Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Mastuti
"Pemanfaatan sumber panas bumi sebagai pembangkit listrik mungkin sudah tidak asing lagi. Sistem ini memanfaatkan energi panas bumi untuk digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Salah satu teknologi yang memiliki pengolahan panas bumi terdapat di Dieng, Jawa Tengah. Teknologi pengolahan panas bumi ini melibatkan fluida panas bumi. Fluida panas bumi ini mengandung berbagai spesi terlarut berupa silika, besi, aluminium, natrium, kalium, magnesium dan lainnya.
Kelarutan silika meningkat dengan naiknya temperatur. Temperatur yang relatif lebih rendah akan menyebabkan kelarutannya mengecil dan menyebabkan terjadinya pengendapan. Dengan seiring waktu endapan tadi dapat mengeras dan menimbulnya kerak silika. Kerak yang sudah terbentuk akan sulit untuk ditangani, baik dengan mekanisme fisik ataupun secara kimiawi. Oleh karena itu dicari cara mencegah terbentuknya kerak silika dengan menggunakan inhibitor ataupun polimer pendispersi.
Metode analisa yang digunakan adalah UV-Visibel Spektrofotometri, AAS, FT-IR, dan X-RD. Dalam penelitian ini dicoba untuk menyelidiki pengaruh penambahan asam akrilat dan kombinasi asam akrilat dengan asam borat dengan variasi pH. Dari data diperoleh penurunan jumlah benih kerak silika. Asam borat beraksi dengan silika membentuk silika borat yang larut dalam air, sedangkan asam akrilat yang manjadi polimer menghambat benih kerak silika dengan cara dispersi. Untuk melihat pembentukan polimer asam akrilat dianalisa dengan FT-IR.
Diteliti pula pengaruh penambahan logam aluminium dan besi pada variasi pH yaitu pH 3, 7 dan 9. Hasil yang diperoleh pada kondisi asam logam aluminium mampu menurunkan jumlah benih kerak silika yang terbentuk dan pada kondisi basa menambah jumlah benih kerak silika yang terbentuk. Sedangkan besi selalu menambah jumlah benih kerak silika atau menurunkan kelarutan. Untuk analisa kerak yang terbentuk pada pipa dianalisa dengan X-RD. Kata kunci : silika, silica scaling, polimer asam akrilat, silikoborat, alumino silikat, besi silikat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarmaji
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pengaruh jenis inisiator, jenis surfaktan dan waktu
feeding monomer dari kopolimer Butil akrilat-Asam metakrilat terhadap kinerja
pressure sensitive adhesives berbasis air. Proses polimerisasi dilakukan
menggunakan teknik seeding melalui polimerisasi radikal bebas pada temperatur
reaksi 85±1 oC dengan kecepatan pengadukan 200 rpm.Tipe inisiator divariasi
menggunakan APS dan KPS, surfaktan menggunakan LDBS dan SLS serta
waktu feeding dibuat 2, 3 dan 4 jam. Parameter polimer PSA seperti : total
padatan, viskositas, pH, tegangan permukaan, ukuran partikel, tack, shear dan
adhesion diuji. Variasi inisiator, surfaktan dan waktu feeding tidak
mempengaruhi total padatan, viskositas, pH dan tegangan permukaan polimer
PSA. Efek variasi inisiator, surfaktan dan waktu feeding monomer
mempengaruhi ukuran dan distribusi ukuran partikel dimana ukuran partikel
paling kecil diperoleh dari kombinasi antara inisiator KPS, surfaktan SLS dan
waktu feeding 3 jam. Sedangkan kinerja secara keseluruhan dari polimer PSA
didapat dari kombinasi antara inisiator APS, surfaktan LDBS dan waktu feeding
2 jam dengan parameter tack : 4 cm, shear : 18 menit dan adhesion : 6,56 N

ABSTRACT
A research has been conducted to investigate the effect of various initiator,
surfactant and feeding time of Buthyl acrylate-Methacrylic acid copolymer on the
performance of water based pressure sensitive adhesives. Polymerization was
done by seeding technique through free radical polymerization at the reaction
temperature 85±1 oC and the speed of agitation 200 rpm. Initiator was varied by
using Ammonium persulfate and Potassium persulfate, surfactant using LDBS
and SLS then feeding time was made in 2, 3 and 4 hours. The parameter of PSA
polymer i.e solid content, viscosity, pH, surface tension, particle size, tack, shear
and adhesion were tested. The variation of initiator, surfactant and feeding time
did not effected solid content, viscosity, pH and surface tension of PSA polymer.
Variation of initiator, surfactant and feeding time influenced particle size and
distribution particle size where the smallest particle size were achieved by
combination initiator Potassium persulfate, surfactant SLS and feeding time of
monomer 3 hours. Overall, the performance of PSA polymer was achieved by
combination initiator Ammonium persulfate, surfactant LDBS and feeding time of
monomer 2 hours with parameters tack: 4 cm, shear: 18 minutes and
adhesion: 6,56 N."
2012
T 30385
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Hartanto Angriawan
"ABSTRAK
Latar belakang: Perekat medis akrilat banyak digunakan dalam layanan kesehatan tetapi kerap menimbulkan Medical adhesive-related skin injury (MARSI). Pencegahan dapat dilakukan dengan menambahkan larutan NaCl 0,9%, vaselin album, atau alkohol saat pengangkatan.  Namun belum didukung oleh penelitian. Tujuan: Mengetahui efektivitas penambahan bahan topikal dalam prosedur pelepasan perekat akrilat dalam mengurangi angka kejadian MARSI dan parameter objektif terkait. Metode: Penelitian ini adalah uji klinis acak tersamar tunggal. Dilakukan penempelan perekat akrilat pada empat lokasi di kulit lengan atas dewasa normal. Pada hari ketiga dan keenam perekat diangkat dengan/tanpa menambahkan bahan topikal secara acak pada keempat lokasi dan dilakukan evaluasi angka kejadian MARSI, skor eritema klinis, nilai eritema mexameter, TEWL, dan skor VAS nyeri. Hasil: Terdapat 224 lokasi uji dari 56 sampel. Angka kejadian MARSI pasca pengangkatan pertama 49,5% dan kedua 59,3%, terendah pada alkohol 50%. Alkohol menunjukkan peningkatan rerata skor eritema terendah baik klinis (p=0,102) maupun mexameter (p=0,024).  Alkohol dan vaselin menghasilkan peningkatan nilai TEWL terendah (p=0,709). Alkohol dan NaCl 0,9% tidak bermakna meningkatan skor VAS nyeri (p=0,173 dan p=0,699). Kesimpulan: Penambahan bahan topikal dapat mengurangi angka kejadian MARSI, namun tidak bermakna secara statistik. Alkohol secara konsisten menunjukkan perubahan parameter terkait yang lebih baik.

ABSTRACT
Background: Acrylic-based tapes are widely used in medicine but frequently associated with medical adhesive-related skin injury (MARSI). Addition of normal saline, vaseline or alcohol in its removal may prevent this, but studies are lacking. Aim: To determine the effectiveness of topical substances in reducing MARSI and related parameters during the removal of acrylic-based adhesives. Methods: We conducted a single-blind randomized controlled trial on the skin of normal adults. Tapes were placed on four sites on the upper forearms which were removed on the third and sixth days with/without applying the substances. The incidence, erythema based on clinical scores and mexameter, TEWL, and pain VAS were measured. Results: We obtained 224 test locations from 56 subjects. The incidence was 49.5% on the third day, increasing to 59.3% on the sixth; it was lower in alcohol group (50%). Alcohol resulted in lower mean of clinical erythema (p=0.102) and mexameter scores (p=0.024).  Both alcohol and vaseline gave the lowest TEWL increase (p= 0.709). Alcohol and normal saline was insignificantly increasing pain score (p=0.173 and p=0.699). Conclusion: Application of substances reduced MARSI incidence, but not statistically significant. Alcohol consistently demonstrated more favorable outcome in MARSI-related parameters.

 

"
2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rindu Wahono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30691
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Amroni
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30698
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsuddin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Affan Hisyam Ardiansyah
"Dalam penelitian ini telah dilakukan sintesis homopolimer poli(etil akrilat) dengan metode Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP) untuk mengetahui pengaruh waktu dan suhu reaksi, serta konsentrasi ligan, katalis, inisiator, dan monomer terhadap %konversi, temperatur transisi gelas (Tg), dan distribusi berat molekul. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin tinggi waktu dan suhu reaksi, maka %konversi semakin tinggi. Komposisi variasi yang optimum terhadap %konversi adalah 100:1:0,5:1 (Monomer:Ligan:Katalis:Inisiator) dengan waktu reaksi 6 jam pada suhu 110˚C, mencapai 78%. Semakin tinggi konsentrasi ligan, maka indeks polidispersitas semakin kecil. Semakin tinggi konsentrasi katalis, maka indeks polidispersitas semakin besar. Terbentuknya poli(etil akrilat) ditunjukkan oleh hasil karakterisasi dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR) dengan hilangnya puncak C=C, Gel Permeation Chromatography (GPC) yang memiliki indeks polidispersitas optimum sebesar 2,50 (100:1:0,5:1) dengan berat rata-rata berat molekul (Mw) 7.085, dan Differential Scanning Calorimetry (DSC) dengan munculnya puncak temperatur transisi gelas (Tg) pada suhu -58,15˚C. Dengan demikian poli(etil akrilat) telah berhasil disintesis.
In this research, the synthesis of homopolymer poly(ethyl acrylate) by the method of Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP) has been done to study the effect of the time and temperature of reaction, and concentration of ligands, catalysts, inisiators, and monomers for %conversion, glass transition temperature (Tg), and molecular weight distribution. The result showed that the higher time and temperature of reaction were, the higher of the %conversion. The optimum composition variations of the %conversion is 100:1:0,5:1 (Monomer:Ligand:Catalyst:Initiator) with time of reaction 6 hour at 110˚C reaches 78%. The higher of the ligand concentration, then the smaller of the polydispersity index. The higher of the catalyst concentration, the greater of the polydispersity index. The formation of poly(ethyl acrylate) shown by the results of characterization by Fourier Transform Infra Red (FTIR) with the lost of the C=C peak, Gel Permeation Chromatography (GPC) which has optimum polydipersity index 2,50 (100:1:0,5:1) with weight average molecular weight (Mw) 7.085, and Differential Scanning Calorimetry (DSC) with the appearance of the peak glass transition temperature (Tg) at -58,15˚C. Therefore, poly(ethyl acrylate) has successfully been synthesized."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S58941
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikfa Nur Fadilla
"Modifikasi selulosa dengan asam akrilat menggunakan pengikat silang Trimethallyl Isocianurate (TMAIC) dengan teknik kopolimerisasi cangkok pra-iradiasi telah berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu material bersifat adsorben. Pengikat silang TMAIC digunakan untuk meningkatkan ketahanan kimia dan termal dari selulosa-g-AA. Kondisi optimum reaksi pencangkokan diperoleh pada dosis radiasi 60 kGy, konsentrasi TMAIC 0,5 % (w/v), konsentrasi monomer 10 % (v/v), suhu pencangkokan 90°C dan waktu pencangkokan 6 jam, dengan persen pencangkokan rata-rata sebesar 65,27 % dan pengembangan dalam air sebesar 922,26%. Hasil sintesis kopolimer selulosa-TMAIC-g-AA telah berhasil dikarakterisasi dengan FTIR, TGA dan SEM. Selulosa terikat silang dapat digunakan sebagai adsorben ion logam Pb2+, dengan kapasitas adsorpsi sebesar 2,5954 mg/g pada waktu kontak 2 jam dan pH 5 (konsentrasi awal Pb2+ 10 mg/L). Isoterm adsorpsi yang sesuai dengan adsorpsi Pb(II) dengan kopolimer adalah isoterm adsorpsi Langmuir dengan linearitas 0,9868.

Modification of cellulose with acrylic acid monomers using Trimethallyl Isocianurate ( TMAIC ) as crosslinker by mean of preirradiation graft copolymerization technique have been successfully carried out. This research aims to produce a material which has adsorbent properties. TMAIC as crosslinking agent can be used to improve the chemical and thermal resistance of cellulose-g-AA. The optimum condition for graft copolymerization is obtained at 60 kGy radiation dose, 0,5 % (w/v) TMAIC, 10 % (v/v) monomer, 90°C grafting temperature and 6 hours reaction time, with 65,27 % grafting average and 922,26 % swelling in water. Synthesized copolymers cellulose-TMAIC-g-AA was successfully characterized by FTIR, TGA and SEM. Crosslinked cellulose-TMAIC-g-AA can be used as Pb2+ metal adsorbent, having adsorption capacity of 2,5954 mg/g at 2 hours contact time and pH 5 (initial concentration of Pb2+ 10 mg/L). Adsorption isotherms in accordance with the adsorption of Pb ( II ) by copolymer is Langmuir adsorption isotherm with linearity 0.9868."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S61752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Monika Lumongga Putri
"Konversi gliserol menjadi asam akrilat dilakukan dengan metode one pot process. Pada studi ini, proses konversi gliserol menjadi asam akrilat melibatkan katalis bifungsional untuk mencapai reaksi konversi satu tahap secara simultan dan yield produk yang tinggi. Katalis yang digunakan dalam konversi ini adalah zeolit HY yang dimodifikasi Cu. Zeolit HY disintesis menggunakan prekursor sintetik dan prekursor alternatif dari sumber daya alam, yaitu zeolit alam Bayat dan kaolin. Struktur kristal dan sifat fisikokimia katalis ditentukan dengan barbagai teknik karakterisasi seperti XRD, FTIR, SEM-EDX, TEM, SAA, dan TPD-NH3. Berdasarkan analisa XRD menunjukkan zeolit HY dan CuHY baik prekursor sintetik maupun alternatif dikonfirmasi memiliki puncak khas zeolit Y. Gambaran mapping EDS menunjukkan distribusi Cu yang merata pada permukaan HY. Selain itu, analisa TEM juga menunjukkan ukuran distribusi pori yang merata. Hasil analisa produk konversi gliserol menunjukkan bahwa penggunaan katalis zeolit HY dengan modifikasi Cu pada zeolit HY menghasilkan persen yield asam akrilat yang lebih tinggi. Hasil aktivitas katalitik menunjukkan yield tertinggi produk asam akrilat sebesar 27,51% dan 25,8 % dengan persen konversi gliserol 80,13% dan 79,73% pada waktu dehidrasi selama 3 jam dengan menggunakan katalis CuHY sintetik dan bahan alam secara berurutan. Karakterisasi katalis dengan adanya asam lemah menunjukkan aktivitas katalitik terbaik pada reaksi konversi gliserol menjadi asam akrilat

The conversion of glycerol to acrylic acid is carried out by the one pot process method. In this study, the process of converting glycerol into acrylic acid involved a bifunctional catalyst to achieve a simultaneous one-stage conversion reaction and a high product yield. The catalyst used in this conversion is Cu modified HY zeolite. HY zeolite is synthesized using synthetic precursors and alternative precursors from natural resources i.e., natural zeolite and kaolin. The crystal structure and physicochemical properties of catalysts are determined by various characterization techniques such as XRD, FTIR, SEM-EDX, TEM, SAA, and TPD-NH3. Based on XRD analysis, it shows that HY and CuHY, both synthetic and alternative precursors, are confirmed to have typical peaks of zeolite Y. EDS mapping images show uniform distribution of Cu on the HY surface. In addition, the TEM analysis also showed uniform pore distribution size. The results of the glycerol conversion product analysis showed that the use of a HY catalyst with Cu modifications in HY resulted in a higher yield of acrylic acid. The results of catalytic activity showed the highest yield of acrylic acid products by 27.51% and 25.8% with glycerol conversion 80.13% and 79.73% at dehydration time for 3 hours using synthetic CuHY catalysts and natural materials respectively. The characterization of catalysts in the presence of weak acids shows the best catalytic activity at the reaction of the conversion of glycerol to acrylic acid.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kopolimerisasi cangkok asam akrilat (AA) pada serat polipropilen isotaktik (PP) dipelajari menggunakan sinar Y dari sumber CO dengan teknik pra-iradiasi dalam atmosfir nitrogen. PP yang telah dihidrasi direaksikan dengan larutan AA dalam air. Proses pecangkokan ditentukan sebagai fungsi dosis total konsentrasi monomer temperatur dan waktu reaksi. Serat PP-g-AA dikarakterisasi dengan FTIR, DSC, SEMEDAX dan kapasitas penukaran ionnya terhadap ion Cu. Meningkatnya kadar pencangkokan akan meningkatkan pula kestabilan termal dan ketebalan serat. Serat yang telah dicangkok menunjukkan kinetika penularan ion yang tinggi terhadap ion Cu. Serat PP-g-AA dengan kadar pencangkokan 316.7% menunjukkan kapasitas penukaran ion sebesar 6.73 mek/g dan ion Cu terikat dan terdistribusi secara merata pada permukaan serat.

Graft copolymerization of acrylic acid (AA) onto polypropylene (PP) has been studied by using gamma rays from Co source by preirradition technique in nitrogen atmosphere . The preirradiated PP was treated with aqueous solution of AA . The precentage of grafting was determined as a function of total dose., monomer concentration,temperature and reaction periode PP-g-AA fibre was characterized by FTIR,DSC,SSEM-EDAX and the exchane capacity towards Cu ions.It was observed that the increase of percentage of grafting is followed by the increase of thermal stability and fibre thickness.High exchange kinetics towards Cu ions was shown.PP-g-AA fibre with degree of grafting of 316.7% showed exchange capacity of 6.73 meq/g and the binding copper ions were distributed homogenously in the fibre surface."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1997
SAIN-II-2-Mei1997-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>