Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wafdane Dyah Prima Jati
"Tesis ini berusaha untuk membahas fenomena penggunaan akun alter di media sosial Twitter dalam aktivitas berbagi konten seksual oleh kalangan dewasa awal. Terdapat dua hal yang menjadi fokus utama penelitian ini, yaitu motif individu dalam menggunakan akun alter untuk berbagi konten serta kaitan antara interaksi dan komunikasi dengan orang-orang sekitar terhadap keputusan berbagi konten. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan paradigma konstruktivisme dan pendekatan fenomenologi yang hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif. Konsep atau teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Psikoanalisis. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data dengan wawancara dan observasi, sedangkan subjek penelitian berjumlah empat orang pengguna akun alter perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan dalam menggunakan akun alter dan berbagi konten dipengaruhi oleh struktur kepribadian manusia yang terdiri dari id, ego, dan superego. Faktor id yang mendorong keputusan tersebut adalah hasrat agresivitas, ingin mendapatkan perhatian, hasrat seksual (libido), serta materi, yang dapat muncul tidak hanya dari dalam diri namun juga sebagai hasil interaksi dengan orang-orang di sekitar individu. Sedangkan superego individu berasal dari nilai dan norma masyarakat, aturan agama, serta kebiasaan yang telah dianut sejak kecil. Dinamika id dan superego memunculkan dua tipologi pengguna media dalam berbagi konten, yakni inhibition bagi individu dengan kepribadian introvert dan compulsion bagi extrovert.

This thesis attempted to discuss the use of alter accounts on Twitter as a medium for content sharing by young adults. There were two focuses of this research, namely the individual’s motives for using alter accounts and for sharing sexual content as well as the relationship between interaction and communication with the decision to share. This research was qualitative research with constructivism paradigm and phenomenological approach whose results would be presented descriptively. The theory that was used in this research is psychoanalytic theory. The data was collected by interviews and observations, while the research subjects consisted of four females alter account users. The results showed that the decision for using alter accounts and sharing sexual content were influenced by the structure of the human personality which consists of the id, ego, and superego. The id factors that drive these decisions were the desire for aggressiveness, wanting to get attention, sexual desire (libido), and money, which can arise not only from individual’s natural urge but also because of interactions with others. While the individual’s superego came from the values and norms of society, religious rules, and habits that have been adhered to since childhood. The dynamics of the id and superego showed that there are two typologies of media users in the context of content sharing, namely inhibition that could be seen on the introverted person and compulsion on the extroverted ones."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahra Affifa
"Studi ini bertujuan untuk memahami pengalaman individu perempuan dalam melancarkan taktik pada penggunaan akun alter di media sosial Twitter untuk mengekspresikan seksualitasnya. Akun alter sendiri mengacu kepada profil yang merepresentasikan identitas sekunder dengan penggunaan pseudonim. Penelitian ini melihat bagaimana struktur masyarakat patriarki yang represif membentuk kesadaran perempuan dalam memaknai diri dan lingkungan sekitar, serta bagaimana mereka menegosiasikan struktur tersebut dengan memanfaatkan ruang digital yang mengizinkan mereka untuk melancarkan agensi seksualnya. Adapun penelitian kualitatif ini menggunakan paradigma konstruktivisme kritis dengan strategi fenomenologi dan menghadirkan subjek perempuan pengguna akun alter dengan rentang umur 19-23 tahun. Peneliti menemukan bagaimana dunia alter yang menekankan pada aspek anonimitas dapat melepaskan individu dari kontrol institusi sosial yang represif dan memberi tempat yang aman bagi mereka untuk mengekspresikan seksualitasnya. Di sisi lain, individu masih rentan terhadap berbagai ancaman dan berpotensi masih terperangkap dalam wacana misoginis dominan. Namun terlepas dari posisinya yang masih rentan, proses negosiasi antara struktur dan agensi individu dapat dilihat dari sikap kewaspadaan, autentisitas pada konten perempuan, hingga pergerakan aktif mereka dalam melawan usikan laki-laki. Proses negosiasi tersebut melancarkan serangkaian taktik yang tidak bertujuan untuk menjatuhkan struktur, melainkan membangun posisi tersendiri dengan mengidentfikasi celah dan memanfaatkan ruang digital di dalam sistem yang represif.

This study aims to understand the experience of individual women in using alter accounts on Twitter as their tactics in expressing their sexuality. The alter account itself refer to a user-built Twitter profile that represents secondary identity by using pseudonym. This research looks at how the repressive structure of patriarchal society shapes women's awareness in interpreting themselves and the environment, and how they negotiate the structure by utilizing digital space that allows them to launch their sexual agency. The qualitative research uses a critical constructivist paradigm with a phenomenological strategy on female subjects using alter accounts with an age range of 19-23 years. Researchers discovered how the alter world that emphasizes aspects of anonymity can be seen as a gap for them to evade social repressions they get in the offline world and provide a safe place for them to express their sexuality. On the other hand, individuals are still vulnerable to various threats and potentially still trapped in the dominant misogynist discourse. However, despite their vulnerable position, the process of negotiation between the structure and individual agency can be seen from the attitude of vigilance, authenticity in the content of women, to their active movement in fighting against men. The negotiation process launched a series of tactics that did not aim to overthrow the structure, but instead established a separate position by identifying gaps and taking advantage of the digital space inside repressive systems."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinand Andre Tatontos
"Fenomena menggunakan akun kedua merupakan upaya untuk memampukan individu mengungkapkan informasi pribadi yang lebih tersembunyi. Konteks ekologi media di Indonesia, terutama pada faktor budaya, membuat beberapa topik sensitif tidak bisa dibahas di media sosial. Sehingga, Akun alter menjadi salah satu bentuk akun kedua yang digunakan untuk berinteraksi dengan kelompok sosial tertentu. Dalam konteks komunitas furry, individu menciptakai identitas alternatif yang dikenal dengan istilah fursona. Identitas tersebut menjadi artefak pada akun media sosial yang ditujukan untuk berinteraksi pada anggota furry lainnya. Penelitian ini mencaritahu bagaimana proses pengungkapan diri pada subkultur furry yang menggunakan akun fursona di media sosial. Penelitian ini berfokus pada 5 tujuan pengungkapan diri: ekspresi diri, klarifikasi diri, validasi sosial, kontrol sosial, dan membangun relasi. Penulis mencari tahu motivasi atau tujuan self-disclosure menggunakan akun fursona. Setelah dikaitkan dengan tujuan pengungkapan diri, penulis menemukan bahwa tiap individu memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam membuat akun fursona. Tiap individu mencapai motivasi pengungkapan diri yang utama saat membuat akun fursona, serta mencapai tujuan pengungkapan diri lain seiring dengan penggunaan akun tersebut. Penulis menemukan beberapa fenomena lain. Pertama, fursona diciptakan sebagai cerminan diri penciptanya. Kedua, akun fursona memiliki manfaat sebagai ruang aman untuk berbagi konten yang sensitif. Ketiga, pemilik akun fursona mencapai kesehatan mental yang positif karena berinteraksi dengan komunitas yang menerima beragam topik, termasuk yang tabu.

The phenomenon of using a second account is an attempt to enable individuals to reveal more hidden personal information. The media ecology context of Indonesia, especially cultural factors, means that several sensitive topics cannot be discussed on social media. Thus, an alter account becomes a form of second account used to interact with certain social groups. In the context of the furry community, individuals create alternative identities known as fursona. This identity becomes an artifact on a social media account intended to interact with other furry members. This research seeks to understand the process of self-disclosure in the furry subculture who use fursona accounts on social media. This research focuses on 5 goals of self-disclosure: self-expression, self-clarification, social validation, social control, and building relationships. The author seeks to find out the motivation or purpose of self-disclosure using the fursona account. After linking it to the purpose of self-disclosure, the author found that each individual had different motivations in creating a fursona account. Each individual achieves their primary self-disclosure motivation when creating a fursona account, as well as achieving other self-disclosure goals as they use the account. The author discovered several other phenomena. First, the fursona was created as a reflection of its creator. Second, fursona accounts have the benefit of being a safe space for sharing sensitive content. Third, fursona account owners achieve positive mental health by interacting with a community that accepts a variety of topics, including taboo ones."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library