Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Fadli
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini mengevaluasi perencanaan terapi radiasi kasus nasofaring dengan teknik Intensity Modulated Radiation Therapy IMRT dan Volumetric Modulated Arc Therapy VMAT menggunakan algoritma Analytical Anisotropic Algorithm AAA dan Acuros External Beam AXB versi 13.0.01. Penelitian dibagi menjadi tiga yaitu 1 analisa dose volume histogram DVH di TPS, 2 verifikasi dosis fantom slab memakai film Gafchromic EBT3 dan bilik ionisasi CC13, dan 3 verifikasi fantom rando memakai film Gafchromic EBT3 dan Thermoluniscence Dosimeter TLD . Analisa DVH menghasilkan penyimpangan AXBDm dan AXBDw terhadap AAA pada PTVtulang sebesar -1.5 dan 2.0 , sedangkan pada organ sehat inner ear dan mandibula penyimpangan AXBDm dan AXBDw sebesar 8 . Conformity index AXBDm untuk IMRT dan VMAT adalah 0.58 dan 0.61, sedangkan homogeneity index AAA adalah 0.06 dan 0.05. Deviasi pengukuran dengan slab homogen dan inhomogen menunjukkan Acuros lebih kecil bacaan deviasinya dibandingkan AAA, dengan nilai deviasi 0.10 - 7.78 . Verifikasi dosis titik dengan fantom rando menunjukkan hasil yang acak, nilai deviasi menunjukkan pola yang tidak bisa diprediksi terhadap algoritma mana yang akan menghasilkan deviasi lebih kecil. Pengukuran nilai gamma dengan kriteria 7 /4mm dihasilkan passing rate gamma index untuk IMRT pada AAA, AXBDm, dan AXBDw sebesar 52.7 , 90.7 , dan 63.66 , sedangkan VMAT sebesar 61.51 , 90.09, dan 92.67 .
ABSTRACT
The purpose of this study to evaluate the radiation therapy planning techniques nasopharyngeal case with Intensity Modulated Radiation Therapy IMRT and Volumetric Modulated Arc Therapy VMAT using algorithm Anisotropic Analytical Algorithm AAA and Acuros External Beam AXB version 13.0.01. The study was divided into three 1 the analysis of dose volume histogram DVH at TPS, 2 verification dose in slab phantom using film Gafchromic EBT3 and ionization chamber CC13, and 3 verification dose in rando phantom use film Gafchromic EBT3 and Thermoluminiscence Dosimeter TLD . DVH analysis resulted in deviations AXBDm and AXBDw to AAA on PTVbone amount 1.5 and 2.0 , whereas in healthy organs mandibula and inner ear and deviation of AXBDm to AXBDw up to 8 . Conformity index AXBDm for IMRT and VMAT is 0.58 and 0.61, while AAA homogeneity index is 0.06 and 0.05. Deviation measurements with homogeneous slab and inhomogen Acuros readings indicate the deviation compared to AAA, with a deviation 0 10 7.78 . . Point dose verification with fantom rando shows random results. Gamma value measurement criteria of 7 4mm generated gamma passing rate index for IMRT for AAA, AXBDm, and AXBDw was.7 , 90.7 and 63.66 , while VMAT was 61.51 , 90.09, and 92.67 .
2017
T48477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Wisudana Yuana
Abstrak :
Latar belakang : Sejak munculnya EVAR pada 1990an, pengalaman dan teknologi mengenai stent garft semakin maju. Di RSCM pertama kali dilakukan pada tahun 2013. Menurut Ad Hoc Committee for Standarized Reporting Practices in Vascular Surgery of the Society for Vascular Surgery, keberhasilan teknis utama membutuhkan pengenalan sistem alat ini dengan baik. Sebelum melakukan tindakan EVAR, ahli bedah vaskular harus menilai severitas anatomi untuk disesuaikan dengan IFU dari Endurant Medtronics. Belum banyak penelitian yang menggambarkan hubungan antara kesesuaian teknis EVAR dengan IFU. Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan design cross-sectional pada pasien yang menjalani EVAR oleh ahli bedah vaskular di Indonesia pada tahun 2013-2019. Data ditabulasi untuk mengetahui adanya hubungan antara implantasi prosedur EVAR sesuai IFU dengan technical intraoperating complication (TIC) pada pasien AAA, dilakukan uji Chi-Square jika distribusi data normal atau Mann-Whitney test jikadistribusi data tidak normal. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program SPSS 20.0 untuk membantu perhitungan statistik. Hasil : Didapatkan 103 data aneurisma aorta abdominalis yang menjalani EVAR dari tahun 2013-2019. Terdapat 99 pasien (96.1%) pria dan 4 pasien (3.9%) wanita dan sebanyak 8 pasien (7.8%) berusia dibawah 60 tahun serta 95 pasien (92.2%) berusia diatas 60 tahun. Berdasarkan klasifikasi aortic neck severity score didapatkan 49 pasien (47.6%) memiliki klasifikasi ringan, 47 pasien (45.6%) dengan klasifikasi sedang, dan 7 pasien (6.8%) dengan klasifikasi berat. Berdasarkan klasifikasi total aortic anatomy severity score didapatkan 61 pasien (59.2%) dengan klasifikasi ringan, 42 pasien (40.8%) dengan klasifikasi sedang, dan 0 pasien (0%) dengan klasifikasi berat. Sebanyak 86 pasien (83.5%) prosedur EVAR dilakukan sesuai dengan IFU dan 17 pasien (16.5%) tidak sesuai dengan IFU. Dari data technical intraprocedure complication (TIC) didapatkan 19 pasien (18.4%) mengalami TIC dan 84 pasien (81.6%) tidak mengalami TIC. Dari penelitian ini didapatkan sebanyak 13 pasien (76.5%) yang tidak mengalami TIC dilakukan tindakan EVAR tidak sesuai IFU dan sesuai dengan IFU sebanyak 71 orang (82.6%). Sedangkan, sebanyak 4 pasien (23.5%) yang mengalami TIC dilakukan tidakan EVAR yang tidak sesuai IFU dan sebanyak 15 pasien (17,4%) yang mengalami TIC dilakukan tindakan EVAR sesuai dengan IFU. Pada data ini dihasilkan data OR (95% interval kepercayaan) sebesar 1.848 (0.385-8.864) dengan nilai p=0.556 Kesimpulan : Dari penelitian ini didapatkan hasil diameter leher proksimal, aortic neck severity score dan klasifikasi total aortic anatomyc severity secara independen memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian TIC pada pasien AAA di Indonesia tahun 2013-2019 dengan nilai p<0.05 dan secara umum skoring severitas anatomi memiliki pengaruh terhadap kejadian TIC setelah tindakan EVAR dan variasi anatomi menjadi pertimbangan untuk dilakukannya tindakan EVAR. Sedangkan faktor lainnya seperti panjang leher proksimal, angulasi aortic, kalsifikasi, trombus, usia, jenis kelamin, dan IFU secara independen tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian TIC.
Background. Since EVAR in the 1990s, the experience and technology of stent-graft has advanced. At the RSCM, it was first carried out in 2013. According to the Ad Hoc Committee for Standardized Reporting Practices in Vascular Surgery of the Society for Vascular Surgery, major technical success requires a good introduction to this system of tools. Before performing an EVAR procedure, vascular surgeons must assess the severity of the anatomy to match the IFU of Endurant Medtronics. Not many studies have described the relationship between EVAR's technical suitability and IFU. Method. This study is analytic with cross-sectional design in patients undergoing EVAR by vascular surgeons in Indonesia in 2013-2019. Data were tabulated to determine the relationship between implantation of the EVAR procedure according to IFU and technical intraoperative complication (TIC) in AAA patients, Chi-square test was performed if the data distribution was normal or the Mann -Whitney test if the data distribution was abnormal. Data processing in this study uses the SPSS 20.0 program to help statistical calculations. Results. 103 data obtained from abdominal aortic aneurysms undergoing EVAR from 2013-2019. There were 99 patients (96.1%) male and 4 patients (3.9%) female and as many as 8 patients (7.8%) aged under 60 years and 95 patients (92.2%) aged over 60 years. Based on the classification of aortic neck severity score, 49 patients (47.6%) had a mild classification, 47 patients (45.6%) with a moderate classification, and 7 patients (6.8%) with a severe classification. Based on the total aortic anatomy severity score classification, there were 61 patients (59.2%) with mild classification, 42 patients (40.8%) with moderate classification, and 0 patients (0%) with severe classification. A total of 86 patients (83.5%) EVAR procedures were performed following IFU and 17 patients (16.5%) did not comply with IFU. From technical intraoperative complication (TIC) data, 19 patients (18.4%) experienced TIC and 84 patients (81.6%) did not experience TIC. From this study, there were 13 patients (76.5%) who did not experience TIC. EVAR measures were not performed according to IFU and according to IFU, there were 71 people (82.6%). Meanwhile, as many as 4 patients (23.5%) who experienced TIC were performed EVAR actions that were not IFU compliant and as many as 15 patients (17.4%) who experienced TIC were performed EVAR measures according to IFU. In this data generated OR data (95% confidence interval) of 1,848 (0.385-8,864) with a value of p = 0.556 Conclusion. From this study the results obtained proximal neck diameter, aortic neck severity score and total classification of aortic anatomic severity independently have a significant relationship with the incidence of TIC in AAA patients in Indonesia in 2013-2019 with a p-value <0.05 and in general the scoring of anatomical severity has an influence the occurrence of TIC after the EVAR procedure and anatomic variations are considered for the EVAR procedure. While other factors such as proximal neck length, aortic angulation, calcification, thrombus, age, sex, and IFU independently did not have a significant relationship with the incidence of TIC.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Ramadhan
Abstrak :
Kanker payudara adalah salah satu penyebab kematian terbesar diantara penderita kanker wanita di seluruh dunia. Berbagai metode mulai dari bedah, kemoterapi, sampai radioterapi dikembangkan untuk meningkatkan tingkat kesembuhan dan menaikan angka harapan hidup pasien. IMRT adalah salah satu cara pemberian dosis radiasi yang efektif dan sudah luas digunakan. IMRT memungkinkan dosis radiasi dibagi menjadi fraksi- fraksi yang kemudian di berikan dari berbagai arah dan sisi. Cara ini dapat meminimalisir paparan radiasi pengion ke jaringan sehat sementara di waktu yang bersamaan memberikan dosis yang semaksimal mungkin ke jaringan tumor. Dibutuhkan pengukuran dosis yang akurat agar fungsi ini berjalan. Ada beberapa algoritma kalkulasi dosis yang dikembangkan, diantaranya AAA dan AXB. Pada penelitian ini, perbedaan output dari kedua algoritma kalulasi dosis akan dikaji. Evaluasi pada bagian OAR dilakukan dengan membandingkan perbedaan dosis rata-rata antar algoritma. Sementara evaluasi PTV dilakukan dengan membandingkan Homogeneity Index. ......Breast cancer is one of the leading causes of death among women with cancer worldwide. Various methods ranging from surgery, chemotherapy, to radiotherapy were developed to increase the cure rate and increase the patient's life expectancy. IMRT is an effective and widely used method of administering radiation dosing. IMRT allows the radiation dose to be divided into fractions which are then delivered from different directions and sides. This method minimizes exposure to ionizing radiation to healthy tissue while at the same time delivering the maximum possible dose to tumor tissue. An accurate dose measurement is required to achieve this objectives. There are several dose calculation algorithms developed, including AAA and AXB. In this study, the different outputs of the two dose calculation algorithms will be studied. Evaluation in the OAR section is done by comparing the difference in the average dose between algorithms. While the PTV evaluation was carried out by comparing the Homogeneity Index.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatika Zulfani
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam perencanaan terapi teknik lanjut telah diimplementasikan algoritma Anisotropic Analytical Algorithm AAA dan Acuros XB pada perencanaan terapi dengan teknik IMRT dan VMAT. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memverifikasi simulasi perencanaan terapi dan pemberian dosis IMRT dan VMAT pada kasus kanker prostat dan kanker paru. Verifikasi dosis dilakukan dengan meletakkan TLD 100 LiF rod dan film Gafchromic EBT3 pada fantom Rando Alderson. Evaluasi dosis dilakukan dengan membandingkan analisis dosimetri PTV dan organ at risk menggunakan algoritma Anisotropic Analytical Algorithm AAA dan Acuros XB pada teknik IMRT dan VMAT. Dari hasil penelitian PTV pada kanker prostat algoritma Acuros XB memiliki kualitas perencanaan lebih baik dibandingkan Anisotropic Analytical Algorithm AAA sebesar 1 . Pola yang sama juga diperoleh organ at risk dengan algoritma terbaik diperoleh Acuros XB dengan penyimpangan rata-rata terbesar pada OAR femoral head sebesar 6 . Lebih lanjut PTV pada kanker paru kiri dan kanan memiliki penyimpangan rata-rata lebih kecil pada teknik VMAT. Sementara pada penggunaan algoritma Acuros XB memiliki kualitas perencanaan lebih baik dibandingkan Anisotropic Analytical Algorithm AAA sebesar 0,56 . Pada OAR kasus paru kiri dan kanan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari penggunaan algortima Acuros XB dan Anisotropic Analytical Algorithm AAA dengan rentang deviasi terbesar diperoleh jantung 9.
ABSTRACT
In the planning of advanced engineering therapy has been implemented Anisotropic Analytical Algorithm AAA and Acuros XB algorithms on therapy planning with IMRT and VMAT techniques. In this study intended to verify the simulation of therapy planning and dosage of IMRT and VMAT in cases of prostate cancer and lung cancer. Dose verification is done by placing TLD 100 LiF rod and Gafchromic EBT3 film on fantom Rando Alderson. Dose evaluation was done by comparing dosimetry analysis of PTV and organ at risk using Anisotropic Analytical Algorithm AAA and Acuros XB algorithm on IMRT and VMAT techniques. From the results of research PTV on prostate cancer algorithm Acuros XB has better planning quality than Anisotropic Analytical Algorithm AAA of 1 . The same pattern is also obtained by the organ at risk with the best algorithm obtained by Acuros XB with the largest mean deviation on femoral head OAR of 6 . Furthermore, PTV in left and right lung cancer has a smaller mean deviation in VMAT technique. While the use of Acuros XB algorithm has better planning quality than Anisotropic Analytical Algorithm AAA of 0.56 . In the left and right lung OAR cases there was no significant difference from the use of the Acuros XB algorithm and the Anisotropic Analytical Algorithm AAA with the largest deviation range obtained by heart 9 .
2017
T48129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library