Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Mohamed Sayed
Abstrak :
The Muslim Brotherhood plays a prominent role in the politics of many Muslim countries as one of the largest Islamist groups. As a politico-social movement, the Muslim Brotherhood has gone through many tactical and ideological shifts over the past 90 years since its founding in 1928. Studying these shifts and the reasoning behind them can help us to understand the behaviour of certain groups. This paper studies one of the major shifts in the discourse of the movement, from the advocacy for restoring the Caliphate to the call for a modern civic state, despite the idea of the Caliphate having been one of the core motives behind the founding of the Brotherhood. This paper traces the change in Muslim Brotherhood discourse of the Caliphate through a thick analysis of the writings and statements of the prominent leaders of the group, starting with Brotherhood’s founder, al-Banna, and progressing to the leaders of the 2011 Egyptian Revolution. This paper examines this shift’s degree of significance and its underlying rationale. Instead of addressing changes collectively, each change is considered individually to gain further insight into the incentives driving the major shift under study, namely the overhaul of the political discourse of the Egyptian Muslim Brotherhood in so far as shifting from adopting the caliphate to the modern civic state. This shift in the Caliphate discourse is approached singularly, opening room for exclusive explanations that are unique to the altered concept. While a wholesale approach that treats changes as a collective succeeds in explaining the changes within some social and political movements, it ignores substantial factors and elements that are advantageous for profound understanding of the case in question. The shift in the Caliphate discourse, though it was not significant in practice, is useful in suggesting an alternative method for the justification of tactical and ideological shifts of the Muslim Brotherhood.
Jakarta: UIII Press, 2022
297 MUS 1:2 (2022)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Aselih Asmawi
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini mengkaji corak pendidikan dan politik Hasan Al-Banna dalam Kitab Majmu rsquo;urrasail. Penelitian ini menggunakan teori teks, konteks dan relasi dari Kuntowijoyo dengan menggunakan metode kualitatif dan studi pustakan. Sikap pemikirannya yang berkenaan dengan pendidikan, Hasan Al-Banna mengatakan bahwa pendidikan adalah lembaga kaderisasi ummat dalam rangka mengupayakan ustadziyyatul lsquo;aalam. Pendidikan umum dan agama tidak boleh ada dikotomis. Dalam rangka mengantisipasi persoalan tersebut, Al-Banna melontarkan gagasan berupa pendiri sekolah khusus al-Ikhwan al-Muslimun. Pandangannya terkait pendidikan sejalan dengan pandangan kaum Salafi. Adapun sikap pemikiran Hasan Al-Banna terhadap pemerintahan, berkaitan erat dengan pemahaman akan esensi Islam dan aqidahnya. Islam mencakup segala aspek di mana satu dengan lainnya saling terkait dan terintegral. Corak pemikiran Hasan Al-Banna dalam konsep politiknya berlintasan dengan konsep pemikiran Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.
ABSTRACT
This thesis reviewing Hasan Al Banna rsquo s educational and political thought in his book Majmu rsquo aturrasaail. This research adopting Kuntowijoyo lsquo s theory on texts, context and its relations using qualitative methods and literature studies as well. According to Al Banna, education is an institutional regenerations for ummah in order to sought ustadziyyatul lsquo aalam. It should be no dichotomy between general education and religious education. In order to anticipate this problem, Al Banna floated the idea to establish a special school, Al Ikhwan Al Muslimun. His view on education in line with Salafi lsquo s. Meanwhile, Al Banna lsquo s thoughts on government, closely related with Islamic comprehension and its aqidah. Islam encompass all aspects in life closely related one another integrated . Hasan Al Banna lsquo s concepts of political thoughts correspond with both Jamaluddin Al Afghani and Muhammad Abduh views.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Sitha Kantiany
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Pandangan Hasan Al-Banna tentang pendidikan Islam karya Sitha Kantiany membicarakan pemikiran Hasan Al-Banna dalam pendidikan Islam dengan tujuan memberi gambaran serta penjelasan tentang konsep dan sistem pendidikan Islam yang diajukan oleh Hasan Al-Banna Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif analisis dengan data yang digunakan dari buku Sistem pendidikan ikhwanul muslimin karangan Drs Yusuf Qardhawi Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pendidikan Islam yang diajukan Hasan Al-Banna sesuai dengan karakteristik Islam yang juga memberikan perhatian pada perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia dan harus mampu membentuk generasi yang solid dalam memperjuangkan, melestarikan ajaran dan kebudayaan Islam, serta mempunyai keimanan...
1996
S13407
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Herlini
Abstrak :
ABSTRAK
Hasan al-Hanna dilahirkan di kota Mahmudiyah di daerah Bukhai_roh, Mesir pada tahun 1906. Dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang cinta ilmu dan dalam suasana yang islami.
Masa hidup Hasan al-Banna merupakan masa krisis dan transisi bagi umat Islam di Mesir. Umat Islam pada waktu itu dilanda oleh berbagai tantangan yang berat dari dalam dan luar Islam. Tan_tangan dari dalam berupa perselisihan antara umat Islam dan keri_cuhan yang tak habis-habisnya, banyaknya bidah-bidah, khurafat-khu_rafat dan paham keagamaan yang telah menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Sedangkan tantangan dari luar berupa sekularisasi, deislamisasi, demoralisasi, dan westernisasi.
Hasan al-Banna berupaya menjawab tantangan tersebut dengan ge_rakan dakwahnya yang mempunyai ciri khas, jelas programnya, langka_ pemikirannya dan jelas tujuannya.
Hasan al-Hanna mengetahui bahwa faktor utama kerusakan dan ke_hancuran adalah perlawanan terhadap kekuasaan Allah.
Dalam melaksanakan pembaharuannya Hasan al-Banna mulai dari mendidik individu-individu untuk memiliki akidah yang kuat, ibadah yang baik, berpengetahuan dan mampu membimbing masyarakat dengan cara menyampaikannya lewat dakwah. Ini akan berlanjut kepada keluarga, masyarakat, pemerintah, dan seterusnya.
Dakwah Ikhwanul Muslimin mempunyai ciri yang membedakan dari para pembaharu yang lain, seperti mempunyai dasar-dasar ajaran yang lengkap, mempunyai tahapan-tahapan dalam berdakwah, dan lebih isti_mewa lagi adalah dengan adanya rukun baiat yang sepuluh, di samping juga mempunyai prinsip duapuluh yang mencakup semua kewajiban yang ada pada setiap muslim untuk diyakini dan dilaksanakan dalam menga_tur hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.
1990
S13231
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library