Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Batubara, Rudi
Abstrak :
ABSTRAK
Krisis moneter yang melanda Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 antara lain disebabkan lemahnya fundamental mikro ekonomi yang tercermin pada kerapuhan (fragility) yang terdapat dalam sektor keuangan, khususnya pada sektor perbankan. Sebagian dari kerapuhan tersebut terkait dengan kondisi makro ekonomi yang kurang stabil terutama berupa gejolak nilai tukar rupiah dan tingginya suku bunga. Ketidakstabilan makro ekonomi dan respons kebijakan yang diambil pemerintah menyebabkan bank sangat sulit untuk menilai secara akurat resiko kredit dan resiko pasar. Sebagian besar lainnya terkait dengan kondisi perbankan nasional yang memiliki kelemahan dan rentan terhadap gejolak ekonomi.

Krisis moneter yang menyebabkan menurunnya kapasitas usaha dan finansial para debitur bank, sehingga para debitur tersebut tidak sanggup membayar kewajibannya. Hal tersebut semakin memperbesar potensi timbulnya kredit bermasalah (Non Performing Loan) dan menurunnya pendapatan bunga yang akan diterima oleh bank yang akhirnya akan bermuara pada menurunnya kualitas aktiva produktif(kredit)

Guna meningkatkan kualitas kredit serta dalam rangka mempertahankan pangsa pasar kredit terutama debitur yang masih mempunyai prospek usaha yang baik maka bank - bank melakukan restrukturisasi terhadap Non Performing Loan (NPL).

Secara umum NPL diartikan sebagai suatu kredit dimana sistem pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban minimum yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk memperoleh pelunasan atau bahkan tidak dapat ditagih. Apabila dikaitkan dengan kollektibiliti kredit, maka NPL adalah kredit dengan kualitas kurang Iancar, diragukan dan macet.

Upaya penyelamatan NPL dilakukan bilamana bank melihat ada kemungkinan untuk memperbaiki kondisi usaha dan keuangan debitur. Upaya penyelamatan tersebut ditetapkan dalam suatu rencana dan strategi terpadu yang pelaksanaannya dilakukan oleh suati organisasi khusus yang terpisah dengan organisasi yang memberikan kredit.

Dalam. upaya penyelamatan kredit ada beberapa alternatif yang lazim dipraktikkan di Iingkungan perbankan yaitu melalui pendekatan 3R (Rescheduiing Reconditioning dan Restructuring). Di tengah krisis perbankan pada saat ini, bank melakukan restrukturisasi kredit untuk debitur yang memiliki prospek usaha tetapi diperkirakan akan mengalami kesulitan dalarn pembayaran pokok dan bunga kredit. Usaha restrukturisasi kredit tersebut merupakan kombinasi 3R ditambah dengan fasilitas pengurangan tunggakan pokok dan tunggakan bunga kredit.

Pada umumnya bank akan melakukan hapus buku terhadap NPL apabila jumlah NPL yang dimiliki sudah sangat besar dan mengganggu kelangsungan usahanya. Salah satu pertimbangan untuk melakukan hapus buku terhadap NPL adalah karena kredit tersebut sudah dinyatakan macet dan tidak ada harapan lagi untuk menagihnya secara normal.

Berdasarkan diagnosis penyebab NPL di Bank X, terdapat 3 (tiga) faktor penyebabnya, yaitu dari luar pihak bank dan debitur; dan pihak debitur dan dari pihak bank. Faktor dari luar pihak bank dan debitur adalah faktor-faktor di luar kendali bank dan debitur antara lain situasi perekonomian dan politik negara. Faktor dan debitur antara lain adanya debitur yang mempunyai itikad tidak baik, debitur yang nakal dan kekurang pahaman debitur dalam menjalankan usaha dan rnenggunakan fasilitas kreditnya. Faktor dari intern bank antara lain adanya petugas bank yang mempunyai itikad kurang baik, kekurangpahaman petugas bank dalam menganalisa kredit debitur dan administrasi serta sistem informasi kredit yang lemah.

Untuk dapat mengelola NPL secara efektif diperlukan dukungan sistem kiasifikasi NPL berdasafkan inti permasalahannya secara konsisten, konsekuen dan transparan sehingga dapat menunjang penyusunan action plan yang tepat dan akurat secara kasus per kasus untuk setiap debitur NPL.

Dalam rangka meningkatkan fungsi pengelolaan NPL dan menunjang program pengelolaan kredit serta untuk memenuhi ketentuan BI mengenai pelaksanaan restrukturisasi kredit, maka Bank X membentuk satuan kerja khusus yang dalam penulisan ini disebut Tim Khusus NPL (TKN).

Tolak ukur untuk melihat keberhasilan program restrukturisasi NPL Bank X adalah berdasarkan kualitas kredit setelah dilakukan restrukturisasì. Berdasarkan laporan kollektibiliti kredit Bank X diketahui bahwa penurunan NPL mayoritas disebabkan adanya hapus buku kredìt macet yang dilaksanakan pada bulan Juni 1999, yaitu pada awal pelaksanaan program restrukturisasi NPL. Penurunan NPL sebagai hasil kinerja program restrukturisasi baru terjadi pada bulan Mei 2000. Bank tidak dapat melakukan hapus buku terhadap keseiuruhan kredit macet yang dimiliki karena ada beberapa kendala antara lain keterbatasan jumLah PPAP dan kesulitan menghapusbukukan kredit macet debitur terkait karena bernuansa politis. Walaupun telah dilakukan hapus buku, namun hapus buku tersebut masih meningggalkan sisa pekerjaan yang cukup berat bagi Perusahaan karena jumlah NPL yang tersisa masih cukup besar.
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poerwanto Kasmjadi
Abstrak :
ABSTRAK
Standar penilaian tingkat kesehatan (TKS) bank berdasarkan 5 faktor CAMEL merupakan model yang diterapkan untuk menilai kinerja operasional bank, utamanya old' Bank Indonesia, otoritas moneter, yang mengawasi kegiatan usaha perbankan. Bagi perkembangan masing-masing bank secara individu, model tersebut dapat diterapkan dengan tujuan early warning system untuk mendeteksi terjadinya perkembangan yang tidak diinginkan. Untuk tujuan efisiensi, masingmasing bank dapat menentukan strategi penerapan penilaian TKS, yaitu dengan menilai seluruh faktor dengan seluruh rasio komponen dengan seluruh unsur dengan seluruh data rincinya, atau memilih salah 1 yang paling dominan, menentukan nilai TKS secara keseluruhan. Unsur sangat dominan inilah yang dievaluasi secara intensif dalam periode yang lebih pendek daripada evaluasi atas unsur-unsur lain ataupun TKS secara keseluruhan. Dalam menilai unsur yang sangat dominan tersebut, masing-masing bank dapat mencobanya dengan melakukan analisis diskrimirian dan analisis jalur intervening, ataupun analisisanalisis lain yang sejenis.
ABSTRACT
A standard for evaluating the bank's health level (TICS), which based on 5 CAMEL's factors is a model implemented to assess operational performance of a bank, especially by Bank Indonesia, the monetary authority that supervise banking business activities. For the development of each bank as an entity, this model can also be implemented as an early warning system to identify certain unfavorable movements. For an efficiency purpose, each bank may define as appropriate strategy for implementing the evaluation of TKS by evaluating the entire factors along with the entire component ratios, the entire element and overall data details, or by choosing 1 (one) that the most dominant element to determine the overall score of TICS. This most dominant element will be intensively evaluated in a shorter period than the evaluation for other element or the overall evaluation of the TICS. In evaluating the most dominant element, each bank may use discriminate analysis model and intervening path coefficient analysis model, or other similar analysis method.
2007
T 20723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Kusumaranny
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah bank syariah di Indonesia melakukan aktivitas manajemen laba dengan perataan laba melalui praktik manipulasi jumlah cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) diskresioner beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada bank syariah di Indonesia. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas (earning before taxes and provisions), perataan laba (dummy variable), jumlah pembiayaan syariah yang diberikan (total financing), risiko kredit (non performing financing), Capital Adequacy Rasio (CAR), and ukuran bank (Logaritma dari total aset/SIZE). Sampel penelitian adalah bank-bank syariah baik yang merupakan Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di Bank Indonesia dari from Juni 2010 sampai September 2012. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh sepuluh unit bank yang menjadi sampel. Koefisien eckel digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi praktik perataan laba. Selanjutnya dilakukan statistik diskriptif, dan analisis regresi untuk menguji masing-masing hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank syariah melakukan manajemen laba dengan praktik perataan laba. Selanjutnya kelima variabel independen secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perbankan syariah menggunakan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) diskresioner dalam praktik perataan laba.
The objectives of this study are to examine whether islamic banks in Indonesia do earning management with income smoothing through manipulating the amount of loan loss provisions along with influenced factors. Dependent variable used in this study is the loan loss provisions (LLP). Independent variables used in this study are profitability (the amount of earning before taxes and provisions/EBTP), income smoothing (dummy) (total of islamic credit/financing (TF), and credit risk (non performing financing/NPF) ratio, Capital Adequacy Rasio (CAR), and size of bank (Logarithm of total asset/SIZE). Object studied in this research is islamic banks which is the Sharia Commercial Banks registered in the Central bank of Republic Indonesia from June 2010 until September 2012. The Sample was selected using purposive sampling method and obtained ten banks being sampled. Eckel's koefficient was used as a tool to identify income smoothing practice. Subsequently performed descriptive statistics and regression analysis to test each hypothesis. The result showed that islamic banks do earning management with income smoothing practice. Furthermore, five independent variables significantly affected the dependent variables. These can be concluded that Islamic bank use discretionary loan loss provisions (LLP) to smooth their income.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Claudia
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh hipotesis income smoothing dengan menggunakan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP . Dengan menggunakan sampel 35 bank konvensional di negara-negara ASEAN 5 selama periode 2001-2015, penelitian ini tidak menemukan bukti kuat terhadap perilaku income smoothing dengan PPAP. Selain itu, praktik income smoothing dengan PPAP oleh bank cenderung tidak terpengaruh oleh peraturan minimum bank, periode resesi dan profitabilitas bank. Ketiadaan pengaruh tersebut dapat dikarenakan penetapan standar PPAP yang lebih konservatif, dimana ASEAN telah mengadopsi ketentuan PPAP yang lebih ketat dan manajemen risiko yang lebih kuat, sehingga hal ini tidak memberikan celah bagi manajer untuk melakukan praktik income smoothing dengan PPAP.
This study aims to examine the effect of income smoothing hypothesis using loan loss provisions. Using a sample of 35 conventional banks in ASEAN 5 countries during the period 2001 2015, this study found no strong evidence of income smoothing behavior using loan loan provisions. In addition, the practice of income smoothing with loan loss provosions by banks is less likely to be affected by minimum bank regulation, recession period and bank profitability. The absence of these effects could be due to the establiment of more conservative loan loss provision standards, which ASEAN has adopted stricter provisioning requirements and stronger risk management, so this does not provide a gap for managers to do income smoothing using loan loss provisions.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S67788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandy Mulyadi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh implementasi kebijakan Basel II terhadap valuasi pasar industri perbankan di ASEAN-5 pada periode 2000-2015, melalui perubahan pencadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP diskresioner dan praktik perataan laba. Penelitian ini tidak menemukan adanya pengaruh implementasi kebijakan Basel II terhadap PPAP diskresioner dan perataan laba. Ketiadaan pengaruh tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya sampel bank yang menggunakan pendekatan IRB. Temuan dari penelitian ini adalah implementasi kebijakan Basel II yang mengurangi motif oportunis dalam PPAP diskresioner memberikan valuasi pasar yang lebih tinggi.
This study aims to analyze the effects of Basel II implementation on market valuation of ASEAN 5 banking industry during 2000 ndash 2015, through changes in discretionary loan loss provisioning practices and income smoothing practices. This study does not find the effect of Basel II implementation on discretionary loan loss provision and income smoothing. The absence of these effects might be caused by a lack of sample using IRB approach. The findings of this study is that Basel II implementation, which reduce opportunistic motives in discretionary loan loss provision, generate higher market valuation.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library