Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Abstrak :
Bangunan-bangunan fisik yaitu bangunan sarana dan prasarana yang diperlukan sehari-hari oleh masyarakat pemakainya, karena itu perlu adanya kemudahan bagi para pemakainya antara lain berupa kedekatan. Agar sarana dan prasarana yang dibangun dapat efisien dan efektif, maka pembangunannya harus dapat dialokasikan di mana saja. Namun tidak mudah untuk merealisasikan hal tersebut, karena ada factor-faktor yang perlu diperhatikan, salah satu diantaranya adalah factor lingkungan.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34823
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhamad Ikhwan Buzar
Abstrak :
Untuk menunjang kesejahteraan hidup manusia maka diperlukan prasarana sipil untuk dapat memenuhi kebutuhan akan hal tersebut. Parasarana sipil ini sebagian besar terbuat dari beton bertulang. Tetapi akibat terbatasnya lahan, maka banyak bangunan sipil yang dibangun di atas tanah-tanah kosong yang dulunya merupakan sebuah rawa atau dengan cara menguruk rawa yang sudah ada. Rawa ini mempunyai kemungkinan besar merupakan rawa yang tercemar sebagai akibat pembangunan industri yang pesat dimana industri-industri ini menyumbangkan limbah yang mengandung zat korosif yang dapat menimbulkan proses korosi dan merusak struktur beton bertulang sehingga mengurangi usia dari struktur tersebut.
Korosi merupakan kerusakan suatu material sebagai akibat material tersebut bereaksi secara kimia dengan lingkungannya yang tidak mendukung. Lingkungan yang tidak mendukung ini dapat berupa kadar pH yang rendah banyaknya kandungan unsur klorida bebas, sulfat dan beberapa faktor lingkungan dan faktor diri beton itu sendiri apakah itu mutu tulangan yang digunakan ataupun mutu dan tebal selimut betonnya. Dalam menentukan suatu derajat kerusakan dari suatu proses korosi terhadap suatu material maka digunakan satuan mpy dan mm/year.
Tahap-tahap dalam melakukan penelitian ini dimulai dengan mencari rawa yang tercemar dengan menggunakan data dari BEPEDAL untuk mencari lokasi rawa tercemar dan dipilih rawa Pedongkelan, Jakarta Timur. Kemudian mengambil sampel air untuk dperiksa kualitas airnya. Baja tulangan yang diteliti adalah ST41 dan ST60 dan cara pengukuran laju korosinya digunakan 2 cara yaitu Elektrokimia dan cara Emmersion dengan air rendaman air rawa tercemar dan air bersih sebagai kontrol. Untuk tulangan berlapis beton hanya digunakan studi literatur.
Hasil yang didapat adalah berdasarkan uji EK, untuk air rawa nilai laju korosi tulangan ST 41 = 9.65 mpy, 0.245 mm/year dan tulangan ST 60 = 4.04 mpy, 0.102 mm/year, sedangkan untuk air bersih nilai laju korosi tulangan ST 41= 3.521 mpy, 0.079 mm/year nilai laju korosi tulangan ST 60= 1.2251 mpy, 0.0311 mm/year. Untuk metode EMMERSION baja tulangan ST41 pada air rawa CR = 5.624 mpy, pada air bersih CR = 7.278 mpy. Baja tulangan ST 60 pada air rawa CR = 4.218, pada air bersih CR = 7.03 mpy. Hal ini disebabkan pada uji Emmersion kurang mensimulasikan keadaan sebenarnya, oleh sebab itu disarankan untuk melakukan percobaan ini kembali secara in situ.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu tulangan mempengaruhi laju korosi, semakin tinggi mutunya semakin sulit ia terkorosi. Dan semakin baik mutu dan tebal selimut beton maka semakin terlindung baja tulangan dari proses korosi. Karena akan memberikan perlindungan pada baja tulangan berupa struktur pori-pori beton yang lebih rapat sehingga akan mempersulit bagi air rawa yang mengandung zat-zat korosif untuk masuk mencapai lapisan tulangan. Sedangkan ketebalan yang cukup akan memberikan hambatan berupa jarak yang harus dilalui oleh air rawa.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34792
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Abrarsyah Algamar
Abstrak :
Penelitian uji lentur dan uji tarik bambu apus, bambu hitam dan bambu petung pada perendaman air rawa dan larutan CuSO4 dengan variasi waktu peredaman. Uji lentur pada perendaman di air rawa menghasilkan kenaikan modulus young terhadap lama perendaman, semakin lama perendaman semakin besar modulus young perubahan modulus young sebesar 10 ? 25 GPa. Sebagai pembanding hasil uji tarik perendaman di larutan CuSO4 menghasilkan perubahan modulus young sangat kecil bisa dianggap tidak berubah sama sekali, besar nilai perubahan 0,1 ? 0,3 GPa. Pada uji tarik menghasilkan maximum load pada bambu tanpa perlakuan peredaman 1240kg, peredaman larutan CuSO4 selama 3 jam 950kg dan peredaman air rawa selama 1 bulan 15 hari 350kg. Semakin lama perendaman semakin kecil kuat tarik dari serat bambu. Perubahan sifat mekanik bambu tersebut di akibatkan adanya interaksi selulosa dengan metan pada air rawa sedangkan CuSO4 tidak terjadi interaksi tetapi hanya terdapat CuSO4 mengkristal diantara serat bambu.
......
Research on bending and tensile test of bamboo apus, black bamboo and bamboo petung soaked by swamp water and aqueous CuSO4 with variation of the attenuation time. The result of bending test on the bamboo soaked by swamp water produce greater young‟s modulus depend on how long the soaking time, the longer soaking time make greater young‟s modulus which is the change of young‟s modulus is 10 - 25 GPa. As a comparison, results test on bamboo soaked by solution of CuSO4 produce very small young's modulus can be deemed not changing at all, great value change 0.1 - 0.3 GPa. By the tensile test produce maximum load on bamboo without silencing treatment 1240kg, soaked by solution of CuSO4 for 3 hours produce 950kg and soaked by swamp water for 1 month 15 days produce 350kg. The longer soaking the less result elastic test from bamboo fiber. Mechanical properties changes of the bamboo in the presence of impact interactions cellulose with methane in the swamp water while CuSO4 interaction does not occur but only found in bamboo fiber between crystallized CuSO4.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56857
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nur Azis
Abstrak :
Di Kalimantan Tengah, pembangunan jaringan saluran secara besar-besaran dan sangat kompleks menyebabkan kerusakan dan degradasi yang intensif terhadap kondisi gambut dan rawa gambut yang ditandai dengan perubahan tutupan lahan, penurunan muka air tanah, kebakaran, beberapa bencana kekeringan, penurunan tanah, dan lain sebagainya. Salah satu langkah untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan mengatur kondisi hidrologi di area tersebut. Dujlow digunakan untuk mensimulasi tinggi muka air di saluran dan Modjlow digunakan untuk mencari distribusi dan karakteristik dari muka air tanah di lapangan. Berdasarkan simulasi dari 2 model tersebut, kondisi eksisting (musim kerinq], area studi mengalami kekeringan karena muka air tanah turun lebih dari 1 m dibawah permukaan tanah. Hasil yang diperoleh, usaha untuk merehabilitasi rawa gambut dengan mengatur muka air tanah mendekati elevasi permukaan tanah melalui 2 skenario (canal blocking and pemasangan bendung bertingkat) di musim kering tidak sepenuhnya menyelesaikan semua masalah di area itu. Meskipun hasilnya akan berbeda, jika itu disimulasikan di musim basah ketika pengaruh air hujan dimasukkan ke dalam perhitunqan, beberapa langkah lain seharusnya di diterapkan seperti pendekatan manajemen air lainnya dan program silvikultur. Dalam pendekatan silvikultur, beberapa teknik dan prosedur seharusnya dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tutupan lahan guna mendukung fungsi hidrologi secara alamiah. Penanaman kembali secara intensif semestinya dilakukan di lapangan melalui sistem jalur. jadi, dengan 2 pendekatan yang terintegrasi tersebut; tingkat kesuksesan dalam rehabilitasi rawa gambut akan dapat dioptimalkan.
Kementerian Pekerjaan Umum, 2015
627 JTHID 6:1 (2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library