Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luthfiyyah Mutsnaini
"ABSTRACT
Xylitol is five-carbon polyol sugar which widely used as a sweetener in food and pharmaceutical.
Xylitol production by chemical procedures using high pressure and temperature also needed
extensive purification are less cost-effective in production. Fermentation which has more advantages
with lower cost due tocheaper substrate and the non-necessity of xylose purification. The purposes of
this research were to find optimum condition for xylitol production with particular variable such as
substrate concentration, aeration, methanol and nitrogen sources addition. Oil palm empty fruit
bunch hydrolyzates containing xylose was fermented into xylitol by Debaryomyces hansenii UICC Y-
276 at room temperature. Fermentation was carried out at 200 rpm for 72 hours. Then, xylose and
xylitol were determined by HPLC with RI detector and LiChrosorb® NH2 (4 mm x 125,00 mm, 5μm)
column. Acetonitrile-water was used as a solvent, 20 mL sample volume was injected at flow rate of
1,0 mL/min at room temperature. The optimum fermentation conditions was obtained in a state of
semi-anaerobic condition (1 : 2.5) with 10,0 % (w/v) xylose concentration. Meanwhile with the
addition of various concentration of methanol and nitrogen sources, it was obtained that 1,5 %
methanol and 0,5 % ammonium sulfate gave high yield of xylitol production. The best result for yield
xylitol production was 31,83 %."
2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shofuan
"ABSTRAK
Salah satu dampak negatif kegiatan pembangunan diberbagai sektor dan daerah adalah dihasilkannya limbah yang semakin meningkat, baik jumlah maupun jenisnya. Limbah tersebut apabila tidak dikelola secara baik akan menimbulkan pencemaran yang dapat merusak fungsi kelestarian lingkungan hidup.
Beberapa akibat yang merugikan yang disebabkan oleh adanya limbah adalah: 1. Gangguan terhadap kesehatan; 2. Gangguan terhadap kehidupan biotik; 3. Gangguan terhadap keindahan dan kenyamanan, dan 4. Gangguan terhadap harta benda.
Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit,dapat berbentuk padat, cair maupun gas, yang dapat digolongkan menjadi limbah domestik dan limbah klinik.
Dari berbagai penelitian tentang pengelolaan limbah rumah sakit di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya pengolahan limbah cairnya, ternyata belum banyak rumah sakit yang mengelola limbah cairnya dengan baik. Hal ini ditandai dengan kualitas limbah cairnya yang tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Bahkan di Jakarta (1993) tidak satu pun rumah sakit yang air limbahnya memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan (untuk DKI Jakarta BOD5 < 100 mg/L dan COD ? 75 mg/L).
Prinsip pengolahan air limbah organik secara biologis adalah pemanfaatan peran mikroorganisme dalam kaitannya memperoleh energi untuk kelangsungan hidupnya. Ada dua cara pengolahan air limbah organik secara biologis yaitu aerob dan anaerob, tergantung pada kondisi air limbah dan tujuan pengolahan, beban air limbah, dan sarana yang dimiliki.
Penguraian secara aerobik, bertujuan untuk menguraikan secara sempurna senyawa organik atau nutrien anorganik hasil proses perombakan yang berasal dari air limbah dengan cara yang aman. Pada proses metabolisms, mikroorganisme membutuhkan sumber nutrien dan oksigen. Selama sumber nutrien dan oksigen cukup, mikroorganisme akan berkembang secara baik dan menghasilkan energi untuk mengurangi senyawa pencemar. Ketersediaan oksigen dalam air limbah ditentukan oleh beban masukan air limbah, proses dekomposisi, fotosintesis dan respirasi. Semakin besar beban masukan, maka semakin besar pula oksigen yang dibutuhkan, sehingga pasokan oksigen secara alami tidak cukup untuk dapat menurunkan kandungan BOD dan COD air limbah dan untuk itu diperlukan aerasi.
Seringkali aerasi terhadap air limbah belum dapat menghasilkan kualitas efluen sebagaimana yang diharapkan. Tidak memadainya kualitas limbah cair ini antara lain disebabkan oleh: 1. Perlakuan aerasi belum mempertimbangkan beban total BOD yang terdapat di dalam air limbah yang seringkali mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu, sehingga efektivitas perlakuan aerasi masih rendah; dan 2. Lama aerasi yang berkaitan dengan transfer oksigen belum sesuai dengan yang dibutuhkan.
Percobaan aerasi tekanan tinggi, mencoba untuk memasok oksigen ke dalam air limbah dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat, sehingga diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya. Percobaan mengambil sampel limbah cair Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr.Mintohardjo, Jakarta. Tekanan yang dicobakan adalah 2,3,4 dan 5 atm dengan lama aerasi 1,2,3,4 dan 5 jam.
Dari percobaan didapatkan bahwa: 1. Aerasi tekanan tinggi mempunyai pengaruh terhadap BOD5, COD dan kandungan mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah. Tekanan dan waktu yang dapat menurunkan kandungan BOD5 dan COD yang tertinggi adalah tekanan 2 atm, selama 1 jam (BOD5 = 63,24 0, COD = 65,41 °s). Apabila perlakuan aerasi tekanan 2 atm ini dilanjutkan sampai 5 jam, maka hasilnya adalah BOD5 = 80,52 a dan COD = 82,32 a.; 2. Aerasi tekanan tinggi praktis tidak mempengaruhi perubahan pH; dan 3. Aerasi tekanan tinggi dapat menurunkan bilangan bakteri sebanding dengan tekanan yang digunakan. Hal ini disebabkan makin tinggi tekanan yang digunakan, maka oksigen yang dipasok akan semakin besar pula, sehingga semakin besar pula kemampuan bakterisidanya. Dari percobaan didapatkan kandungan bakteri yang mati akibat aerasi tekanan tinggi adalah : 2 atm = 51,78 %, 3 atm = 58,33 °s, 4 atm = 80 dan 5 atm = 83,33 %.

ABSTRACT
One of by-product of development activities in various sectors and regions are increasing waste in terms of quantity and types. The waste may cause pollution which Deteriorates the environment function.
Some perilous results due to the waste is 1. Deteriorates health; 2. Deteriorates the biotic life; 3. Deteriorates beauty and convenience, and 4_ Deteriorates assets.
The waste produced by the hospital may be in the form classified into domestic and clinic waste.
Form research regarding the hospital waste management in big city in Indonesia, especially wastewater processing its turns out that there are not many hospital that is well managed which is characteristic with waste quality that not comply with required standard quality. Even in Jakarta (1993), there is no hospital who reach the standards in his wastewater quality (BOD5 ? 75 mg/L and COD c 100 mg/L).
The low wastewater quality among other is due to: 1. Low aeration treatment effectiveness and 2. Length of aeration which related with oxygen transfer have not met the requirement.
The oxygen avaibility in the wastewater is determined by load of wastewater input, decomposition process, photosynthesis and respiration. The greater input discharge, the greater the oxygen needed, thats the natural intake of oxygen is not sufficient for degrading organic material in such wastewater. In this case aeration is needed in order to maintain the waste not turning into anaerob, because anaerobic condition may produce toxic materials as ammonia and hydrogen sulphide.
Hyperbaric aeration is aeration in high pressure by a high pressure chamber as device and its meant to get a quick aeration. The experiment is performed by taking sample of wastewater of Dr.Mintohardjo Navy Hospital, Jakarta. The pressure applied is 2, 3, 4, and 5 atmosphere with aeration duration of 1, 2, 3, 4, and 5 hours.
From the experiment it turns out that a hyperbaric aeration has impact toward BOD5, COD and microorganism content which exist in the wastewater. We found out from the experiment performed that: 1. The pressure and time which will decrease the BOD5,and COD content to a maximum level is 2 atm for an hour (BOD5 = 63,24 % and COD 65,41 0). If the aeration treatment of 2 atm is continued for 5 hours, the results is that BOD5 = 80,52 % and COD = 82,32 %.; 2. Hyperbaric aeration practically didn't influence on pH; and 3. Hyperbaric aeration reduce microorganism content by proportionally to operation time and pressure. By the other sentence, the bactericide capability of hyperbaric aeration is higher in higher pressure and longer time. The bactericide capability of hyperbaric aeration in 5 hours treatment are 2 atm = 51,78 %, 3 atm = 58,33%, 4 atm = 80 % and 5 atm = 83,33 %.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diansyah Putri FH
"Salah satu metode pengolahan limbah cair secara biologis adalah dengan menyisihkan substansi-substansi organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut dengan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimanfaatkan bisa merupakan mikroorganisme aerob ataupun mikroorganisme anaerob. Fokus dalam penelitian ini adalah proses biologis yang menggunakan mikroorganisme aerob. Untuk menjaga kelangsungan hidup mikroorganisme ini, dilakukan proses aerasi, yakni melarutkan oksigen kedalam air limbah, dengan alat yang disebut aerator, Alat ini mensuplai oksigen kedalam air limbah, dan melakukan mixing (pengadukan), sehingga terjadi kontak yang memadai antara lumpur yang mengandung mikroorganisme dan bahan organik yang terdapat didalam limbah. Kemudian diendapkan di bak sedimentasi dan ditarik oleh pompa. Pada unit pengolahan yang umum dipakai, aerator dan pompa merupakan dua komponen yang berbeda dan terpisah, sehingga lahan yang dipakai relatif luas dan biaya yang digunakan cukup mahal. Oleh karena itu, diusahakan menggabung keduanya dengan konsep airlift pump. Penggabungan fungsi komponen aeralor dan pompa tersebut telah dilakukan oleh Agus Subiyakto dengan menggunakan konsep airlift pump. Alat ini disebut aeralor pump, dengan komponen utama blower dan baling-baling (rotating blade). Selama 9 tahun alat ini diterapkan di lapangan, ditemukan kendala yaitu tidak efektifnya alat ini jika limbah yang diolah mengandung serat atau debris. Serat (debris) yang terdapat dalam air limbah tersebut menyangkut pada sela baling-baling (rotating blade). Tersangkutnya serat ini menurunkan kinerja alat karena kontak yang terjadi antara permukaan gelembung udara dan air limbah berkurang sehingga suplai oksigen juga berkurang. Karena itu, pada penelitian ini akan dicoba menggantikan rotating blade dengan fixedscrew cylinder. Dari modifikasi ini, dicoba membuat 21 buah alat dengan variasi sudut ulir dan luas kanal, sehingga dapat dibandingkan alat mana yang paling efektif dalam menghasilkan debit optimum dan menaikkan nilai DO air limbah. Dari percobaan yang dilakukan, diambil data debit air dan nilai DO yang dihasilkan, sebagai parameter utama untuk melihat efektivitas ke 21 alat tersebut. Selain itu digunakan rumusan debit yang diturunkan dari rumusan kerja air dan udara, sehinga didapatkan nilai ? yang menggambarkan efisiensi alat dan fraksi udara pada tekanan tertentu. Setelah diamati, ternyata Debit optimum terbesar dihasilkan oleh alat aerator pump 18, dengan diameter kanal 5/8 inch, luas kanal sebesar 0.000197832 m_ dan sudut kanal 60"" , dengan nilai debit yang dihasilkan sebesar 1,4.10

"One of biological waste water treatment methods is by separating organic substances from the waste water with the help of microorganisms. Microorganisms which are used can be either aerob or anaerob. The focus of this research is the biological process using aerob microorganisms. Aeration process is undertaken to keep these microorganisms alive, by dissolving oxygen into the waste water using a device called aerator. The device is supplying oxygen into the waste water and doing a mixing process so that there is a sufficient contact between the mud, which contain microorganisms and the organic substances which in the waste water. Then, it will be settled in sedimentation tank and sucked out by the pump. In generally used treatment unit, aerator and pump are two separated and different components, so that it needs a relatively big area and expensive cost. That's why we tried to unite these two components with using airlift pump concept. The uniting of these two components function has been done by Agus Subiyakto with using airlift pump concept. The device is called aerator pump, with its main components are blower and rotating blades. During 9 years application in the field, he encountered a problem that the device is not being effective when the waste water contain fibers. The fibers that in the waste water are stuck among the rotating blades and it decrease the device's working ability because contacts between the surface of air bubbles and the waste water is decreasing so that the oxygen supply is cecreasing as well. To overcome the problem, we tried to replace rotating blade with fixedsrew cylinder. From this modification we tried to make 21 devices with variation in screw's angle and cross section area so that we can compare which is the most effective and resulting optimum discharge and increasing Dissolved Oxygen (DO) amount of the waste water. Data of water discharge and DO amount produced are taken from tests. These data are the main parameters to see the effectiveness of those 21 devices. Beside of it, discharge formula which a result from differentiating the air and water energy formula is used so that we can get ? which shows the effectiveness of the device and air fraction under certain pressure. After being observed, it turned out that the biggest optimum discharge is from the aerator pump device 18, with screw's diameter of 5/8 inch, cross section area of 0,000197832 m_ angle of 60_ and discharge amount of 1,4.10-5 m_s. The biggest DO amount which increasing is produced by the aerator pump device 6, with screw's diameter of 5/16 inch, angle of 70"" and the increasing of DO amount of 5,48 mg/L. And based on the ? amount, then the device which produces the highest dissolved air fraction and efficiency is the aerator pump 7, with srew's diameter of 5/16 inch, angle of 75_ and ? amount of 0.0318923168."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audia Amandaru Wardhana
"IPAL Setu Babakan adalah instalasi pengolahan air limbah berskala komunal yang memiliki kapasitas 600 m3 per hari. IPAL Setu Babakan mengolah grey water dari masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi, air hujan, serta limbah peternakan sekitar. Pengolahan air limbah dilakukan secara biologis menggunakan gabungan sistem Extended Aeration dan Moving Bed Bioreactor dengan media kaldnes K3. Efisiensi aktual di IPAL Setu Babakan untuk parameter COD, BOD, TSS, dan amonia sebesar 64,2%, 60,47%, 33,33%, dan 41,09%. Namun, effluen yang dihasilkan belum memenuhi PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lampiran IV. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh rasio volume media kaldnes K3 dengan pengisian 0%, 10%, 20%, dan 30% terhadap efisiensi penurunan COD, BOD, TSS, dan amonia pada proses aerasi untuk memperoleh pengolahan yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan reaktor dengan pengisian volume media kaldnes 30% menghasilkan pengolahan paling optimal dibandingkan 0%, 10%, dan 20% dengan peningkatan efisiensi sebesar 79,55%, 79,55%, 73,21%, dan 68,15%. Hasil evaluasi IPAL menunjukan kurang optimalnya IPAL Setu Babakan berdasarkan penurunan kadar COD, BOD, dan amonia yang belum signifikan sehingga proses aerasi menggunakan media kaldnes K3 dengan rasio 30% dapat menjadi salah satu alternatif perbaikan dalam meningkatkan efisiensi pengolahan air limbah pada IPAL Setu Babakan. 

Setu Babakan Wastewater Treatment Plant (WWTP) is a communal wastewater treatment facility with a capacity of 600 m3 per day. Setu Babakan WWTP treats greywater from domestic activity, rainwater, and nearby farm waste. The wastewater treatment is done biologically using a combination of the Extended Aeration and Moving Bed Bioreactor systems with Kaldnes K3 media. The treatment efficiency for COD, BOD, TSS, and ammonia parameters is 64.2%, 60.47%, 33.33%, and 41.09% respectively. The effluent produced does not yet meet the requirements of Government Regulation No 22/ 2021. This research aims to determine the effect of the ratio of Kaldnes K3 media volume of 0%, 10%, 20%, and 30% on the efficiency of COD, BOD, TSS, and ammonia removal in the aeration process to achieve optimal treatment. Based on the research results, it was found that the reactor with a 30% fill volume of Kaldnes media produced the most optimal treatment compared to 0%, 10%, and 20%, with an increase in efficiency of 79.55%, 79.55%, 73.21%, and 68.15% for COD, BOD, TSS, and ammonia, respectively. The evaluation of the wastewater treatment facility shows that IPAL Setu Babakan is suboptimal based on the insignificant reduction in COD, BOD, and ammonia levels. Therefore, the aeration process using Kaldnes K3 media with a 30% volume ratio can be considered as an alternative improvement to enhance the efficiency of wastewater treatment at IPAL Setu Babakan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jourast Ladzuardy Putra
"ABSTRAK
Pengolahan limbah senantiasa memerlukan energi dalam berbagai unit pengolahannya. Salah satu unit yang membutuhkan energi tersebesar adalah aerasi. Kebutuhan energi untuk aerasi menyerap 60 persen-70 persen kebutuhan energi dari keseluruhan instalisasi. Sebuah metode aerasi yang mampu menghemat energi pernah diinduksikan pada tahun 1977 pada sungai Ruhr, Jerman. Pada percobaan tersebut dibuat sebuah turbin pelton yang meningkatkan kadar DO pada sungai tersebut. Meskipun tujuan utama dari penelitian tersebut ialah mengecek seberapa jauh proses aerasi berlangsung pada sungai namun penelitian ini menjadi penelitian awal yang menginduksikan pengombinasian antara turbin dan teknik aerasi. Pada penelitian ini diinduksikan teknik yang sama namun dengan jenis turbin yang berbeda yakni turbin kaplan. Turbin kaplan dirancang untuk menerima air baku dari intake yang memiliki ketinggian +7 m dari instalasi. Dilakukan teknik scaledown model dalam perancangan dimana nilai yang dipertahankan konstan adalah bilangan Reynolds dan Froude untuk mencegah terjadinya penyimpangan bentuk aliran antara model dan skala asli. Alat yang dirancang bernama Turbin Aerasi Terintegrasi dengan lebar runner 1 meter. Permodelan turbin mengacu kepada beberapa kode etik dari International Electric Commission (IEC). Pengujian dari alat dilakukan PDAM Tirta Asasta, Depok, Jawa Barat. Dari perancangan tersebut didapati bahwa model yang dirancang menggunakan diagram alir perancangan pada penelitian memiliki ketepatan profil hidrolis sebesar 94,68 persen, Debit maksimum alat adalah 4,15 m3/s sementara minimunnya ialah 0,569 m3/s. Aliran pada batas maksimum alat memiliki nilai Froude 10,434. Model yang digunakan adalah polinom dengan orde maksimum 3. Model memiliki R-Square sebesar 0,988; Adj-R-Square 0,979 dan RMSE sebesar 4,226 (RPM). Kenaikan DO yang terjadi pada titik optimum ialah 2,503mg/L sementara penurunan besi akibat mangan sebesar 69,5 persen dan mangan sebesar 95,5 persen. Dengan debit saja turbin dapat menghasilkan 1,209 MWh/hari atau setara Rp. 1.692.770/hari untuk listrik Rp. 1400/kWh.

ABSTRACT
Wastewater treatment always requires energy in various processing units. One unit that requires the most energy is aeration. Energy requirements for aeration absorb 60persen -70persen of the energy requirements of the entire installation. An aeration method capable of saving energy was once induced in 1977 on the Ruhr river, Germany. In the experiment, a Pelton turbine was made which increased DO levels on the river. Although the main objective of the study was to check how far the aeration process took place on the river, this study became an initial study that induced combining between turbines and aeration techniques. In this study, the same technique was induced but with a different type of turbine in which Kaplan turbine. Kaplan turbines are designed to receive raw water from intakes that have a height of +7 m from the installation. The scaledown model in the design is carried out where the values ​​that are held constant are Reynolds and Froude numbers to prevent the flow deviation between the model and the original scale. The tool designed is called an Integrated Aeration Turbine with a runner width of 1 meters. Turbine modeling refers to several ethical codes from the International Electric Commission (IEC). Testing of the equipment is carried out by PDAM Tirta Asasta, Depok, West Java. From the design it was found that the model designed using the design flow diagram in the study had a hydraulic profile accuracy of 94.682persen, the maximum discharge of the tool was 4.15 m3/s while the minimum was 0.569 m3/s. The flow at the maximum limit of the tool has a Froude value of 10.434. The model used is a polynomial with a maximum order of 3. The model has an R-Square of 0.988; Adj-R-Square 0,979 and RMSE of 4,226 (RPM). The increase in DO that occurs at the optimum point is 2.503 mg/L while the decrease in iron due to manganese was 69.57 persen and manganese was 95.59persen. With the discharge, only the turbine can produce 1,209 MWh / day or equivalent to Rp. 1,692,770 / day for electricity Rp. 1400 / kWh.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library