Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anang Prayudi
Abstrak :
Kerja gilir memberikan keuntungan dalam mendukung produktivitas perusahaan. Namun disisi lain, kerja gilir juga dapat mengakibatkan kelelahan dan gangguan tingkat kewaspadaan sopir truk hauling yang bekerja gilir. Resiko terjadinya kecelakaan kerja akan semakin meningkat bila terjadi gangguan pada tingkat kewaspadaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kewaspadaan sopir truk hauling kerja gilir dan faktor yang mempengaruhinya, serta hubungan pola kerja gilir dengan gangguan tingkat kewaspadaan. Metode penelitian adalah studi "comparative cross sectional' dengan mengambil seluruh sopir truk hauiing di perusahaan sebanyak 145 orang sebagai responden. Data penelitian didapatkan nielalui kuesioner, serta pengukuran tes Kraepelin yang dilakukan setelah shift kerja pada kelompok sopir shift Siang dan malam. Hasil penelitian dianalisis dengan SPSS 11.5. Didapatkan prevalensi tingkat kewaspadaan buruk pada 56.6% sopir truk hauling. Faktor yang paling kuat herhubungan dengan tingkat kewaspadaan buruk adalah lama kerja (p=0.45), dengan OR 2.9. Sedangkan faktor lain yang mempunyai hubungan tidak bermakna tetapi mendekati secara berurutan adalah training (p=0.06 dan OR=0.47), berat badan (p=0.10 dan OR=1.9), jumlah anak (p=0.14 dan OR=1.9 ) dan umur anak terkecil (p=0.19 dan OR=0.53). Dalam hubungan dengan faktor lama kerja, maka tingkat kewas )adaan berkaitan dengan "general performance" dimana proses adaptasi memegang peranan penting. Semakin lama bekerja maka sopir semakin beradapatasi sehingga tingkat kewaspadaan semakin baik. Faktor training dengan nilai OR= 0.47 dengan IK < 1 menunjukkan bahwa training yang jarang menjadi faktor yang protektif untuk terjadinya tingkat kewaspadaan buruk. Hal ini menjadi kontradiktif dan perlu evaluasi lebih lanjut terutania berkaitan dengan materi, cara 1 metode pemberian training dan waktu training serta kompetensi trainernya. Faktor berat berlebih dan kegemukan menjadikan pekerja mengeluarkan tenaga berlebih untuk melakukan aktilhas sehingga mudah terjadi kelelahan yang pada akhimya menyebabkan kantuk dan penurunan kewaspadaan. Jumlah anak dan umur anak terkecil mempengaruhi tingkat kewaspadaan karena faktor pengasuhan yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua sehingga mengganggu jadwal istirahat pekerja. Dalam penelitian ini tidak dapat dibuktikan adanya pengadaan berrnakna dari tingkat kewaspadaan sopir truk hauling terhadap pola kerja shift (shift siang dan shift malam).
Shift work provides benefit in supporting a company's productivity. However. shift work also might cause fatigue and alertness disturbance of hauling truck drivers who work on shift. The risk of work accident would be significantly increased in line with decreasing level of alertness. The aims of this study are to know the alertness level of the hauling truck drivers who work on shift and the influencing factors, also to identify the relationship of shift work with alertness level. The research method is comparative cross sectional study by taking 145 hauling truck drivers as the study respondents. The data of this study was obtained from questionnaire and measurement of Kraepelin test which was done after the completion of shift work of day and night drivers. The result of this study was analyzed with SPSS 11.5. It was found that the prevalence of "bad" alertness of the hauling truck drivers was 56.6%. The strongest, related factor with bad alertness was length of work period (p=0.05) with OR=2.9. Other factors that showed no significant ration but have close relation were training (1=0.06 and OR=0.47), body weight (p=0.10 and OR=1.9), number of children (p=-0.14 and OR=1.9) and the age of the youngest child (p=0.19 and OR=0.53). In relation with the length of work period, alertness is related with "general performance" of which the adaptation process takes significant role. Drivers adapt well with longer period of assignment in year so that the alertness level is much better. Training factor with OR=0.47 and IK
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Sri Wahyuni
Abstrak :
Rumah Sakit merupakan salah satu perusahaan yang memerlukan kerja shift bagi karyawannya termasuk perawat. Dampak kerja shift yang terutama adalah gangguan Circadian ritme yang menyebabkan gangguan pada pola tidur, kekurangan tidur dan kelelahan yang berakibat terjadinya penurunan kewaspadaan . Di Rumah Sakit ini beberapa kesalahan pemberian obat terjadi terutama pada perawat dinas shift malam, oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi dan faktor - faktor yang berhubungan dengan penurunan kewaspadaan. Metode penelitian : Berupa studi cross sectional (potong lintang) . Jumlah sampel pada kelompok perawat rawat inap sebesar 45 orang yang diambil secara alokasi proporsional dari masing - masing unit. Data penelitian didapat dari medical check up, PK3RS, observasi, pemeriksaan fisik, pengisian kuesioner dan tes Pauli yang dilakukan dua kali setelali shut pagi dan setelah shift malam. Hasil Penelitian : Didapatkan penurunan tingkat kewaspadaan pada perawat shift malam dan prevalensi penurun kewaspadaan sebesar 71,1 %. Faktor yang berhubungan paling kuat dengan penurunan kewaspadaan adalah beban kerja berlebih (p = 0,0004) dan faktor yang tidak bermakna tetapi mempunyai angka yang mendekati adalah pola tidur / lama tidur siang (p = 0,0767) Diskusi : Dari penelitian ini terbukti bahwa shift malam mengakibatkan penurunan kewaspadaan dan secara statistik terbukti bahwa faktor beban kerja berlebih (p < 0,05) bermakna dalam mempengaruhi penurunan kewaspadaan. Faktor lain seperti pola tidur, strategi tidur dan kualitas tidur walaupun secara statistik tidak terbukti tetapi kenyataannya berpengaruh. Ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Ohida T(et al). Maka dari itu untuk mencegah dan mengurangi penurunan kewaspadaan perlu pemahaman yang sama baik dari pihak manajemen, perawat dan dokter perusahaan.
Hospital activities required shift work to provide services for its patients especially nurses are at work for 24 hours. The impact of shift work is mainly Circadian rhythm disturbances which impact on sleeping disorder, sleep lost and fatigue-ness and this cause decreased of alertness. At Hospital "X", some failures caused by shill nurse especially at night shill, are related to giving the wrong medicine to patients. Therefore, this study conduct to identify the prevalence and other factors related to the decreased of alertness. Method: Cross sectional study, 45 nurses served at in - patient section used as sample. The research data's are compiled from Medical check-up, Committee Safety and Health Work, observation, physical examination, questionnaires and a psychological Pauli-test conducted twice, after night shift and after day shift. Result: Decreased grade of alertness from night shift nurses, and the prevalence decreased of alertness is 71,1 %. The most influence factor related to decreased of alertness is the work overload (p = 0,0004) and another factor is the length of sleep during day time of nurses, which statistically is not significant (p = 0,0767), however worth while to mention as an influence factor. Discussion: This research has proven that night shift caused to decreased of alertness and statistically significant relation between overload work (p< 0,05) with decreased of alertness. The other factors like sleep pattern, sleep strategic were statistically not significant but in fact these factors can significantly related with decreased of alertness. In Ohida T (et al) study already proved those factors could effect to decrease of alertness. As a follow-up, to prevent decreased of alertness for the nurses, a coordination need to conduct between management, nurses and safety doctor in hospital to improve this matter.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjetjep Djamilus Djamil
Abstrak :
Penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan. Ditinjau dari penyebaran kasusnya, distribusi DBD semakin meluas pada wilayah kecamatan perifer, khususnya pada daerah industri dan pemukiman baru seiring dengan semakin tingginya mobilitas di kawasan tersebut. Pada tahun 1990 ditemukan 68 kasus di 12 (52,2%) kecamatan, tahun 1995 ditemukan 106 kasus di 21 (91,3%) kecamatan dan masih sering terjadi KLBDBD. Tahun 1995 KLB-DBD menempati urutan pertama dari wabah yang terjadi di Kabupaten Bekasi dan terjadi di 11 (47,8%) kecamatan, 36 (15,2%) desa. (Profil Kes )1996). Pelaksanaaan surveilans-DBD telah dimulai sejak tahun 1985 dan lebih efektif pada tahun 1991. Tahun 1995 dikembangkan sistem kewaspadaan dini melalui kegiatan surveilans. Desain penelitian ini adalah kualitatif, suatu type study observasional dengan rancangan cross sectional, tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran dan permasalahan dalam pelaksanaan sistem kewaspadaan dini DBD. Hasil penelitian ini menunjukkan 8 (15,1%) puskesmas yang telah melaksanakan surveilans dengan status baik, 11 (20,8%) dengan status sedang dan 34 (64,1%) masih dalam status jelek. Dari variabel-variabel yang berpengaruh pada surveilans, kualitas pengelola surveilans DBD di Kabupaten Bekasi masih rendah dalam tingkat pengetahuan, sedangkan sarana dan biaya masih dikelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten. Namun tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara status surveilans dengan endemisitas DBD daerah, p value = 0,24. Kualitas upaya penanggulangan DBD seluruh puskesmas masih jelek dan variabel yang berpengaruh pada upaya penanggulangan DBD adalah sebagai berikut : baru 1 (4,8%) Pokjanal-DBD dan 6 (4,2%) Pokja-DBD yang dibentuk serta keberadaan kader masyarakat yang cukup potensial. Untuk meningkatkan sistem kewaspadaan dini DBD, puskesmas perlu meningkatkan pengetahuan, pembinaan dan keterampilan petugas, alur pelaporan yang lebih sederhana dan pendelegasian tugas ke puskesmas baik dana maupun logistik. Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota Madya Bekasi perlu melakukan pendekatan dengan Bupati dan Walikota dengan membentuk dan mengaktifkan Pokjanal, Pokja DBD dan mengaktifkan tenaga kader masyarakat serta koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Kepala Rumah Sakit, terutama yang berbatasan langsung dengan Kabupaten/Kota Madya Bekasi. Daftar kepustakaan : 38 (1988 - 1997)
Evaluation of the Activities of the Early Alertness System for the Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) at Bekasi Regency, West Java Province in 1991-1995DHF is still a health problem. Reviewed based on its case dissemination, its distribution is expanding more and more in the region of peripheral sub district, especially in the industrial estate and new settlement in line with the in-creasing mobility within those areas. In 1990, there were 68 cases within 12 (52,2%) sub districts, 106 cases within 21 (91,3%) sub districts in 1995. DHF out-break is frequently occurred. In 1995, DHF outbreak has a ranked first among outbreak occurred in the area and it occurred within 11 (47,8%) sub districts and 36 (15,2%) villages. (Profil Kes.Bekasi,1996). Implementation of DHF surveillance was started in 1985 and in 1991 it is more effectively. Early alertness system through surveillance activity was developed in 1995. This study design is a qualitative, observational study with cross sectional design, its objective was to obtain a description and problems encountered in the implementation of DHF surveillance. Result of study showed that 8 (15,1%) of the public health center have implemented DHF surveillance with the good status, some 11 {20,8%) with intermediate status and 34 (64,1%) are in the bad status. Of the variables affecting the surveillance status, quality of the DUE surveillance managers are low and suprastructure, and funds are still managed by the Regency Health Services. There is no significant relationship between surveillance status with the DHF endemicity of the region, p value = 0,24. The quality of the DHF preventive measure in all of the public health centers are low and influential variable on the DHF preventive measure is the following : just 1 (4,8%) "Pokjanal DBD" and 6 (4,2%) "Pokja DBD" (DHF Working Group) those are established and the existence of enough potential society cadre. To improve the DHF early alertness system, the public health center does necessary to increase the knowledge, establishment and staff qualification, to simplify reporting path-ways and delegate the authority to the public health center in allocating fund and logistic. The Regency and Municipality Health Services in Bekasi need to approaches both Regent and Major to establish and activate the "Pokjanal-DBD", "Pokja-DBD" and coordinate it with the chief of the hospital, especially in the areas directly in the border of both Regency/Municipality of Bekasi. Bibliography : 38 (1988 - 1997).
Universitas Indonesia, 1997
T1410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistijo Sidarto Muljo
Abstrak :
Dimasa mendatang, perusahaan konsultan teknik di Indonesia dituntut untuk menjadi perusahaan yang yang memiliki tenaga ahli yang professional liability dan mampu memberikan professional indemnity untuk dapat bersaing di tingkat dunia/global. Sehubungan dengan itu, di Indonesia belum tersedianya produk perusahaan asuransi yang mau memberikan jaminannya dalam hal liability dan indemnity. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besarkah tingkat kesiapan dan pada perusahaan konsultan teknik untuk menjadi perusahaan konsultan yang mempunyai tenaga ahli yang professional liability dan mampu memberikan professional indemnitynya kepada kliennya. Dari 91 responden perusahaan konsultan teknik, dengan menggunakan analisis nilai rata-rata, frekuensi, faktor dan uji-t, diperoleh hasil bahwasanya secara umum: 1. Tingkat pentingnya variabel dari perusahaan konsultan teknik untuk menjadi perusahaan konsultan yang mempunyai tenaga ahli yang professional liability dan mampu memberikan professional indemnity ada pada tingkat 'penting' (skala 4). 2. Tingkat kesiapan dari perusahaan konsultan teknik untuk menjadi perusahaan konsultan yang mempunyai tenaga ahli yang professional liability dan mampu memberikan professional indemnity ada pada tingkat `cukup siap' (skala 3). 3. Perusahaan konsultan teknik yang berlokasi di Jakarta mempunyai tingkat kesiapan yang lebih baik dari pada perusahaan konsultan teknik yang berada di Jawa/luar Jakarta. 4. Perusahaan konsultan teknik yang besar mempunyai tingkat kesiapan yang lebih baik dari pada perusahaan konsultan teknik menengah. 5. Perusahaan konsultan teknik yang berumur lebih lama mempunyai tingkat kesiapan yang lebih baik dari pada perusahaan konsultan teknik yang lebih muda. 6. Terdapat 8 kelompok perusahaan konsultan teknik dilihat dari tingkat pentingnya variabel-variabel kesiapan yang saling berkaitan 7. Terdapat 7 kelompok perusahaan konsultan teknik dilihat dari variabel-variabel kesiapan yang saling berkaitan.
In the future, Consultant engineering company in Indonesia should be insisted on having professional liability manpower and available to put up professional indemnity in the framework to compete in the global. Bearing on that, in Indonesia there is no insurance company, which can give guarantee in liability and indemnity. This research is make to find out how high is the alertness of the consultant engineering company in Indonesia to become consultant company which have professional liability manpower and available to put up professional indemnity to their clients. From 91 of the respondents of consultant engineering, by using mean analysis, frequencies, factor analysis and t-test, in general can be concluded as following: 1. The Importance variables for consultant engineering company to become consultant company which have professional liability manpower and available to put up professional indemnity is in 'important' level (fourth scale) 2. The alertness consultant engineering company to become consultant company which have professional liability manpower and available to put up professional indemnity is in `ready enough' level (third scale) 3. Consultant engineering companies which located in Jakarta have better alertness than the consultant engineering which located outside of Jakarta I in Jawa. 4. Big consultant engineering companies have more better alertness that medium consultant engineering companies 5. Old consultant engineering companies have more better alertness than the younger consultant engineering companies. 6. There are eight consultant engineering groups which have connected importance variables. 7. There are seven consultant engineering groups which have connected alertness variables.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T4737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Agatha Martono
Abstrak :
Dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan dan disrupsi yang timbul dari sisi teknologi, perubahan kebutuhan konsumen, persaingan, permintaan pasar dan regulasi; perusahaan media membutuhkan strategic agility untuk senantiasa lincah beradaptasi dan merespon perubahan. Kompetensi Teknologi Informasi yang didukung perangkat rutinitas perusahaan serta kesiapsiagaan daya wirausaha akan menjadi keunggulan bersaing yang diharapkan dapat membentuk strategic agility untuk membantu organisasi dalam pencapaian kinerja. Penelitian ini diadakan dalam konteks Industri Media Cetak, Online dan TV di Indonesia, dengan unit analisa adalah unit kerja/departmen/ bisnis unit. Dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan perangkat Smart PLS.
In facing environmental uncertainty and disruption triggered by technological update, customer and market demand changes, competition and regulation strategic agility is needed by media firms to be able to adapt, to response and to survive. IT Competencies that embedded with Organization Routines, and Entrepreneurial Alertness will create competitive advantage in order to shape Strategic Agility to enable the firm in achieving Organizational Performance. This research conducted in the context of Media Industry in Indonesia, toward the department or business unit as unit of analysis. Using quantitative method and Smart PLS application.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Rosemiarti
Abstrak :
Latar belakang: Kopi merupakan minuman yang populer di kalangan masyarakat dan dijadikan  bagian dari gaya hidup. Kafein dalam kopi merupakan salah sat zat aktif dan seringkali dianggap sebagai psikostimulan yang bekerja sebagai stimulan di sistem saraf pusat, sehingga dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif, daya konsentrasi, dan alertness. Kebiasan minum kopi di kalangan pekerja serta manfaatnya merupakan hal yang perlu ditinjau lebih lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati konsumsi kopi harian dan hubungannya dengan alertness dan kinerja harian di PT.X Jakarta. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan jumlah sampel minimal 114 orang karyawan di PT X. Alertness dinilai melalui pengukuran waktu reaksi dengan alat lakassidaya dan konsumsi kopi dinilai dengan 7-days fluid record dimana responden mencatat konsumsi minuman selama 7 hari berturut-turut, sedangkan kinerja harian menggunakan kuesioner yang dicatat oleh responden secara mandiri. Hasil: Terdapat 121 responden yang melengkapi seluruh data dan dianalisis dalam penelitian ini dari sejumlah 135 responden yang direkrut pada awal penelitian. Sebanyak 57 orang (47,1%) adalah responden yang konsumsi kopi. Konsumsi kopi harian pada kelompok yang konsumsi kopi adalah sebesar 247 ml dengan asupan kafein sebanyak 72 mg/hari. Tidak terdapat hubungan antara konsumsi kopi dengan alertness (OR (IK 95%) = 0,650 (0,288 – 1,467); p-value = 0,403) dan kinerja harian (OR (IK 95%) = 0,637 (0,263 – 1,546); p-value = 0,403). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi kopi dengan alertness dan kinerja harian, ......Background: Coffee is a popular beverage among people and is part of their lifestyle. Caffeine in coffee is one of the active substances and is often considered a psychostimulant that works as a stimulant in the central nervous system, so it can help improve cognitive function, concentration, and alertness. The habit of drinking coffee among workers and its benefits are things that need to be reviewed further. The purpose of this study was to observe daily coffee consumption and its relationship with alertness and daily performance at PT.X Jakarta. Methods: The method used in this study was cross-sectional with a minimum sample size of 114 employees at PT X. Alertness was assessed through the measurement of reaction time with a lakassidaya tool and coffee consumption was assessed with a 7-days fluid record where respondents recorded beverage consumption for 7 consecutive days, while daily performance used a questionnaire recorded by respondents independently. Results: There were 121 respondents who completed all data and were analyzed in this study from a total of 135 respondents recruited at the beginning of the study. A total of 57 people (47.1%) were coffee-consuming respondents. Daily coffee consumption in the coffee consumption group was 247 ml with a caffeine intake of 72 mg/day. There was no association between coffee consumption and alertness (OR (95% CI) = 0.650 (0.288 - 1.467); p-value = 0.403) and daily performance (OR (95% CI) = 0.637 (0.263 - 1.546); p-value = 0.403). Conclusion: There is no significant relationship between coffee consumption and alertness and daily performance.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fatimah Hadiyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh personal trait terhadap intensi berwirausaha pelaku UMKM di kota Depok. Bukti empris menyatakan bahwa personal trait dapat memengaruhi intensi seseorang untuk berwirausaha. Hal ini berarti bahwa jika pemerintah Indonesia ingin menciptakan lebih banyak lagi pengusaha, bisa dimulai dari memperbaiki pribadi individu. Dari empat variabel personal trait yang ditelti, variabel-variabel seperti risk tolerance dan entrepreneurial alertness dikonfirmasi memiliki pengaruh terhadap intensi berwirausaha dikalangan pemilik UMKM di Kota Depok. Variabel locus of control dan need for achievement. Hal ini menunjukkan bahwa pada karakter UMKM di Kota Depok, walau hanya dengan kepribadian seperti risk tolerance dan entrepreneurial alertness saja mampu mendorong seseorang untuk memiliki intensi berwirausaha dan akhirnya memutuskan untuk menjadi pengusaha.
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine effect of personal trait on entrepreneurial intention among MSMEs in Depok. The empirical evidence proves that personal trait has effect on entrepreneurial intention. This means that if government in Indonesia is willing to create more entrepreneur, they must start oin creating personality which support the intention to become entrepreneur. This research found that personal trait like risk tolerance and entrepreneurial alertness have significantly effect on entrepreneurial intention among MSMEs in Depok. Furthermore, this study also examinewhich factors have the most significant effect on it. The findings show that even with two traits are enough to support people to become entrepreneur.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Mahannie Tamimah
Abstrak :
Modernisasi industri menyebabkan sistem otomatisasi menjadi hal yang semakin umum terjadi. Sistem kerja shiftwork juga dilakukan agar aktivitas produksi atau layanan vital tidak berhenti, seperti pada pertambangan dan rumah sakit. Sistem ini membutuhkan manusia agar selalu berada dalam kondisi alertness tinggi yang membutuhkan kondisi prima. Akan tetapi, sistem ini menyebabkan peningkatan pada rasa lelah, stres dan kantuk yang menurunkan alertness yang berpengaruh buruk pada keselamatan dan kesehatan. Aromaterapi merupakan salah satu metode menggunakan minyak esensial untuk menimbulkan respon psikologis dan fisiologis yang mudah digunakan dan memiliki potensi yang luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat alertness pada orang dewasa dengan menggunakan metode tinjuan literatur sistematis dari tahun 2000-2020. Pencarian dilakukan menggunakan 7 database yang menghasilkan 16 literatur yang sesuai dengan kriteria inklusi yang ditentukan. Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian aromaterapi terhadap waktu reaksi dan proses kognitif adalah sebagai berikut: peppermint merupakan jenis tumbuhan aromaterapi yang diusulkan paling efektif dalam mempengaruhi tingkat alertness secara positif; diikuti oleh lavender, rosmari, petitgrain, cinnamon dan I. helenium.
Industrial modernization requires automatisation system to be implemented more commonly. Shiftwork system is also done to ensure that production activity in industry or vital services, such as hospital, do not stop. These systems requires workers to always be alert which needs to be supported by optimum body function. Even so, these systems increases fatigue, stress, and drowsiness, lowering alertness and increases the risk of incident and accident which are detrimental to health and safety. Aromatherapy is a method using essential oils to evoke physiological and psychological reaction which is easy to use and has high potential. This study aims to find the effect of aromatherapy on alertness in adults using systematic literature review based on article from 2000-2020. Database searches are conducted using 7 database which resulted in 16 articles which fulfilled the inclusion criteria. The results of the study are as follow: peppermint is suggested to be the most effective type of aromatherapy to positively affect alertness or vigilance; followed by lavender, petitgrain, cinnamon, and I. helenium.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library