai presiden). Namun seluruhnya menyetujui kepemimpinan perempuan dalam masyarakat pada tatanan yang lebih rendah (bukan sebagai presiden). Mereka yang mengikuti feminisme modern mengakui kesetaraan gender, sedangkan yang dipengaruhi mufasir tradisional tidak mengakuinya.

The interpretation of women's leadership in Islam often becomes a debate. It is regarded as a polemic and an exercise of judgment on the basis of the Qur'an and the sunnah. Today's interpretation tends to be gender biased. The understanding of the interpretation influences social ethics, especially for Moslems, and generally for the whole society. It gives an impact on the role and status of women. To decrease the gender bias, women empowerment via mubaligahs (women preachers) is badly needed. It is due to the fact that mubaligahs are persons in charge of transferring Islam teaching to their followers. Consequently, we need a research about the mubaligahs. The research was conducted by using qualitative approach with women's perspective. The data were collected with in-depth interview. Gender-based analysis was used to probe mubaligah's understanding into the relation of women and men. The result reveals that the understanding of mubaligahs is varied because their religious educational background is different. Only some of them acknowledged and the other disagreed with the women's leadership in the family as well as in the society (as president). On the contrary, all of them legitimized with the women's leadership in the society on the lower level (not as president). Some of them approved gender equality (following the concept of modern-Islamic feminism), and the other disapproved (being influenced by the traditional-Islamic interpreter)."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T14630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library