Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rochida Rasidi
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: W. kalimantani ditemukan pertama kali pada tahun 1980 oleh Palmieri dkk pada lutung P. cristatus di Kalimantan. Parasit ini mirip dengan W. bancrofti yang merupakan parasit filaria terpenting di dunia. Parasit ini hanya ditemukan pada manusia, tidak terdapat pada hewan, sehingga pengobatan, patologi dan imunologi penyakit filariasis ini tidak dapat dipelajari dengan baik (model hewan yang baik sampai sekarang belum ditemukan). Ditemukannya W. kalimantani pada lutung Presbytis memberikan landasan untuk memakai parasit dan hewan tersebut sebagai model wukereriasis. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perkembangan larva filaria W. kalimantani dalam nyamuk Ae. togoi sebagai vektor eksperimental. Nyamuk Ae. togoi yang dipelihara di laboratorium diinfeksi dengan mikrofilaria W. kalimantani dari lutung P. cristatus. Nyamuk disimpan dalam kamar dengan suhu 26° C dan kelembaban 80%. Setiap hari setelah infeksi 10 ekor nyamuk dibunuh, 5 ekor langsung dibedah dalam larutan garam faal untuk mempelajari perkembangan larva, dan 5 ekor lainnya dimasukkan dalam alkohol panas 70% untuk kemudian diwarnai dengan trikrom agar dapat diukur panjang, lebar dan ekor larva. Pengukuran dilakukan dengan mikrometer dengan pembesaran 100 dan 450 kali; setiap hari diukur ± 30 ekor larva.
Hasil dan Kesimputan:
1. Larva W. kalimantani menjadi bentuk infektif dalam nyamuk Ae. togoi daLam waktu 16 1/2-20 1/2 hari setelah infeksi. Panjang larva stadium III W. kalimantani tidak berbeda banyak dengan Larva stadium III W. bancrofti (1655,8-1648,7 μ).
2. Pola perkembangan larva W. kalimantani dalam nyamuk Ae. togoi menyerupai perkembangan Larva W. bancrofti dalam nyamuk Cx. guinquefasciatus. Kami berpendapat bahwa nyamuk Ae. togoi dapat dipakai sebagai vektor eksperimental di laboratorium.
"
1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
"Anak usia sekolah berada dalam fase persiapan untuk menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Pada masa ini anak harus mendapatkan pemenuhan makanan bergizi dalam kualitas dan kuantitas yang cukup. Gizi kurang pada anak usia sekolah akan mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah dan mudah terserang penyakit, keadaan ini akan diperparah apabila anak menderita infeksi cacingan. Anak akan mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajarannya di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prevalensi gizi kurang dan cacingan dan faktor lainya yang berhubungan serta faktor paling dominan yang berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar/ Madrasyah Ibtidaiyah di Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa tahun 2003. Desain yang digunakan adalah cross sectional. Pengambilan sampel sekolah dilakukan secara purposive, diambil 4 sekolah dari 18 sekolah yang ada yaitu : SDN Sukarejo, SDN Matang Setui, SDN Alur Merbau, MIN Sungai Lung. Sampel murid adalah murid kelas I sampai dengan kelas V dari 4 sekolah, yang dipilih secara sistematic random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, observasi keadaan kuku, pengukuran berat badan, perhitungan umur (bulan) dan pengambilan, pemeriksaan feces anak dengan metode Kato di laboratorium, serta berdasarkan catatan tentang anak di sekolah.
Hasil penelitian ini ditemukan prevalensi gizi kurang sebesar 37.5 % berdasarkan indikator berat badan perumur dan prevalensi cacingan sebesar 73.9 %. Hasil analisis bivariat menunjukan hubungan bermakna antara status gizi anak sekolah dengan status cacingan (intensitas cacing gelang) nilai p= 4.001, dan perilaku hidup sehat anak nilai p= 0.006. Dari hasil analisis multivariat ada dua variabel yang masuk dalam model yaitu intensitas cacing gelang dan perilaku hidup sehat anak. Dengan menggunakan persamaan regresi logistik dan nilai eksponensial (B) atau Odds Ratio dapat dibuat model akhir persamaan logistik : logit (status gizi) = -3.470 + 0.946 (perilaku hidup sehat) + 1.643 (intensitas caring gelang). Oleh karena itu, variabel yang paling dominan adalah variabel intensitas casing gelang sebesar 5.170 (95% Cl: 2.006-13.318), artinya bahwa intensitas cacing gelang yang berat berpeluang mendapatkan gizi kurang 5.2 kali dibandingkan dengan intensitas cacing gelang yang ringan setelah dikontrol variabel perilaku hidup sehat anak.
Untuk menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah di Kecamatan Langsa Timur, pada institusi pendidikan perlu dilakukan pembinaan yang rutin dan kontinu tentang perilaku hidup sehat anak dan perbaikan lingkungan sekolah yang bersih dan aman dari penularan cacingan. Dinas Kesehatan perlu memikirkan pendekatan bersifat preventif edukatif yang lebih baik dan menjadikan cacingan merupakan salah satu kegiatan usaha kesehatan sekolah. Peneliti lain perlu melakukan penelitian lanjutan dengan melihat aspek-aspek yang lebih luas dan berpengaruh terhadap status gizi kurang anak usia sekolah.

The children of school age are being in preparatory stage of growth and fast development In this age, children should get enough nutrition either in quantity or quality. Lack of nutrition may cause them of being fatigued, and easy to be infected by disease. This condition will be worse if they suffer worm disease. They will be difficult to follow and understand their school subjects.
This research aimed to know the prevalence of nutrition lack and worm disease among Elementary Students, other related factors, and the most significant factors to Nutritional Status in East Langsa Sub District of Kota Langsa in 2003. Design of the study was cross sectional. The samples were taken in purposive manner, where four schools were taken from the eighteen schools. They were: SDN Sukarejo, SDN Matang Setui, SDN Alur Merbau, MIN Sungai Lung. The samples were students of the first to fifth year of the four schools, who were selected by using sistematic random sampling. Data were collected by using questionaire, students' nails observation, body mass weighing, age (months) counting, students' feces check by using Kato method in the laboratory, and other general records from school.
The result of the study showed the prevalence of nation lack, where indicator of body mass per age was 37.5 %, while worm disease prevalence was 73.9 %. The result of bivariat analysis that showed significant relationship of the students nutritional status was worm disease (intensity of roundworms), where the p-value = 0.001 and students' healthy behavior, p = 0.006. The result of multivariate showed two variables that was included in the model, intensity of roundworms and students' healthy behavior. By using logistic regression equation and exponential value (B) or Odds Ratio, final logistic equation that could be made was: logit (nutritional status) = -3.470 + 0.946 (students' healthy behavior) + 1.643 (intensity of roundworms). The most dominant variable was intensity of roundworms, as much 5.170 (95% CI:2.006-13.318). This meant that the high intensity of roundworms had probability to the nutrition lack 5.2 times compared with the low intensity of roundworms after being controlled by the variable of students' healthy behavior.
To decrease the lack of nutrition prevalence among elementary students in East Langsa Sub District, it is necessary to conduct a regular illumination on children healthy behavior in educational institutions. Health Office is necessary to concern the better approach that is more preventively educative, and to make worm disease is one of health school zeals. To other researchers, they need to carry out further studies that focus to wider aspects influence children of school age nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlina
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap telur jenis-jenis cacing parasit usus pada sapi dan kerbau yang terdapat di R.P.H Cakung, Jakarta Timur. Pada sapi yang berasal dari Jawa Timur terbanyak diinfeksi oleh cacing Trichuris spp., Trichostrongylus spp., dan Bunostomum spp. Pada sapi asal Bali banyak diinfeksi oleh Toxocara spp., dan Bunostomum spp. Pada sapi asal Nusa Tenggara Timur banyak diinfeksi Moniezia spp., Toxocara spp. Dan Oesphagostomum spp. Pada kerbau asal Jawa Timur banyak diinfeksi oleh Fasciola spp. Dan Mecistocirrus spp. Pada kerbau asal Sulawesi Selatan banyak diinfeksi oleh Fasciola spp. Dan Mecistocirrus spp.
Dari berbagai jenis cacing parasite usus pada sapid an kerbau yang didapatkan, terdapat jenis yang juga dapat menginfeksi manusia, yaitu Fasciola spp., Toxocara spp., Oesphagostomum spp., Trischostrongylus spp., dan Trichuris spp."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Par`i, Holil M
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian obat cacing terhadap perubahan status gizi pada anak sekolah dasar. Variabel yang diteliti meliputi status gizi awal dan akhir, status kecacingan awal dan akhir, variabel lain yang diteliti (konfounding) adalah pendapatan orang tua anak, tingkat pendidikan ibu, pola makan anak, tingkat kebersihan anak dan jenis kelamin.
Jenis penelitian adalah pre experimental one group pre post test (perlakuan ulang), memberikan perlakuan berupa pemberian obat cacing kepada anak SD. Pengambilan sampel sekolah dilakukan dengan cara purposive, yaitu diambil SD III Pasir Kaliki kecamatan Cimahi Utara, kabuapten Bandung. Sedangkan sampel penelitian diambil dari semua murid kelas II sampai dengan kelas VI. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, pengukuran berat dan tinggi badan anak, pengamatan keadaan kuku, pengambilan dan pemeriksaan feces anak pada laboratorium, serta catatan yang ada.
Analisa statistik dilakukan dengan uji Chi Square test, untuk melihat hubungan antara variabel konfounding dengan status gizi dan status kecacingan anak. Uji Mc Nemar dilakukan untuk melihat perbedaan data status gizi clan status kecacingan anak sebelum dan sesudah mendapat intervensi. Disamping itu uji Mc Nemar dilakukan untuk melihat perbedaan data status gizi sebelum dan sesudah mendapat intervensi pada setiap variabel konfounding (analisa stratifikasi).
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dan status kecacingan dengan tingkat pendapatan orang tua anak Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat pendapatan orang tua, semakin rendah status gizi anak dan semakin mungkin anak untuk menderita kecacingan. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna status gizi anak sebelum dan sesudah mendapat obat cacing, tetapi terdapat kecenderungan bahwa status gizi anak setelah mendapat obat cacing lebih baik dari pada status gizi anak sebelum mendapat obat cacing. Dan setelah dikontrol dengan keadaan status gizi anak pada awal penelitian, temyata pemberian obat cacing kepada anak yang menderita gizi kurang dan buruk, menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian obat cacing kepada anak yang berstatus gizi kurang dan buruk, akan memberikan pengaruh pada perbaikan status gizi yang lebih nyata.
Untuk memperbaiki status gizi terutama pada anak SD, pemberian obat cacing akan memberikan hasil yang nyata jika diberikan kepada anak yang menderita gizi kurang dan buruk. Oleh karena itu program pemberantasan kecacingan pada anak SD yang sudah dilakukan, walupun tidak rutin harus lebih ditingkatkan lagi, dan pemberian obat cacing terutama diprioritaskan kepada anak yang menderita gizi kurang dan gizi buruk.

The objectives of the study are to find out the effect of deworming on nutritional status of schoolchildren. Nutritional status and intestinal worm infection is the height problem in schoolchildren in Indonesia. From the last study find that have the relationship between nutritional status and intestinal worm infection, so that problem must be attention seriously. Nutritional status after intervention was dependent variable while the confounding variables were nutritional status before intervention, intestinal worm infection, in come parents per 'month, degree of mother's study, habits eating, hygiene personal and sex.
Study design was a pre experimental one group pre post test, which treatment Albendazole on schoolchildren as intervention. School sampling was conducted purposively that SD III Pasir Kaliki north Cimahi Bandung. Where are sample size all of student levels II to VI. Data collecting was conducted by interview, weight and height measurement, stool examination and available record.
Statistical analysis was done by Chi Square test, to asses relationships between confounding variables with nutritional status and intestinal worm infection. Mc Nemar test was done to asses different nutritional status and intestinal worm infection before and after intervention on every confounding variables as stratification analysis.
The result of the study was there is a relationship between nutritional status and intestinal worm infection with income parents per month. This find show that the lower income parents per month, is lower nutritional status and more high intestinal worm infections. There no significant difference between nutritional status before and after intervention, but the nutritional status after intervention was more high that before. However, after controlling for confounding factors, there was significant difference between before and after intervention on malnutrition mild and high intervention.
For improvement nutritional status on schoolchildren, intervention for deworning on malnutrition mild and hight can be more effectiveness. Therefore, program deworming on schoolchildren will be more improve , and intervention must be on mild and hight malnutrition."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darnely
"Askariasis adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Untuk memberantas askariasis, upaya yang dilakukan adalah perbaikan lingkungan dan pengobatan masal.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengeluarkan cacing dari tubuh penderita dan membunuh telur. Menurut laporan penelitian dikatakan bahwa mebendazol dan OPP dapat membunuh cacing dewasa dan menghambat perkembangan telur sehingga tidak terbentuk stadium infektif. Namun demikian, apakah hambatan tersebut terjadi pada telur yang masih berada dalam uterus cacing sebelum telur dilepas dalam tinja manusia, velum diketahui dengan pasti.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mebendazol dan OPP terhadap perkembangan telur A.lumbricoides yang berada di dalam uterus cacing.
Penelitian dilakukan terhadap 684 murid sekolah dasar yang berasal dari 5 SD dan 1 madrasah di Jakarta. Pemeriksaan tinja murid SD tersebut dilakukan dengan cara modifikasi Kato Katz dan pada murid yang positif askariasis diberikan mebendazol atau OPP. Lacing yang keluar pasca pengobatan (perlakuan) dan cacing yang berasal dari bedah mayat di Bagian Forensik FKUI (kontrol) dikeluarkan uterusnya, lalu uterus tersebut diurut untuk mengeluarkan telur yang berada di daiamnya. Telur tersebut dibagi menjadi 2 kelompok untuk dibiak di media fonnalin-batu bata dan fonnalin agar.
Pengamatan telur dilakukan pada hari ke-3, minggu ke-1, ke-2, ke-3 dan minggu ke-4 untuk rnengetahui apakah terjadi perubahan morfalogi dan untuk mengetahui jumlah telur yang berubah menjadi larva.
Setelah pengobatan dengan mebendazol maupun OPP angka penyembuhan dan angka penurunan telur sangat tinggi sedangkan angka reinfeksi sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kedua obat tersebut adalah antelmintik yang baik. Perkembangan telur pada kedua kelompok perlakuan lebih lambat dibandingkan kontrol dan hambatan perkembangan pada mebendazol lebih besar daripada OPP. Hal ini menunjukkan bahwa mebendazol dan OPP dapat menghambat perkembangan telur yang berada pada uterus cacing. Namun demikian, hambatan perkembangan tersebut hanya berupa perpanjangan masa perkembangan dan telur tetap mencapai stadium infektif. Hal tersebut perlu mendapat perhatian karena bila pengobatan tidak memberikan angka penyembuhan 100% maka cacing yang masih tertiuggal di dalam lumen usus masih tetap bertelur dan telur tersebut tetap potensial untuk pencemaran.
Pada penelitian ini tidak dijumpai telur yang rusak. Hal ini mungkin karena dosis obat yang mencapai uterus dan kontak dengan telur racing lebih kecil dibandingkan dengan telur yang berada dalam tinja sehingga obat tersebut tidak merusak telur Karena telur tidak rusak maka telur tetap menjadi infektif walaupun masa perkembangannya memanjang.
Disimpulkan bahwa mebendazol dan OPP dapat menghambat perkembangan telur yang berada dalam uterus, namun telur tersebut tetap menjadi infektif meskipun masa perkembangannya memanjang.

Ascariasis has been recognized as one of the most important public health problem in Indonesia. The control of ascariasis was focussed on the mass treatment using anthelmintics to expell the wonns from the host and inhibit the development of eggs. Thus the eggs will not develop into the infective stage on the soil. However, whether the inhibition occur on the eggs inside the uterus has not been studied yet.
The aims of the study was to know the effect of mebendazole and oxantel pyrantel pamoate (OPP) against the development of A.lumbricoides eggs which are still in the uterus.
The study has been carried out among students of 6 primary school in Jakarta with a sample population of 684 students.Kato Katz thick smear technique was used for the examination of stool samples. The students who were found to be positive for ascariasis were treated with mebendazole 500 mg as a single dose or OPP 10 mg/kgBB as a single dose. Thirty female adult worms with a length of more than 12.5 cm were collected and afterwards dissected. Mature eggs were removed from the uterus and spread out on a sterile porous clay plate or agar which were put in a petri dish containing a 1% solution of formalin. The eggs were incubated for 4 weeks and examined after the third day and then once every week.
After treatment with mebendazole or OPP, cure rate and egg reduction rate were very high while reinfection rate was low. Development of A.lmnhricoides eggs was slow in the treated group. In mebendazole group the development was slower than in the OPP group. It showed that mebendazole and OPP could inhibit the development of eggs in the uterus of the worms. However, the egg could reach the infective stage although the duration of growth was longer. This fact should be taken into consideration, because if the cure rate is not 100%, the worms which are left in the lumen of intestine of the host could still lay their eggs and potential for transmission.
hi this study, no deformed eggs was found. It seems that the action of the drugs on eggs in the uterus was less than the eggs that has been released in the stool. Thus the eggs could develop into infective stage,
It was concluded that OPP and mebendazole could inhibit the development of eggs in the uterus. The eggs could reach the infective stage although the duration of growth was longer.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurwadhiar
"ABSTRAK
Keong Lymnaea rubiginosa telah diketahui sebagai hospes perantara di dalam siklus hidup beberapa cacing Trematoda. Dalam penelitian ini keong diberikan sebagai makanan tikus putih (Rattus norvegicus) strain WN, untuk mengetahui species cacing Trematoda pada keong yang dapat hidup di saluran pencernaan tikus. Sebelum diberi makan keong, tinja tikus diperiksa ada tidaknya telur atau larva cacing untuk meyakinkan bahwa tikus bebas dari parasit, dan tikus dilaparkan selama 1 hari. Tiap tikus diberi makan 20 ekor keong, dan tikus dipelihara. Enam hari setelah infeksi, dilakukan kembali pemeriksaan tinja tikus. Tikus yang positif mengandung telur cacing, dibedah, dicari cacingnya, dihitung jumlahnya, dan dicatat tempat ditemukannya. Untuk keperluan identifikasi, spesimen cacing diwarnai dengan pewarnaan HE dan dibuat sediaan. Hasil identifikasi terhadap 111 ekor cacing yang ditemukan pada saluran pencernaan tikus putih, terdiri dari 4 species, yaitu: 68 ekor (61,26 %) cacing Echinostoma ilocanum, 23 ekor (20,72 %) cacing E. malayanum. 8 ekor (7,21%) cacing E. recurvatum, dan 7 ekor (6,31 %) cacing E. revolutum, serta 5 ekor (4,50%) tidak dapat diidentifikasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keong L. rubiginosa berperan sebagai hospes perantara cacing Echinostoma spp. tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Dwi Indiarto
"Telah dilakukan penelitian tentang komunitas Spionidae (Polychaeta, Annelida) di perairan pantai Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Teluk Jakarta pada bulan September—Oktober 1993. Penelitian bersifat deskriptif dan bertujuan mengetahui jenisjenis suku Spienidae serta pola sebarannya di dasar perairan dalam jarak 100 m dari pantai. Penelitian dilakukan dengan metode transek garis di 5 stasiun, yaitu: Stasiun I (Pantai Marina); Stasiun II (Pantai Indah); Stasiun III (Pantai Danau); Stasiun IV (Pantai Binaria); dan Stasiun V (Pantai Bagus). Tiap stasiun dibagi menjadi 10 substasiun, masing-masing berja rak 10 m. Pengambilan sampel dilakukan dua kali di tiap substasiun dengan Ekman grab sampler (15 x 15 cm). Dan pene litian tersebut diperoleh 24 jenis Spionidae, yang mewakali 12 marga. Indeks keanekaragaman jen.is tertinggi di Stasiun II (H'= 2,080), sedangkan terendah di Stasiun I (H = 1,218). Sebaran Spionidae di perairan pantai TIJA menunjukkan pola merumpun. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa • (1) dasaran perairan pantai TIJA yang bertipe lumpuran merupakan habitat yang sesuai untuk Spionidae; (2) nilai kecerahan yang tinggi serta gangguan fisik terhadap perairan dan dasaran dapat mempengaruhi keanekaragaman jenis Spionidae"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The current study investigated the effect of temu ireng (Curcuma aeruginosa rhizome) sequester on parasitic worm infection in primary school students located in Kecamatan Taman Sari in West Jakarta........"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anang Yuwana
"Penyakit kusta tipe MB merupakan penyakit imunologik, sebingga akan menurunkan tingkat imunitas penderitanya yang kebanyakan memiliki tingkat sosial ekonomi rendah, status gizi rendah, perilaku yang kurang sehat dan tinggal dilingkungan kumuh, hal ini akan memudahkan penderitanya menderita penyakit lain, termasuk kecacingan yang disebabkan nematoda usus yaitu : Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk) dan Hookworm (cacing tambang), apalagi prevalensi kecacingan akibat cacing tersebut di Indonesia masih cukup tinggi.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten DT II Bekasi, dengan desain studi kohort prospektif selama 4 bulan, dengan pemberian mebendazole 500 mg Basis tunggal untuk memastikan tidak adanya telor atau larva caring pada sampel yang dipilih secara simpel random sampling, terdiri dari 100 penderita kusta tipe MB dan 100 orang pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit kusta merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecacingan yang disebabkan oleh nematoda usus, RR=2.69 pada perilaku berisiko rendah dan RR=2.74 pada perilaku berisiko tinggi. Penderita kusta dengan perilaku berisiko tinggi memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena kecacingan, dibanding dengan penderita kusta dengan perilaku berisiko rendah RR=6.87. Perilaku merupakan faktor risiko terbesar terjadinya kecacingan yang disebabkan nematoda usus pada penderita kusta, yang bila dilakukan intervensi dapat merubah akan menurunkan insidens kecacingan yang disebabkan nematoda uses pada penderita kusta sebesar 33.9%.
......
Leprosy Multibasiller (MB) type is the immunologic disease, decreased the immunity status of the patients, who has the undergrowth social economic, nutrition status and lives in the slum area This condition improved the intestinal nematodes infection that caused by: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura and Hookworm.
This study was carried out among leprosy MB type patients, in Bekasi district, Jawa Barat province, 1997, with kohort prospective design for 4 mount observation. By used mebendazole 500 mg single dose to make the subject clean from intestine nematodes.
The result shown that leprosy MB type is the risk factor for the intestine nematodes infection, espesially Ascaris lumbricoides, RR= 2.69 in low risk health behaviour and R. R= 2.74 in high risk behaviour. Leprosy MB type patients with high risk behaviour have risk more high than leprosy MB type with low risk behaviour (RR= 6.87). Behaviour is the biggest risk factor in the incidence of intestine nematodes, if that variable can be changed by intervention, the nematodes incidence among the leprosy MB type patients will be reduced 33.9%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Destiarini
"ABSTRAK
Praktik kerja profesi di Apotek Hidup Baru Periode Bulan Maret Tahun 2018 bertujuan untuk memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam pengelolaan apotek, serta melakukan praktik pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan etika yang berlaku, memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan praktik kefarmasian di apotek, memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik kefarmasian. Praktik kerja profesi ini dilaksanakan selama empat minggu dengan tugas khusus yaitu ldquo;Pelayanan Swamedikasi Tentang Penanggulangan Penyakit Cacingan Dalam Bentuk Leaflet rdquo;. Tujuan dari tugas khusus ini adalah agar mahasiswa dapat memahami peran Apoteker serta manfaatntya kepada masyarakat dalam memberikan informasi tentang penyakit cacingan secara swamedikasi dalam bentuk leaflet agar masyarakat dapat menangani atau mencegah penyakit tersebut.

ABSTRACT
Internship at Apotek Hidup Baru Period March 2018 aims to understand the duties and responsibilities of pharmacists in pharmacy management, as well as to practice pharmaceutical services in accordance with applicable laws and ethics, have the insight, knowledge, skills and practical experience to undertake pharmaceutical practices in pharmacies, can also have the insight of pharmaceutical practice issues and learn strategies and activities that can be undertaken in the course of pharmaceutical practice development. This internship at was conducted for four weeks with special assignment ldquo;Swamedication Services About Prevention Worm Disease in Leaflet . The purpose of this special assignment is to be able to provide benefits for Pharmacists and their benefits to the public in providing information about worm disease in leaflet leaves to be prevention or used for the disease. "
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>