Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rinovian Fahlevi
Abstrak :
Cinta adalah sebuah konsep yang dapat kita lihat sebagai perasaan antara satu orang terhadap sesuatu. Cinta adalah dasar penting dalam sebuah hubungan. Cinta adalah sesuatu yang indah, membuat suatu hubungan itu nyata dan tumbuh. Karya ilmiah ini akan membahas tentang representasi dalam hubungan Ali dan Emmi pada film Angst Essen Seele Auf (1974) Karya Rainer Werner Fassbinder, tentang bagaimana cinta dalam hubungan mereka tumbuh melawan ekspektasi yang ada pada masyarakat dalam film. Penelitian akan disusun menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil analisis penelitian menunjukan bahwa hubungan Ali dan Emmi merepresentasikan banyak perjuangan terkait feminisme, ageism, dan rasisme dalam hubungan yang mereka jalani bersama. Hubungan itu memperlihatkan bagaimana mereka sebagai pasangan melawan stereotip pada masyarakat yang menyangkut gender, usia, dan bahkan isu mengenai rasisme. ......Love is a concept that we see as a feeling between one person towards something. Love is the most important core of every relationship. Love is a beautiful thing, it makes relationships real and bloom. This scientific work will discuss the representation of Ali and Emmi's relationship in the film Angst Essen Seele Auf (1974) by Rainer Werner Fassbinder, about how their relationship goes against society's expectations in the film. The research will be structured using qualitative descriptive methods. The results of the research analysis show that Emmi and Ali's relationship represent many struggles related to feminism, ageism and racism in their relationship. Their relationship shows how they fight stereotypes in society regarding gender, age and even issues about racism.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusvita Putri Andamdewi
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang keikutsertaan lansia dalam partisipasi sosial sebagai strategi coping menghadapi ageism yang dikaji dari disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial. Hal ini dilatarbelakangi adanya prediksi bonus demografi beberapa tahun mendatang, sehingga dibutuhkan usaha untuk menjadikan lansia yang berkualitas agar tidak menjadi ‘beban’ di masa mendatang. Lansia termasuk kelompok yang rentan menghadapi gangguan seiring bertambahnya usia dikarenakan terjadinya perubahan maupun permasalahan yang dihadapinya, salah satunya yaitu ageism. Ageism merupakan pandangan atau stigma negatif yang diberikan pada seseorang karena usianya dan lansia merupakan salah satu kelompok yang sangat rentan mengalami ageism. Menjadi penting untuk diteliti bagaimana lansia menghadapi ageism dan bagaimana aktif secara sosial dapat menjadi upaya lansia dalam menghadapi hal tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan pada Juli 2023 melalui: (1) wawancara dengan sembilan informan lansia, (2) observasi, dan (3) studi dokumentasi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa bentuk ageism yang seringkali diperoleh lansia diantaranya other-directed ageism dan self-directed ageism, dan diketahui bahwa ageism tersebut memberikan dampak negatif bagi lansia yaitu dampak negatif terhadap fisik dan psikis lansia. Para informan berusaha menghadapi ageism tersebut dengan menerapkan strategi coping berfokus pada masalah diantaranya menggunakan planful problem coping, confrontive coping, dan seeking social support. Informan juga menerapkan strategi coping berfokus pada emosi, dengan menggunakan escape-avoidance, accepting responsibility, dan positive reappraisal.  Terungkap pula bahwa latar belakang keikutsertaan lansia dalam partisipasi sosial  adalah ingin mencari interaksi sosial yang berkelanjutan, berupaya memperluas jaringan sosial, dan dapat berkontribusi kepada sekitar. Hal tersebut memberi manfaat bagi lansia diantaranya menjadi lebih senang, sehat, dan dapat meningkatkan fungsi kognitif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi coping yang lansia lakukan dalam menghadapi ageism berkaitan erat dengan keikutsertaan lansia dalam partisipasi sosial karena selain manfaatnya dapat membantu mengatasi dampak dari ageism namun ternyata partisipasi tersebut diketahui merupakan salah satu prinsip anti-ageism atau dengan kata lain dapat menjadi upaya lansia dalam melawan ageism tersebut dengan mendorong partisipasi lansia. ......This study focusses on the elderly in social participation as coping strategies to face ageism, which discusses from the social welfare discipline. This research is motivated by the demographic bonus in the next few years, where efforts are needed to produce quality elderly people so that they do not become a 'burden' in the future. The elderly are a group that is vulnerable to disruption as they age due to changes and problems they face, one of which is ageism. Ageism is a negative view or stigma given to someone because of their age and the elderly are one of the groups that are very vulnerable to ageism. It is urgent to study how the elderly deal with ageism and how to be socially active can be an elderly effort in dealing with ageism. This study conducted from October 2022 to July 2023, employed a qualitative approach with data collection through: (1) interviews with nine elderly informants, (2) observation, and (3) documentation study. The study revealed that forms of ageism experienced by the informants were other-directed ageism and self-directed ageism.  Ageism has a negative impact on the informants, namely a negative impact on the physical and psychological of the elderly. Therefore, the informants try to deal with ageism by applying problem-focused coping strategies including using planful problem coping, confrontive coping, and seeking social support. They also applied coping strategies focused on emotions, using escape-avoidance, accepting responsibility, and positive reappraisal. The infomants’ intention to social participation includes wanting to find sustainable social interactions, trying to expand social networks, and being able to contribute to their surroundings, as this provides benefits for the elderly including being happier, healthier, and can improve cognitive function. This study concludes that the coping strategies used by elderly informants in dealing with ageism are closely related to their social participation, because in addition to the benefits that can help overcome the impact of ageism, it turns out that participation is known as one of the principles of anti-ageism or in other words, it can be an effort for the elderly to overcome ageism by encouraging elderly participation.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnita Afriyani Adam
Abstrak :
Persentasi populasi lansia Indonesia kian meningkat dari waktu ke waktu memunculkan tantangan serta dampak sosial-ekonomi. Oleh karena itu, dibutuhkan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan hak-hak lansia. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses kebijakan Kartu Lansia Jakarta keterkaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dasar lansia dan ageism. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Juni 2022 melalui wawancara mendalam dengan 9 (sembilan) informan. Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses kebijakan Kartu Lansia Jakarta didasarkan pada adanya peningkatan populasi penduduk lanjut usia di Provinsi DKI Jakarta dan melaksanakan amanat Peraturan Gubernur Nomor 100 Tahun 2019 tentang Pemberian Bantuan Sosial PKD terhadap Lanjut Usia. KLJ ini diformulasikan dengan melakukan koordinasi dengan pihak terkait, seperti Dinas Sosial, Bappeda, BPKD, DPRD serta Bupati/Walikota, Camat dan Lurah, dan Bank DKI. Sosialisasi KLJ dilakukan melalui media online, pendamping sosial, penyuluh sosial dan juga RT/RW. Implementasi kebijakan KLJ ini dinilai sudah tepat sasaran, dengan melakukan verifikasi dan musyawarah kelurahan untuk menentukan penerima KLJ. Tanggapan terhadap KLJ juga mendapat respon positif karena dapat memenuhi kebutuhan dasar lansia, seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan perlindungan dan kebutuhan sosial lansia. Namun, KLJ belum dapat memenuhi kebutuhan lansia atas penghargaan dan kebutuhan aktualisasi. Belum terpenuhinya kebutuhan tersebut ternyata berkaitan dengan adanya ageism pada proses kebijakan Kartu Lansia Jakarta. Adanya ageism berupa streotipe implisit terhadap kondisi lansia antara lain terungkap dari kenyataan tidak dilibatkannya lansia secara langsung dalam tahapan formulasi dan evaluasi kebijakan.  ......The percentage of Indonesia's elderly population is increasing from time to time, creating challenges and socio-economic impacts. Therefore, a policy that is in accordance with the needs and rights of the elderly is needed. This study aims to describe the Jakarta Lansia Card policy process in relation to meeting the basic needs of the elderly and ageism. This research is a descriptive research with qualitative method. Data collection was carried out during June 2022 through in-depth interviews with 9 (nine) informants. The selection of informants was done by purposive sampling. The results showed that the Jakarta Elderly Card policy process was based on an increase in the elderly population in DKI Jakarta Province and carried out the mandate of Governor Regulation Number 100 of 2019 concerning the Provision of PKD Social Assistance to the Elderly. This KLJ is formulated by coordinating with related parties, such as the Social Service, Bappeda, BPKD, DPRD as well as Regents/Mayors, Camat and Lurah, and Bank DKI. KLJ socialization is carried out through online media, social assistants, social instructors and also RT/RW. The implementation of this KLJ policy is considered to have been right on target, by conducting verification and village meetings to determine the recipient of the KLJ. The response to KLJ also received a positive response because it can meet the basic needs of the elderly, such as physiological needs, protection needs and social needs of the elderly. However, KLJ has not been able to meet the needs of the elderly for appreciation and actualization needs. The unfulfilled need is apparently related to the ageism in the Jakarta Elderly Card policy process. The existence of ageism in the form of implicit stereotypes on the condition of the elderly is revealed, among others, from the fact that the elderly are not directly involved in the formulation and evaluation stages of policies.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadiyan Garuda Langit Dewangga
Abstrak :
Perkembangan populasi kaum manula mengalami peningkatan jumlah yang signifikan. Menjadikan kaum manula tidak akan menjadi minoritas lagi dunia dalam 40 tahun ke depan, sehingga apa yang dikonsumsi oleh masyarakat yang nanti akan menjadi bagian dari mayoritas manula tersebut harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas penuaan pada masyarakat itu sendiri. Produk budaya populer sebagai seperti animasi, film dan musik perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga penyebaran pesan, ideologi bahkan membentuk konsep diri seperti ageism. Melalui penelitian ini, peneliti melihat bagaimana animasi bertema super hero asal Jepang dengan nama My Hero Academia dan Marvels Spider-Man yang berasal dari Amerika menggambarkan tokoh manula dalam serial tersebut berdasarkan nilai-nilai budaya mereka. Sehingga ditemukan bahwa penggambaran tokoh manula dalam serial animasi dari Jepang memiliki konotasi yang lebih positif dengan mayoritas karakter berada dalam kategori Golden Ager, sedangkan tokoh manula dalam serial animasi buatan Amerika juga memiliki konotasi positif dalam kategori perfect grandparent tapi juga memiliki banyak konotasi negatif dengan masuknya karakter-karakter manula tersebut dalam kategori Shrew/Curmudgeon,Despondent, Severely Impaired dan Recluse.
Nowadays, elderly proportion is growing significantly. With this pace the elderly community will not be classified as minority in the next 40 years, considering the consumption of the soon to be elder should be seen seriously to enhance aging quality of the society member themselves. Pop culture products such as: animation, films and music should not be seen as mere entertainment rather to be seen as a message containing several idea and ideology which constructing stereotype for the audience such as ageism. By this research, researcher will see how the elder depicted in pop culture animation product also comparing the result between My Hero Academia as Japan’s animation and Marvel’s Spider-Man as America’s animation. Resulting the depiction of elder in Japan’s animation has more positive connotation rather than the America’s animation, the elder character in Japan’s animation is classified majorly in Golden Ager category which is the ideal aging goal while elder characters in Americas animation was classified in negative ageism connotation category as Shrew/Curmudgeon,Despondent, Severely Impaired and Recluse.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51966
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library