Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indiana Kusuma Putri
"ABSTRAK
Budaya kolektif sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Korea Selatan. Ini ditunjukkan dalam proses adaptasi mereka di Bali. Adaptasi tersebut dilatarbelakangi oleh alasan dan strategi yang berbeda-beda. Strategi adaptasi yang dilakukan terbagi ke dalam tiga dimensi diantaranya adaptasi budaya (akulturasi), adaptasi sosial (asimilasi), dan adaptasi ekonomi. Rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu bagaimana bentuk strategi adaptasi orang Korea di Bali. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam (depth interview) dengan informan orang Korea yang memiliki latar belakang bisnis pariwisata yang berbeda. Melalui penulisan ini ditemukan bahwa orang Korea di Bali mempertahankan nilai-nilai budayanya dan mampu beradaptasi dengan baik sehingga mereka bertahan hidup dalam kelompoknya. Dari tiga dimensi adaptasi yang digunakan dalam penulisan, adaptasi budaya dengan budaya kolektif menjadi faktor utama yang merujuk pada strategi adaptasi orang Korea di Bali. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa adaptasi sosial dan adaptasi ekonomi perannya tidak sedalam dan seintens adaptasi budaya bagi orang Korea dalam kesehariannya tinggal di Bali.

ABSTRACT
Collective culture has become a part of South Korea s life. This is shown in the process of their adaptation in Bali. The adaptation is motivated by different reasons and strategies. The adaptation strategy is divided into three dimensions including cultural adaptation (acculturation), social adaptation (assimilation), and economic adaptation. The formulation of this paper is how to form a strategy for the adaptation of Koreans in Bali. The research method used in this writing is qualitative method with depth interview techniques with Korean informants who have different tourism business backgrounds. Through this writing it was found that Koreans in Bali maintain their cultural values and are able to adapt well so that they survive in groups. Of the three dimensions of adaptation used in this paper, cultural adaptation of collective culture is the main factor that refers to Korean adaptation strategies in Bali. The results of this paper shows that social adaptation and economic adaptation are not as deep and as intensive as cultural adaptation for Koreans in their daily lives in Bali."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmania Sekar Wulandari Nitimihardjo
"Makalah ini berisi refleksi saya saat melakukan kegiatan magang di Proyek GTOM yang berada di bawah naungan PT XYZ dalam menghadapi berbagai dinamika dan proses beradaptasi di lingkungan kerja yang kompleks. Saya mencoba memberi analisis pribadi berkenaan dengan konsep fleksibilitas kerja melalui nilai adaptif dan fleksibel yang selalu ditekankan kepada para anak magang oleh pihak PT XYZ. Pengimplementasian konsep fleksibilitas kerja melalui kedua nilai tersebut rasanya memposisikan saya dalam situasi yang gamang dan rentan sehingga menimbulkan efek yang abusif. Berdasarkan hasil refleksi pribadi saya, ditemukan bahwa kondisi ini membuat saya secara natural mengimplementasikan konsep situated learning sebagai bentuk adaptasi terhadap situasi magang yang penuh kegamangan itu. Saya juga menyoroti pentingnya peran hubungan pertemanan (relasi sosial) dalam mengondisikan proses dan pengalaman situated learning. Secara keseluruhan, pengalaman magang saya di proyek GTOM memberikan pemahaman mendalam tentang dinamika dunia kerja yang sebenarnya dan menekankan pentingnya dukungan dan struktur yang jelas dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.

This paper reflects on my internship experience in the GTOM Project under PT XYZ, where I faced various dynamics and adaptation processes in a complex work environment. I provide a personal analysis regarding the concept of work flexibility through the adaptive and flexible values emphasized by PT XYZ on interns. The implementation of these flexibility concepts often placed me in uncertain and vulnerable situations, resulting in a sense of being in an abusive environment. Based on my personal reflections, I found that these conditions naturally led me to apply the concept of situated learning as a form of adaptation to the unsettling internship environment. Additionally, I highlight the crucial role of peer relationships (social connections) in shaping the process and experience of situated learning. Overall, my internship experience in the GTOM project offered deep insights into the true dynamics of the workplace and underscored the importance of support and clear structures in creating a healthy and productive work environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rayi Purnama
"Bangunan-bangunan peninggalan Belanda dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia salah satunya di kota Bogor, Jawa Barat. Pada jurnal ini peneliti akan meneliti gedung BAKORWIL Badan Koordinasi Wilayah Bogor. Jurnal ini akan membahas bentuk adaptasi Neoklasik pada eksterior gedung kantor BAKORWIL Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif untuk mengetahui bentuk adaptasi Neoklasik pada eksterior gedung bangunan BAKORWIL Bogor. Tahapan penelitian ini berupa 1 melakukan studi pustaka untuk mendapatkan informasi terkait gaya arsitektur Neoklasik dan Jawa Barat, 2 melakukan studi lapangan, 3 melakukan analisis mengenai bentuk adaptasi yang terdapat pada eskterior gedung tersebut. Adaptasi budaya pada gedung ini dapat dilihat dari beberapa bagian seperti atap dan jendela bangunan.Kata kunci: Gedung BAKORWIL Bogor, Neoklasik, Adaptasi budaya.

Buildings from the colonial era can be found throughout Indonesia, one of them is in Bogor City, West Java. This research will focuses on the building of BAKORWIL Badan Koordinasi Wilayah of Bogor City. This research will discuss about the adaptation of Neo classical architecture on the exterior of the building of BAKORWIL of Bogor City. The phases of this research are 1 references study to get the information about Neo classical and West Javanese architecture, 2 field study, 3 analysis on the form of adaptation on the exterior of the building. The cultural adaptation on the building can be seen from some elements like the roof and window.Keywords BAKORWIL Bogor Building, Neoclassic, Cultural adaptation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indiana Kusuma Putri
"ABSTRAK
Budaya kolektif sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Korea Selatan. Ini ditunjukkan dalam proses adaptasi mereka di Bali. Adaptasi tersebut dilatarbelakangi oleh alasan dan strategi yang berbeda-beda. Strategi adaptasi yang dilakukan terbagi ke dalam tiga dimensi diantaranya adaptasi budaya (akulturasi), adaptasi sosial (asimilasi), dan adaptasi ekonomi. Rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu bagaimana bentuk strategi adaptasi orang Korea di Bali. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam (depth interview) dengan informan orang Korea yang memiliki latar belakang bisnis pariwisata yang berbeda. Melalui penulisan ini ditemukan bahwa orang Korea di Bali mempertahankan nilai-nilai budayanya dan mampu beradaptasi dengan baik sehingga mereka bertahan hidup dalam kelompoknya. Dari tiga dimensi adaptasi yang digunakan dalam penulisan, adaptasi budaya dengan budaya kolektif menjadi faktor utama yang merujuk pada strategi adaptasi orang Korea di Bali. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa adaptasi sosial dan adaptasi ekonomi perannya tidak sedalam dan seintens adaptasi budaya bagi orang Korea dalam kesehariannya tinggal di Bali.

ABSTRACT
Collective culture has become a part of South Koreas life. This is shown in the process of their adaptation in Bali. The adaptation is motivated by different reasons and strategies. The adaptation strategy is divided into three dimensions including cultural adaptation (acculturation), social adaptation (assimilation), and economic adaptation. The formulation of this paper is how to form a strategy for the adaptation of Koreans in Bali. The research method used in this writing is qualitative method with depth interview techniques with Korean informants who have different tourism business backgrounds. Through this writing it was found that Koreans in Bali maintain their cultural values and are able to adapt well so that they survive in groups. Of the three dimensions of adaptation used in this paper, cultural adaptation of collective culture is the main factor that refers to Korean adaptation strategies in Bali. The results of this paper shows that social adaptation and economic adaptation are not as deep and as intensive as cultural adaptation for Koreans in their daily lives in Bali."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Azti Arlina
"Penelitian ini mendekskripsikan proses adaptasi antar budaya pada pasangan yang menikah melalui proses ta'aruf. Setiap individu yang menjalani proses ta'aruf tentu memiliki konsekuensi, seperti adanya ketidakpastian dan suliatnya beradaptasi, ditambah lagi dengan rumitnya pengelolaan konflik. Penelitian ini menggunakan paradigman konstruktivis, dengan pendekatan kualitatif, strategi fenomenologi, serta bersifat deskriptif. Proses pengumpulan data melalui wawancara mendalam, dengan menggunakan teori budaya, adaptasi budaya, konsep diri, pengurangan ketidakpastian, dan konflik. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa latar belakang budaya, seperti latar belakang pendidikan dan asal negara individu memiliki kontribusi dalam proses adaptasi dan pengelolaan konflik.

This Study describes the process og intercultural adaptation in married couples through the ta'aruf process. Every individual does the ta'aruf process certainly have consequences, such as uncertainty, difficulty of adapting and managing conflict. This study uses a constructivist paradigm, with a qualitative approach, the strategy phenomenology, as well as descriptive. The process of collecting data is in-dept interviews, using the theory of culture, cultural adaption, self concept, uncertainty, and conflict. The results of this study that background culture such as educational and country have contribute to the adaption process and conflict management."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuvantinus Effrem W.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5378
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diannisa Nur Rahma
"Dalam arkeologi, adaptasi tidak hanya dapat terjadi pada organisme, namun juga pada budaya. Budaya menjadi sarana menyesuaikan diri yang cepat dan fleksibel bagi manusia. Salah satu contohnya adalah penyesuaian yang dilakukan oleh masyarakat kolonial Belanda dalam membuat bangunan kantor. Perbedaan lingkungan yang signifikan menurunkan kenyamanan bangunan yang dibuat semata-mata hanya berdasarkan pengetahuan rancang bangun gedung Eropa. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan yang menyesuaikan dengan lingkungan mereka yang baru. Masyarakat kolonial Belanda mewujudkannya melalui pembangunan material budaya berupa kantor dengan bentuk-bentuk yang menyesuaikan dengan iklim tropis. Salah satunya adalah kantor pusat Staatsspoor en Tramwegen di Bandung. Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk menguraikan bentuk-bentuk bangunan kantor pusat SS en Tr di Bandung, serta bentuk-bentuk penyesuaian pada bangunan terhadap kebudayaan dan lingkungan. Untuk mencapai hal tersebut, digunakan analisis bentuk dan analisis komparatif dengan membandingkan bangunan kantor di Bandung dan di Utrecht, Belanda. Hasilnya, terdapat 11 karakteristik bentuk bangunan pada kantor pusat di Bandung dan lima bentuk penyesuaian tidak ditemukan pada bangunan kantor di Utrecht.

In archaeology, adaptation not only can occur in an organism but also culture. Culture becomes a means of swift and flexible adaptation for humans. For instance, the adaptation that was made by the Dutch colonial society in making a building. It appears that constructing a building based on European knowledge of forms resulted in a certain discomfort. On that account, the depiction of their new environment is essential for building construction. The Dutch colonial society manifested it through material cultures such as offices building with formal adaptation to the culture and environment. The Headquarter Offices of Staatsspoor en Tramwegen is one of the exemplifications of the latter. This paper aims to describe the formal aspects of the buildings as well as identify the forms of adaptation from a cultural and environmental perspective. Such results were procured by certain methods of formal and comparative analysis by identifying and comparing the office buildings in Bandung with the one in Utrecht, Netherland. As a result, there are 11 formal characteristics of Headquarter Offices in Bandung, and five forms resulted from an adaptation process that is not found in Headquarter Offices in Utrecht."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Syafei Adnan
"Merantau merupakan salah satu cara bagi mahasiswa yang berasal dari daerah tertentu untuk pindah ke daerah lain untuk menempuh pendidikan yang lebih baik dan pengalaman baru. Akibat jauh dari keluarga dan kampung halaman, mahasiswa rantau rentan untuk mengalami kesepian saat menempuh pendidikan tinggi di daerah rantau. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman mahasiswa rantau terkait kesepian dan kebutuhan psikologis dasar sekaligus bagaimana mahasiswa rantau mengatasi rasa kesepian dan memenuhi kebutuhan psikologis dasarnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif agar dapat memahami secara lebih mendalam mengenai kesepian dan kebutuhan psikologis dasar yang dimiliki oleh mahasiswa rantau. Partisipan terdiri dari enam mahasiswa rantau dari latar belakang yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua partisipan mengalami pengalaman yang berbeda terkait dengan kesepian dan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar mereka. Beberapa partisipan merasa kesepian akibat kurangnya dukungan sosial dan jarak fisik dari keluarga, sementara yang lain merasa ia kurang melakukan aktivitas bersama teman sebaya. Adaptasi budaya yang kurang baik menjadi penyebab khas mahasiswa rantau mengalami kesepian sehingga disarankan agar mahasiswa rantau mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan belajar budaya dan gaya hidup rantau sebelum merantau. Kebutuhan akan kompetensi merupakan kebutuhan psikologis dasar yang terganggu selama mengalami kesepian dibandingkan kebutuhan psikologis dasar yang lain. Partisipan mengatasi kesepian melalui kegiatan sosial dan dukungan dari orang tua, teman, dan pacarnya serta mengakses sosial media. Selain itu, kebutuhan psikologis dasar seperti kebutuhan akan hubungan relasi, autonomi, dan kompetensi juga dipenuhi dengan cara yang bervariasi di antara partisipan.

Migrating is one way for students from certain areas to move to other areas to pursue better education and new experiences. As a result of being far from their families and hometowns, out of town students are vulnerable to experiencing loneliness when pursuing higher education in out of town areas. This research aims to explore the experiences of out of town students regarding loneliness and basic psychological needs as well as how out of town students overcome feelings of loneliness and fulfill their basic psychological needs. This research uses qualitative methods in order to understand more deeply about loneliness and the basic psychological needs of out of town students. Participants consisted of six out of town students from different backgrounds. The results showed that all participants experienced different experiences related to loneliness and fulfilling their basic psychological needs. Some participants felt lonely due to lack of social support and physical distance from family, while others felt they did not do enough activities with peers. Poor cultural adaptation is a typical cause of out of town students experiencing loneliness, therefore it is recommended that regional students prepare themselves first by learning the culture and lifestyle of the region before migrating. The need for competence is a basic psychological need that is disturbed when experiencing loneliness compared to other basic psychological needs. Participants overcome loneliness through social activities and support from parents, friends and romantic partner as well as accessing social media. In addition, basic psychological needs such as the need for relationships, autonomy, and competence were also met in varying ways among participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diannisa Nur Rahma
"Dalam arkeologi, adaptasi tidak hanya dapat terjadi pada organisme, namun juga pada budaya. Budaya menjadi sarana menyesuaikan diri yang cepat dan fleksibel bagi manusia. Salah satu contohnya adalah penyesuaian yang dilakukan oleh masyarakat kolonial Belanda dalam membuat bangunan kantor. Perbedaan lingkungan yang signifikan menurunkan kenyamanan bangunan yang dibuat semata-mata hanya berdasarkan pengetahuan rancang bangun gedung Eropa. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan yang menyesuaikan dengan lingkungan mereka yang baru. Masyarakat kolonial Belanda mewujudkannya melalui pembangunan material budaya berupa kantor dengan bentuk-bentuk yang menyesuaikan dengan iklim tropis. Salah satunya adalah kantor pusat Staatsspoor en Tramwegen di Bandung. Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk menguraikan bentuk-bentuk bangunan kantor pusat SS en Tr di Bandung, serta bentuk-bentuk penyesuaian pada bangunan terhadap kebudayaan dan lingkungan. Untuk mencapai hal tersebut, digunakan analisis bentuk dan analisis komparatif dengan membandingkan bangunan kantor di Bandung dan di Utrecht, Belanda. Hasilnya, terdapat 11 karakteristik bentuk bangunan pada kantor pusat di Bandung dan lima bentuk penyesuaian tidak ditemukan pada bangunan kantor di Utrecht.
..... In archaeology, adaptation not only can occur in an organism but also culture. Culture becomes a means of swift and flexible adaptation for humans. For instance, the adaptation that was made by the Dutch colonial society in making a building. It appears that constructing a building based on European knowledge of forms resulted in a certain discomfort. On that account, the depiction of their new environment is essential for building construction. The Dutch colonial society manifested it through material cultures such as offices building with formal adaptation to the culture and environment. The Headquarter Offices of Staatsspoor en Tramwegen is one of the exemplifications of the latter. This paper aims to describe the formal aspects of the buildings as well as identify the forms of adaptation from a cultural and environmental perspective. Such results were procured by certain methods of formal and comparative analysis by identifying and comparing the office buildings in Bandung with the one in Utrecht, Netherland. As a result, there are 11 formal characteristics of Headquarter Offices in Bandung, and five forms resulted from an adaptation process that is not found in Headquarter Offices in Utrecht."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanti Dyah Lynaringtyas
"Jumlah migran Korea Utara di Korea Selatan terus meningkat setiap tahunnya. Menurut Kementerian Unifikasi Republik Korea, jumlah migran Korea Utara yang menetap di Korea Selatan telah mencapai 33.523 jiwa pada tahun 2019. Dalam beradaptasi di lingkungan masyarakat Korea Selatan, migran Korea Utara dapat mengalami apa yang disebut sebagai gegar budaya atau culture shock. Hal ini didorong oleh adanya perbedaan budaya yang cukup signifikan antara Korea Utara dan Korea Selatan setelah terpecah selama lebih dari tujuh puluh tahun. Pengalaman gegar budaya ini dicerminkan dalam memoar The Girl with Seven Names karya Hyeonseo Lee, salah satu memoar migran Korea Utara yang paling populer. Memoar ini menceritakan pengalaman Lee dalam mencari identitasnya selama hidup di Korea Utara, Cina, dan Korea Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana gegar budaya yang dihadapi migran Korea Utara digambarkan dalam memoir The Girl with Seven Names. Dengan menggunakan teori Oberg (1960) mengenai tahapan gegar budaya, penelitian ini menemukan bahwa migran Korea Utara melewati seluruh tahapan gegar budaya dalam beradaptasi di lingkungan masyarakat Korea Selatan. Dari seluruh tahapan tersebut, crisis stage menjadi tahapan gegar budaya yang paling menggambarkan permasalahan adaptasi migran Korea Utara di Korea Selatan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa gegar budaya tidak hanya dialami oleh orang-orang dengan latar belakang etnis dan budaya yang berbeda saja.
The number of North Korean migrants in South Korea continues to increase every year. According to the Ministry of Unification of the Republic of Korea, the number of North Korean migrants residing in South Korea reached 33,523 in 2019. In adapting to South Korean society, North Korean migrants can experience culture shock. This is driven by the significant cultural differences between North and South Korea after being divided for more than seventy years. This culture shock experience is reflected in the memoir The Girl with Seven Names by Hyeonseo Lee, one of the most popular memoirs by North Korean migrants. This memoir tells of Lee's experience in finding her identity while living in North Korea, China, and South Korea. This study aims to understand how the culture shock faced by North Korean migrants is illustrated in the memoir The Girl with Seven Names. Using Oberg's (1960) theory regarding stages of culture shock, this study found that North Korean migrants go through all stages of culture shock in adapting to South Korean society. Of all the stages, the crisis stage becomes the stage of culture shock that most describes the adaptation problems of North Korean migrants in South Korea. The results of this study also showed that culture shock was not only experienced by people with different ethnic and cultural backgrounds."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>