Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuki Desiandini
Abstrak :
Keberhasilan produksi apoptin rekombinan dalam bentuk native pada penelitian sebelumnya (Khalid, 2012) membuka jalan untuk mengembangkan produksi protein antikanker ini ke skala yang lebih besar. Di dalam studi ini, dilakukan optimasi kultivasi bakteri rekombinan apoptin dalam stirred tank fermentor dan bakteri yang digunakan adalah bakteri Bacillus subtilis 168 rekombinan apoptin hasil transformasi dengan sistem Gateway menggunakan plasmid pOXGW12His8Arg. Parameter yang dioptimasi adalah konsentrasi induksi xylose, kecepatan agitasi dan laju aerasi. Variasi konsentrasi induksi xylose dilakukan dalam shake flasks dengan volume kultur 100 ml dengan konsentrasi 0-5% b/v sedangkan variasi kecepatan agitasi dan laju aerasi dilakukan dalam stirred tank fermentor dengan volume kultur 3L dengan kecepatan dan laju masing-masing adalah 150-250 rpm dan 0,5-1,5 NL/min. Hasil yang didapat adalah pertumbuhan bakteri optimum dicapai pada konsentrasi xylose 1% b/v, kecepatan agitasi 250 rpm, dan laju aerasi 1,5 NL/min dengan nilai laju pertumbuhan spesifik bakteri untuk masing-masing variasi adalah 0,628 h-1; 0,630 h-1; dan 0,747 h-1. ......The success of recombinan apoptin production in native form in the previous research (Khalid, 2012) open the way to develop this anticancer protein production to the larger scale. In this study, optimization of recombinant apoptin bacteria cultivation is carried out in a stirred tank fermentor using Bacillus subtilis 168 with plamid pOXGW12His8Arg which transformed by Gateway method. The optimized parameters are xylose-inducer concentration, agitation speed, and aeration rate. The xylose-inducer concentration variation is carried out in a shake flasks with 100 ml volume broth, while the agitation speed and aeration rate variation is carried out in a stirred tank fermentor with 3L volume broth. The xylose concentration is varied between 0-5% w/v, while agitation speed and aeration rate are varied between 150-250 rpm and 0,5-1,5 NL/min respectively. The best condition in this cultivation is 1% w/v of xylose, 250 rpm of agitation speed and 1,5 NL/min of aeration rate giving the specific growth rate value for each parameter of 0,628 h-1; 0,630 h-1; dan 0,747 h-1 respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madina Rain Firdaus
Abstrak :
Pada penelitian ini, penggunaan generator gelembung mikro untuk mengolah air baku Sungai Cikeas diteliti lebih lanjut secara proses flotasi dan aerasi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui waktu kontak optimum pengolahan, hubungan antara konsentrasi DO dengan kontaminan lainnya, serta perbandingan efisiensi penyisihan kontaminan dengan pemberian koagulan PAC. Penggunaan generator gelembung mikro menggunakan metode aerasi dan flotasi untuk menyisihkan kontaminan kekeruhan, besi, mangan, TSS, BOD dan COD.  Dilakukan percobaan dengan koagulan dan tanpa koagulan untuk air sampel yang sama. untuk melihat pengaruh pemberian koagulan pada efisiensi penyisihan. Ditemukan bahwa waktu kontak optimum untuk penurunan konsentrasi kekeruhan, TSS, besi dan mangan  rentang 20 - 30 menit, 20 - 30 menit, 10 - 30 menit dan 30 - 60 menit. Peningkatan persentase penyisihan antara pemberian koagulan dan tanpa koagulan. Waktu kontak optimum dari peningkatan oksigen terlarut (DO) adalah 10 menit. Waktu kontak optimum dari pengoperasian generator gelembung mikro secara keseluruhan adalah 10 menit sebagai pengolahan Dissolved Air Flotation (DAF). Hubungan Konsentrasi DO dengan penurunan konsentrasi parameter dianalisis dimana konsentrasi berbanding terbalik. Serta peningkatan persentase penyisihan untuk kekeruhan, besi, mangan dan TSS adalah 27%, 79.65%, 0% dan 3% dengan pemberian koagulan. Penggunaan generator gelembung mikro sendiri lebih baik performa flotasi dan aerasinya apabila dilakukan pemberian koagulan pada dosis optimum. ......In this study, the application of microbuble generator to treat cikeas river raw water is furthered researched. The study is conducted to know the optimum retention time of treatment, the correlation between dissolved oxygen concentration with other contaminant, and the comparison of the contaminant removal efficiency for treatment with or without the addition of optimum dose coagulant PAC. The application of microbubble generator uses methods such as aeration and flotation to reduce turbidity, iron, manganese, TSS, BOD and COD contaminant. A same sample of cikeas river raw water is treated both ways, with coagulant and without coagulant to see the effect on the removal efficiency. It is found that the optimum retention time for decreasing turbidity, iron and manganese, Total suspended solid, is in the range 20-30 minutes, 20 -30 minutes, 10-30 minutes and 30-60 minutes.  Whereas, the optimum retention time  for dissolved oxygen is 10 minutes. In conclusion, the system as a whole has an optimum contact time of 10 minutes as a Dissolved Air Flotation (DAF) type unit. The increase in removal efficiency as a result of using coagulant in the treatment process for turbidity, iron, manganese, and total suspended solid are 27%,  79.65%, 0% and 3%. The performance of aeration and flotation process in the application of microbubble generator is better with the use of coagulant at the optimum dose.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
La Ode Bachrul Hayat
Abstrak :
Pencemaran terhadap air danau semakin marak terjadi saat ini. Dua senyawa pencemar yang umum ditemui di danau adalah amonia dan nitrat. Penerapan metode pengolahan air menjadi salah satu solusi dari masalah pencemaran air permukaan. Dua metode yang dapat digunakan adalah floating constructed wetland (FCW) dan aerasi. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kinerja dua metode tersebut dalam menyisihkan amonia dan nitrat serta pengaruhnya terhadap suhu, pH dan Dissolved Oxygen (DO). Dengan menggunakan skala pilot berupa dua buah reaktor yang berisi air danau Mahoni dan menerapkan dua metode berbeda yaitu aerasi dan FCW dilakukan pengamatan selama tujuh hari. Hasilnya diperoleh kemampuan dua metode tersebut dalam menyisihkan amonia tidak jauh berbeda. FCW memiliki efisiensi penyisihan amonia sebesar 85% sedangkan efisiensi aerasi sebesar 99%. Kemampuan penyisihan nitrat di kedua reaktor sangat berbeda karena reaktor FCW mampu menyisihkan 55% nitrat dalam air sedangkan aerasi justru memiliki efisiensi -41% (meningkat). Sementara itu kondisi suhu di kedua reaktor mengalami fluktuasi yang hampir sama, sedangkan untuk pH berbeda karena reaktor FCW cenderung mengalami penurunan dan reaktor aerasi justru meningkat. Konsentrasi DO di kedua reaktor juga berbeda karena pada reaktor FCW secara perlahan mengalami penurunan, sedangkan reaktor aerasi mengalami fluktuasi namun konsentrasinya cenderung meningkat. ......Pollution of lake water is increasingly prevalent at this time. Two common pollutant compounds found in lakes are ammonia and nitrate. The application of water treatment methods is one solution to the problem of surface water pollution. Two methods that can be used are floating constructed wetlands (FCW) and aeration. The purpose of this study was to compare the performance of the two methods in removing ammonia and nitrate and their effects on temperature, pH and Dissolved Oxygen (DO). By using a pilot scale in the form of two reactors filled with Lake Mahoni water and applying two different methods, namely aeration and FCW, observations were made for seven days. As a result, the ability of the two methods to remove ammonia is not much different. FCW has an ammonia removal efficiency of 85% while an aeration efficiency of 99%. The ability to remove nitrate in the two reactors was very different because the FCW reactor was able to remove 55% of nitrate in water, while aeration had an efficiency of -41% (increased). Meanwhile, the temperature conditions in the two reactors experienced almost the same fluctuations, while the pH was different because the FCW reactor tended to decrease and the aeration reactor actually increased. The concentration of DO in the two reactors is also different because in the FCW reactor it slowly decreases, while in the aeration reactor it fluctuates but its concentration tends to increase.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Don Fonseka Reza Abdul Latif
Abstrak :
Danau Mahoni adalah salah satu danau yang berada di kawasan Universitas Indonesia dengan fungsinya sebagai daerah resapan air dan sebagai penampung limbah-limbah yang berasal dari fakultas yang berada disekitarnya. Pencemar yang masuk ke badan air ini dapat menurunkan kualitas air danau dan membahayakan ekosistemnya. Salah satu proses pengelolaan air yang dapat meningkatkan kualitas air adalah proses aerasi. Tipe aerator yang umum digunakan adalah aerator berjenis kincir air (paddle wheel). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan parameter DO, amonia, dan nitrat pada lingkup area yang ditinjau dengan variasi jarak horizontal, menganalisis jarak optimum dari pengaruh pengoperasian aerator kincir air pada saat aerasi selama 4 jam, Menganalisis pengaruh durasi pengoperasian aerator yang lebih lama terhadap perubahan parameter air danau yang ditinjau, dan menganalisis pengaruh pengoperasian aerator terhadap perubahan parameter pada air di belakang aerator. Data yang diperoleh nantinya akan dianalisis menggunakan metode uji T, uji korelasi, dan presentase perubahan nilai. Berdasarkan analisis hasil penelitian, diperoleh bahwa aerator tipe kincir air dapat meningkatkan DO dari 3,58 mg/L menjadi 7,86 mg/L atau sebesar 54,44% pada waktu pengoperasian selama 5 jam. Pengoperasian aerator ini juga dapat menurunkan konsentrasi amonia dari 2,3 mg/L menjadi 0,82 mg/L atau sebesar 179,64% pada pengoperasian selama 5 jam. Pada parameter lainnya yaitu nitrat, terjadi peningkatan dari 1,7 mg/L menjadi 2,1 mg/L pada pengoperasian selama 5 jam. Pengoperasian aerator kincir air juga memberikan pengaruh yang signifikan ke arah belakang dari peletakan aerator kincir air. Secara keseluruhan waktu optimum aerator kincir air yang diperoleh dari penelitian ini adalah 5 jam dengan jangkauan maksimal hingga 5,5 meter, pengoperasian pada waktu optimum tersebut dapat meningkatkan konsentrasi parameter DO dan nitrat hingga memenuhi baku mutu kelas I dan untuk parameter amonia memenuhi baku mutu kelas III. ...... Lake Mahoni is one of the lakes located in the University of Indonesia area with its function as a water catchment area and as a reservoir for waste originating from the faculties around it. Pollutants that enter these water bodies can reduce the quality of lake water and endanger the ecosystem. Substances that have the potential to pollute Mahogany Lake are organic pollutants such as ammonia, nitrate, nitrite, phosphorus, and other elements. One of the water management processes that can improve water quality is the aeration process. This process will add oxygen to the water and then reduce the pollutant content in the water. One type of aerator commonly used is the paddle wheel type aerator. This study aims to analyze changes in DO, ammonia, and nitrate parameters in the scope of the area reviewed by varying horizontal distances, analyzing the optimum distance from the effect of operating a waterwheel type aerator when aeration is carried out for 4 hours, analyzing the effect of operating duration of a waterwheel type aerator that is longer time on changes in lake water parameters under review, and analyze the effect of operating a waterwheel type aerator on changes in parameters in the water behind the aerator. The data obtained will later be analyzed using the T test method, correlation test, and the percentage change in value. Based on the analysis of the research results, it was found that the waterwheel type aerator could increase DO from 3.58 mg/L to 7.86 mg/L or by 54.44% during 5 hours of operation. Operation of this aerator can also reduce the concentration of ammonia from 2.3 mg/L to 0.82 mg/L or 179.64% in operation for 5 hours. In other parameters, namely nitrate, there was an increase from 1.7 mg/L to 2.1 mg/L in operation for 5 hours. The operation of the waterwheel aerator also has a significant influence towards the rear of the placement of the waterwheel aerator. Overall, the optimum time for the waterwheel aerator obtained from this study is 5 hours with a maximum range of up to 5.5 meters, operation at this optimum time can increase the concentration of DO and nitrate parameters to meet class I quality standards and for ammonia parameters to meet class I quality standards. III.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Ninatirta Ayu
Abstrak :
ABSTRAK
Pencemaran air oleh senyawa-senyawa fenolik (fenol dan turunannya) memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan biota perairan, karena fenol merupakan senyawa yang sangat berbahaya dan bersifat racun terhadap organisme akuatik. Akibat sifat toksik yang ditimbulkannya itu, maka konsentrasi senyawa fenolik di dalam limbah cair perlu ditekan serendah mungkin sebelum dibuang ke perairan.

Teknik ozonisasi merupakan salah satu cara alternatif yang dipilih untuk melakukan penyisihan senyawa fenolik. Teknik ini menggunakan ozon sebagai oksidatornya karena ozon merupakan oksidator yang sangat kuat dan bersifat reaktif di dalam air. Ozon yang digunakan pada penelitian ini dihasilkan dari ozonator yang bekerja pada tegangan 12 - 16 kilovolt dan tekanan atmosferik.

Selain menggunakan teknik ozonisasi, dalam penelitian ini juga menggunakan radiasi lampu UV-C (λ= 254 nm) yang diletakkan di dalam kolam aerasi injeksi berganda untuk mengetahui sejauh mana penyisihan senyawa fenolik yang dapat dilakukan jika menggabungkan ozonator dengan Iampu UV-C tersebut.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa ozonator menghasilkan ozon sebesar 0.6745 gram/jam dengan udara sebagai umpan pada laju alir umpan 600 L/jam dengan suhu kerja ozonator sekitar 26-30°C dan tekanan atmosferik.

Di samping itu, oksidasi senyawa fenol dan 4-klorofenol oleh ozon dan sinar lampu UV-C yang dilakukan dalam suatu kolam aerasi dengan injeksi ozon berganda (multi injection ozonation rank, MIOT), memberikan informasi awal yang menarik bahwa penyisihan senyawa fenol dengan ozon dan UV-C akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan ssnyawa 4-klorofenol, Pada Senyawa fenol 10 ppm, besar penyisihannya sekitar 86.5106%, dan pada fenol 20 ppm diperoleh hasil sekitar 87.1744%. Sedangkan pada senyawa 4-klorofenol yang mengandung 10 ppm diperoleh besar penyisihan hanya sekitar 74.6346% dan pada 20 ppm besar penyisiharmya adalah 79,0366%.
2001
S49160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Amalia
Abstrak :
ABSTRAK
Energi Mikrohidro merupakan konversi energi kinetic dan energi potensial yang didapatkan dari aliran air. Hal ini telah diimplementasikan pada Sungai Ruhr di Jerman, sejak tahun 1977 sebagai pembangkit listrik dan pengolahan air dengan metode aerasi pada suatu bendungan. Penelitian ini melakukan percobaan untuk mengetahui dan membuktikan konfigurasi pada turbin Aerasi terhadap kenaikan oksigen terlarut (DO) dan penurunan beban organic (COD). Dengan memvariasikan kecepatan putar, kedalaman turbin/runner dan memperhatikan boundary condition system hidrolika, kenaikan DO optimum diharapkan akan dihasilkan. Konfigurasi alat pada penelitian ini dengan memvariasikan kecepatan putar turbin/runner pada kisaran 65-75, 85-95, 105-115, 125-135 dan 145-155 rpm dan kedalaman turbin/runner sebesar 7, 6 dan 5 cm di bawah titik limpasan air pada alat Turbin Aerasi Terintegrasi. Variasi tersebut menghasilkan kenaikan DO optimum ada pada kecepatan 150.9 rpm dan kedalaman runner 7 cm, dengan kenaikan DO sebesar 0.9 mg/L. Dengan menggunakan permodelan MATLAB, didapatkan suatu persamaan untuk mengetahui kecepatan dan kedalaman yang dibutuhkan dalam meningkatkan DO optimum pada pengolahan air. Dari persamaan fungsi yang didapatkan dari pengolahan data, kenaikan DO optimum dapat mencapai 2.533 mg/L dengan kecepatan 221.87 rpm dan kedalaman turbin/runner 1 cm.
ABSTRACT
Micro hydro energy is a conversion between kinetic energy and potential energy, which comes from water flow in specific velocity. As this implementation already used in Germany since 1977, micro-hydro energy comes to a result of power plants and water treatment plants. These research aims are to find and to proof the best configuration that can possibly be applied, in order to increase the dissolved oxygen and to decrease the organic loadings of water. In terms of increasing dissolved oxygen, the variation of turbine velocity, depth of immersion and boundary condition of the hydraulic system is needed, in order to find out the best configuration.  The variation of turbine velocity is 65-75, 85-95, 105-115, 125-135 and 145-155 rpm, followed by the variation of depth immersion are 7, 6 and 5 cm under the location of water runoff. As a result, the optimum DO increase is 0.9 mg/L, which comes from 150.9 rpm in velocity and 7 cm in depth of immersion of water runoff. MATLAB modelling is used to produce the function, which can possibly be applied to find out the DO increase according to turbine velocity and depth of immersion needed in the water treatment plant units. As a result, the optimum DO increase is 0.9 mg/L, which comes from 150.9 rpm in velocity and 7 cm in depth of immersion of water runoff. MATLAB modeling is used to produce the function, which can possibly be applied to find out the DO increase according to turbine velocity and depth of immersion needed in the water treatment plant units. Based on the function, the optimum DO increase can be obtained by 221.87 rpm in turbine velocity and 1 cm depth of immersion, in the amount of 2.533 mg/L.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandy Setiadi Djaya Putra
Abstrak :
ABSTRAK
Air yang tercemar hilang sifat kejernihannya dan berubah menjadi keruh. Dalam kondisi yang demikian, kadar oksigen yang ada dalam air semakin menyusut karena udara di atmosfir tidak dapat berdifusi secara natural ke dalam air yang keruh. Sebagai akibatnya banyak makhluk hidup dalam air mengalami kekurangan oksigen dan akhirnya mati. Untuk mengatasi keadaan ini sudah banyak diperkenalkan dan digunakan alat pen-supply gelembung-gelembung udara kedalam air. Tetapi alat ini kurang menjamin tambahan kandungan oksigen dalam air karena kejernihan air tidak turut diatasi. Air yang jernih akan lebih banyak menyerap oksigen baik dari udara secara natural maupun dari gelembung-gelembung udara.

Sehubungan dengan itu, diteliti pengaruh penggabungan proses filterasi dan aerasi pada suatu air limbah tertentu terhadap bertambahnya konsentrasi oksigen di dalam air dan kemampuan menghilangkan kekeruhan air yang sudah tercemar, sehingga akan lebih membantu pekerjaan mikroorganisme khususnya aerob dalam mengurai zat-zat terkandung serta mengurangi kematian mahluk di dalam air.

Dalam perancangan peralatan ini, aplikasi dari fenomena separasi diterapkan, untuk memperoleh sistem aerasi yang diinginakan. Untuk sistem filter digunakan pasir. sebagai medianya.

Untuk kerja peralatan Aerofilt ini menujukan kemampuan peningkatan kandungan oksigen di dalam air serta menurunkan suspended solid yang ada di dalam air.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Budi Kartika
Abstrak :
ABSTRAK
Emas merupakan salah satu logam berharga yang didapatkan melalui suatu proses ekstraksi dari bijih emas ataupun bahan lainnya. Zinc Precipitation atau pengendapan seng adalah salah satu metoda yang digunakan dalam ekstraksi khususnya ekstraksi emas, yaitu dengan menggunakan serbuk seng sebagai bahan pereduksi untuk mengendapakan ion emas dalam larutan sianida. Penggunaan serbuk seng sebagai bahan pereduksi karena memiliki nilai potensial yang lebih rendah dari emas dan juga kualitas pengembalian emas yang cukup baik. Tujuan pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan kemurnian serbuk seng yang pada ekstraksi emas dengan menggunakan metoda pengendapan seng pada larutan emas sintetis 50 ppm. Proses zinc precipitation dilakukan dalam waktu 36 jam dalam kondisi terhomogenasi dan dalam sistem aerasi dan non aerasi. Pengujian AAS dilakukan untuk mengetahui kualitas pengembalian emas (recovery). Pengujian XRD dilakukan untuk mengetahui komposisi senyawaan yang terkandung dalam serbuk seng yang terendapkan selama proses recovery, sedangkan uji SEM dilakukan untuk mengetahui struktur mikro pada serbuk seng dan juga sebarannya. Hasil pengujian tersebut dihadirkan dalam bentuk diagram Hasil pengujian AAS menunjukan bahwa recovery emas pada serbuk seng dengan kemurnian yang cukup tinggi tidak terlalu berpengaruh terhadap proses zinc precipitation. Kondisi optimal untuk proses recovery terdapat pada konsentrasi 500 ppm serbuk seng atau 10 kali dari konsentrasi emas. Pengujian dengan menggunakan metoda XRD menunjukan bahwa terdapat ion emas dan emas namun tidak memiliki titik puncak yang tinggi, sedangkan hasil pengujian SEM menunjukan bahwa diperkirakan terdapat emas dalam serbuk seng.
ABSTRACT
Zinc precipitation is one of many method using in gold extraction, that is using zinc powder as reduction substance to precipitate gold ion in cyanide solution. The using of zinc powder as reduction is because it has a lower potential value than gold, and having quite good returning quality of gold. The purpose of this research is to find out the influence of concentration and purity of zinc powder in 50ppm synthetic gold solution. Zinc precipitation process conducted in 36 hours in homogenized condition and in aeration and non-aeration system.

AAS testing is conducted to tell the returning quality of gold (recovery). XRD testing conducted to tell the composition of compounds that be contained in zinc powder that precipitated throughout recovery process, whereas SEM testing conducted to tell micro structure in zinc powder and its distributions. Testing result presented in diagram shape.

AAS testing result shows that gold recovery in quite high purity of zinc powder is not influential towards zinc precipitation process. Optimal condition in recovery process occurred at concentration 500ppm zinc powder or 10 times compared gold concentration. Testing using XRD method shows that gold is identified but didn't had stiff peak, whilst SEM testing result that gold be found in zinc powder.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1454
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Surya Kusuma
Abstrak :
Limbah Backwash IER merupakan hasil sampingan utama dari pabrik gula rafinasi. Limbah cair ini perlu diolah agar mencapai baku mutu sebelum dilepas ke lingkungan. Metode yang biasa digunakan untuk mengolahnya adalah dengan menggunakan bakteri aerobic (metode aerasi) tetapi metode ini memilki residence time yang lama serta tidak dapat membuat air menjadi jernih. Penelitian ini mencoba untuk membantu kerja unit pengolahan limbah yang ada dengan metode elektrokoagulasi, yaitu proses elektrolisis untuk menimbulkan reaksi koagulasi dari senyawa limbah yang terlarut. Penelitian ini mempelajari pengaruh kuat arus, jarak antar elektroda dan jumlah elektroda terhadap laju reaksi elektrokoagulasi serta mempelajari potensi penggabungan sistem aerasi dengan elektrokoagulasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses elektrokoagulasi berhasil menjernihkan air limbah (menurunkan warna) tetapi tidak berhasil menurunkan nilai COD dari air limbah. Adapun penurunan COD dapat diperoleh dengan baik bila rangkaian proses digabung dengan proses aerasi. Nilai penurunan warna paling efisien diperoleh dengan mengatur jarak antar elektroda sedekat mungkin dan jumlah elektroda sebanyak mungkin, dimana pada penelitian ini adalah berjarak 5 cm antar elektroda dan elektroda berjumlah 3 pasang. Adapun penurunan warna paling efisien relatif terhadap konsumsi energi adalah dengan menggunakan kuat arus paling kecil, dalam penelitian ini adalah 5 ampere. Metode penggabungan terbaik adalah jika dilakukan aerasi sebelum elektrokoagulasi.
Ion Exchange Resin Backwash waste water is the main component of waste liquid of any sugar refinery plant. The waste water need to be treated into acceptable quality before being released into environment in accordance to laws. The most common method used locally is aerobic bacterial treatment or aeration however this method requires plenty of time thus energy. This study attempts to remedy some of the problem through added method or substitution with electrocoagulation which is an electrolysis process to coagulate dissolved matter in the waste water. This study attempts to understand the causal relation that may arise from variating the electric current, distance between electrodes and the number of electrodes used while also study the potential of combining the electrocoagulation and aeration method. The experiment showed no sign of change in the amount of COD (chemical oxygen demand) but showed remarkable result in decolorisation. COD however is successfully reduced when combining with aeration method. The best result of decolorisation is by placing the electrodes as close as possible, which in this study 5 cm, and by using as many electrodes as possible, which is 3 pairs. For the most efficient use of energy during decolorisation process, the best result is achieved when using the lowest possible electric current which is 5 ampere in this experiment. When electrocoagulation is combined with aeration, the best result is achieved when aeration is done first not vice versa.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabilla Said
Abstrak :
Oksigen di dalam air merupakan komponen penting untuk kehidupan biota air. Air permukaan yang keruh akan menghambat sinar matahari masuk sebagai sumber utama fitoplankton melakukan proses fotosistesis guna meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air. Bila hal tersebut terus terjadi maka akan terbentuk proses dekomposisi. Proses dekomposisi ini menyebabkan munculnya amonia dan hidrogen sulfida yang dapat membuat air menjadi beracun dan berbahaya. Salah satu solusi dalam pencegahan terjadinya penurunan oksigen adalah dengan proses aerasi. Salah satu sistem yang banyak dilakukan adalah aerasi tipe kincir air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh aerasi kincir air terhadap perubahan parameter seperti oksigen terlarut, kebutuhan oksigen kimiawi, sulfat, nitrat, dan amonia. Penelitian ini juga ingin Memetakan distribusi perubahan kualitas parameter yang terjadi sehingga dapat diketahui sejauh mana jangkaun aerator berpengaruh. Penelitian dilakukan pada 4 titik berbeda dan dilakukan sebanyak 11 waktu berbeda dengan studi kasus Danau Mahoni Kampus UI Depok dengan pengambilan sampel selama 24 jam dengan periode waktu yang ditentukan. Analisis korelasi dilakukan dengan uji anova, analisis persentase efisiensi, pemetaan, dan korelasi antara penurunan amonia dengan peningkatan oksigen terlarut. Pengoperasi aerator berpengaruh dalam perubahan parameter oksigen terlarut sebesar hingga 111% pada pengoperasian selama 4 jam dengan kemampuan jangkauan aerator 4,725 m2. Hubungan antara peningkatan oksigen terlarut dengan penurunan amonia berbanding terbalik. Akibat adanya aerasi dan peningkatan oksigen terlarut menyebabkan penurunan konsentrasi amonia hingga 52,96% pada pengoperasian selama 4 jam. ......Dissolved oxygen is an important component for the life of aquatic biota. Turbid surface water will inhibit incoming sunlight as the main source of phytoplanktons carrying out the process of photosistesis to increase the level of dissolved oxygen in the water. If this continues, a decomposition process will be formed. This decomposition process causes the appearance of ammonia and hydrogen sulfide which can make water toxic and dangerous. One solution in preventing the occurrence of oxygen reduction is by the aeration process. One of the most common systems is aeration type paddle wheel. This study aims to analyze the effect of aeration of paddle wheel on changing parameters such as dissolved oxygen, chemical oxygen demand, sulfate, nitrate, and ammonia. This study also wants to map the distribution of changes in the quality of parameters that occur so that it can be seen the extent to which an aerator's term affects. The study was conducted at 4 different points and conducted 11 different times with a case study of the Lake Mahoni Campus UI Depok by sampling for 24 hours with a specified time period. Correlation analysis is carried out with ANOVA test, percentage efficiency analysis, mapping, and correlation between decreasing ammonia and increasing dissolved oxygen. Aerator operation influences the change in dissolved oxygen parameters by up to 111% in operation for 4 hours with an aerator range of 4,725 m2. The relationship between an increase in dissolved oxygen and a decrease in ammonia is inversely related. As a result of aeration and an increase in dissolved oxygen causes a decrease in ammonia concentration up to 52.96% in operation for 4 hours.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>