Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prayogo
Abstrak :
ABSTRACT
Surabaya adalah salah satu wilayah Jawa Timur dengan tingkat konsumsi ikan cukup tinggi. Dalam kegiatan usaha produksi ikan konsumsi di Surabaya, salah satu spesies ikan yang memungkinkan untuk dikembangkan melalui kegiatan budidaya adalah ikan lele. Sebab ikan lele mcmiliki keunggulan dari ikan-ikan lain karena termasuk ikan yang memiliki daya tahan kuat dan dapat dipelihara dengan pada tebar tinggi. Kegiatan budidaya lele dumbo akan semakin marak apabila dikembangkan di wilayah pesisir Kota Surabaya mengingat banyaknya potensi bahan pakan murah berupa limbah ikan tanggkapan yang kurang dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir. Hanya saja saat ini lahan dan sumber air masyarakat pesisir Kota Surabaya umumnya terbatas, sehingga perlu diperkenalkan suatu model budidaya ikan lele dumbo dengan pemanfaatan lahan dan sumber air yang terbatas. Mengatasi masalah tersebut, diperlukan sistem teknologi budidaya ikan yang tepat untuk diterapkan pada kegiatan usaha budidaya ikan lele dumbo di Kota Surabaya dan teknologi tersebut adalah budidaya ikan lele dumbo dengan intensif sistem akuaponik.
Surabaya: Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) Universitas Airlangga, 2017
360 JLM 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Dinegoro
Abstrak :
Prediksi peningkatan populasi di tahun 2050 sejalan dengan tingginya permintaan pangan dari produksi saat ini. Solusi peningkatan produksi pangan adalah pertanian berkelanjutan seperti akuaponik dan hidroponik dengan kualitas produksi dan hasil pertanian yang tinggi. Akan tetapi, akuaponik dan hidroponik masih perlu dibandingkan dengan pendekatan lingkungan. Life cycle assessment (LCA) adalah pendekatan yang digunakan untuk menghitung dampak lingkungan akuaponik dan hidroponik. Tujuan dan lingkup LCA diukur dari cradle-to-gate dengan unit fungsional 1 Kg produk akuaponik dan hidroponik. Penelitian dilakukan selama satu bulan saat budidaya, dengan kategori dampak lingkungan yang diukur adalah midpoint impact (CML IA Baseline) dan endpoint impact (Eco Indicator 99 (H-A)) menggunakan software openLCA. Kontribusi dampak untuk AD (Akuaponik: 59%; Hidroponik: 41%), AC (Akuaponik: 66%; Hidroponik: 34%), EU (Akuaponik: 67%; Hidroponik: 33%), dan GWP 100a (Akuaponik: 68%; Hidroponik: 32%). Hidroponik menghasilkan dampak lingkungan lebih rendah dibandingkan akuaponik, endpoint impact menunjukkan 36% lebih rendah. Pakan ikan komersial dan listrik menjadi titik hotspot dari perbandingan dampak lingkungan akuaponik dan hidroponik. Produksi pakan ikan komersial berkontribusi dominan (abiotic depletion (fossil fuel ) = 88%; acidification = 91%; eutrophication = 96%; 100-year global warming potential = 93%) dibandingkan pupuk AB mix. Namun, apabila pakan ikan dan pupuk AB mix diabaikan, akuaponik (49%) lebih baik dibandingkan hidroponik (51%). Variasi analisis sensitivitas produksi listrik Singapura 71% lebih rendah dibandingkan produksi listrik Indonesia, sehingga mengurangi kategori dampak dari hotspot yang dihasilkan 1 kg produk akuaponik dan hidroponik. ......The predicted increase in population in 2050 is in line with the high demand for food from current production. The solution to increasing food production is sustainable agriculture such as Aquaponics (AP) and hydroponics (HP) with high production quality and agricultural yields. However, aquaponics and hydroponics still need to be compared with environmental approaches. Life cycle assessment (LCA) is used to calculate the environmental impact of AP and HP. The purpose and scope of LCA are measured from cradle to gate with a functional unit of 1 Kg of aquaponic and hydroponic products. The study was conducted for one month during cultivation, with the environmental impact categories measured were midpoint impact (CML IA Baseline) and endpoint impact (Eco Indicator 99 (H-A)) using openLCA software. Impact contribution for AD (Aquaponics: 59%; Hydroponics: 41%), AC (Aquaponics: 66%; Hydroponics: 34%), EU (Aquaponics: 67%; Hydroponics: 33%), and GWP 100a (Aquaponics: 68%; Hydroponics: 32%). Hydroponics produces a lower environmental impact than aquaponics; endpoint impact shows 36% lower. Commercial fish feeds and electricity are hotspots for comparing the environmental impact of AP and HP. Commercial fish feed production contributed dominantly (abiotic depletion (fossil fuel) = 88%; acidification = 91%; eutrophication = 96%; 100-year global warming potential = 93%) compared to AB mix fertilizer. However, if fish feed and AB mix fertilizer are neglected, aquaponics (49%) is better than hydroponics (51%). The variation in the sensitivity analysis of Singapore's electricity production is 71% lower than Indonesia's, thereby reducing the impact category of hotspots produced by 1 kg of aquaponic and hydroponic products.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Hermawan
Abstrak :
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juli 2015 di Rumah Akuakultur Laboratorium Biologi Kelautan, FMIPA UI dan bertujuan : (1) Mengetahui pengaruh perbedaan persentase Sargassum sp. pada komposisi pakan buatan terhadap pertambahan biomassa, panjang dan kelangsungan hidup ikan bandeng (Chanos chanos) dalam akuaponik air laut. (2) Mengetahui pertambahan biomassa Gracilaria sp. dalam akuaponik air laut. Ikan bandeng yang diteliti berukuran 3,57-4,13 cm dengan kepadatan 20 ekor/bak dan Gracilaria sp. yang ditanam memiliki biomassa 30 gram/bak. Penelitian ini berlangsung 60 hari dengan 3 perlakuan berbeda, yaitu : perlakuan pakan komposisi (0% Sargassum sp., 6% Sargassum sp. dan 12% Sargassum sp.). Setiap perlakuan dilakukan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh perbedaan persentase Sargassum sp. dalam pakan buatan. Komposisi 12% Sargassum sp. yang paling berpengaruh nyata terhadap pertambahan biomassa dan panjang ikan bandeng, sedangkan untuk kelangsungan hidup ikan bandeng tidak berpengaruh. Pertambahan biomassa Gracilaria sp. paling berpengaruh terjadi di bak kultur yang perairannya bersumber dari sisa konsentrasi pakan komposisi 12% Sargassum sp. dalam sistem akuaponik air laut. ......This research was conducted in April to July, 2015 in Aquaculture House of Marine Biology Laboratory of FMIPA, UI. The aims of this research are : (1) Discover the impact of different Sargassum sp. percentage in artificial feed composition to biomass growth, length, and survival of milkfish. (2) Discover biomass growth of Gracilaria sp. in Marine Aquaponic. The objects of this research are 3,57-4,13 cm of milkfish (Chanos chanos) which are placed in a pond (each pond consists of 20 milkfish) and Gracilaria sp. whose biomass is 30 gram/in each pond. This research was conducted in 60 days, by giving 3 different feed compositions to the fish 3 times (0% Sargassum sp., 6% Sargassum sp. and 12% Sargassum sp.). This research found the impact of different Sargassum sp. percentage in artificial feed. 12% composition of Sargassum sp. shows the best impact to the growth of biomass and milkfish length. However, it does not show any impact to the survival of milkfish. The Gracilaria sp. biomass growth is most visible in culture pond. The water of the pond sourced from the concentrate of 12% feed composition of Sargassum sp. in marine aquaponic system.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library