"Latar Belakang
Sistitis akut non komplikata (SANK) adalah kondisi urologis tersering pada perempuan dan umumnya dikelola oleh dokter umum. Meskipun Panduan Tatalaksana Infeksi Saluran kemih dari Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) telah tersedia, terdapat variasi dalam praktik klinis sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian antara manajemen dan panduan tatalaksana SANK oleh dokter umum di Indonesia. Metode
Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang yang dilakukan dari November 2023 hingga April 2024 melalui survei daring kepada dokter umum di Indonesia. Survei ini mengevaluasi demografi dokter dan pasien, modalitas diagnostik, serta tatalaksana SANK. Data dari 385 dokter umum dianalisis menggunakan statistik deskriptif.
Hasil
Sebagian besar dokter umum melakukan anamnesis (98,7%) dan pemeriksaan fisik (92,4%) untuk diagnosis. Gejala tersering yang dilaporkan adalah disuria (75,8%) dan nyeri suprapubik (72,1%). Urinalisis sering digunakan (82,8%), sementara dipstik urin (9,6%) dan kultur urin (7%) jarang diterapkan. Sebanyak 96,6% dokter umum meresepkan antibiotik, dengan ciprofloxacin sebagai pilihan paling umum (77,6%). Penggunaan antibiotik lini pertama yang dianjurkan IAUI seperti nitrofurantoin dan fosfomisin trometamol sangat rendah, diresepkan oleh kurang dari 2% dokter. Selain itu, 59,5% dokter umum meresepkan pengobatan non-antibiotik, dengan analgesik sebagai yang tersering (68,5%).
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan beberapa kesesuaian antara manajemen SANK oleh dokter umum dengan panduan tatalaksana IAUI, namun masih terdapat ketidaksesuaian dalam pemilihan antibiotik lini pertama. Oleh karena itu, dibutuhkan optimalisasi penyediaan fasilitas dan obat untuk SANK yang dicakup oleh Jaminan Kesehatan Nasional dan sosialisasi panduan di tingkat layanan primer.
IntroductionAcute uncomplicated cystitis (AUC), a prevalent urological condition among women, is predominantly managed by general practitioners (GPs). Despite clinical guidelines provided by Indonesian Urology Association (IUA), variations in management practices persist. This study aims to evaluate the concordance between management approaches and guideline employed by GPs in Indonesia for AUC.MethodA cross-sectional observational study was conducted from November 2023 to April 2024 through an online survey targeting GPs across Indonesia. The survey assessed GP and patient demographics, diagnostic practices, and management pattern. Data from 385 GPs were analyzed using descriptive statistics.ResultsMost general practitioners performed anamnesis (98.7%) and physical examinations (92.4%) for diagnosis. The most frequently reported symptoms were dysuria (75.8%) and suprapubic pain (72.1%). Urinalysis was commonly used (82.8%), while urine dipstick (9.6%) and urine culture (7%) were less frequently applied as additional tests. Antibiotics were prescribed by 96.6% of general practitioners, with ciprofloxacin being the most common choice (77.6%). The use of first-line antibiotics recommended by the IAUI guidelines, such as nitrofurantoin and fosfomycin trometamol, was very low, prescribed by less than 2% of practitioners. Additionally, 59.5% of general practitioners prescribed non-antibiotic treatments, with analgesics being the most common (68.5%).ConclusionThe findings of this study reveal that while several aspects of AUC management by GPs are already in accordance with IUA guidelines, discrepancies remain, particularly in the selection of first-line antibiotics for AUC treatment. Therefore, it is necessary to optimize the provision of facilities and drugs for SANK covered by the National Health Insurance and socialize the guidelines at the primary care level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024