Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endah Puspitasari
Abstrak :
ABSTRAK Konsep hypermarket merupakan sebuah alternatif untuk mengatasi menurunnya daya bell masyarakat sebagai akibat dari krísis ekonomi Karena dengan konsep ini hypermarket menawarkan harga yang lebih rendah dibandingkan supermarket ataupun minimarket. Hal ini membuat para ritel hjpermarket saling bersaing dalam menjaring konsumen agar berbelanja di tempatnya. Walau bagaimanapun juga keputusan untuk melakukan pembelian, tetap ada ditangan konsumen. Konsumen akan rnemutuskan untuk membeli kebutuhannya di salah satu hypermarket tersebut jika mereka merasa nyaman dan harga yang ditawarkan murah. Karya akhir ini memiliki tiga tujuan utama yaitu mengetahui top of mind dari konsumen terhadap setiap hypermarket yang ada di Jakarta, mengetahui dan menganalisis perilaku konsumen terhadap setiap hypermarket yang ada di Jakarta, serta mengetahui atribut-atribut yang dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan konsunisi akan kcbutuhannya pada hypermarket tersebut. Studi karya akhir ini menggunakan dua pendekatan yaitu penelitian ekaploratori dan penelitian deskriptif Penelitian eksploratori dilakukan untuk mengetahui atribut-atribut yang menjadi pertimbangan konsumen pada setiap kunjungannya untuk berbelanja pada saiah satu hypermarket tersebut sedangkan penelitian deskriptif daiam bentuk kuesioner ditujukan untuk mendapatkan informasi data primer mengenai perilaku konsumen hpermarket. Populasi target dalam peneiitian ini adalah semua orang yang berbeanja pada retail hypermarket yang dimaksud (Alfa, Carrefour, dan Makro) yang berdomisili di Jakarta. Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa dari sisi awareness, Makro menempati posisi pertama untuk Top of mind awareness diikuti oleh Carrefour. Sedangkan peringkat pertarna untuk pengujian unaided awareness ditempati oleh Carrefour. Dalam aided awareness, lebih dari 90% responden dari total 150 responden memiliki awareness terhadap 3 nama hypermarket yaitu Carrefour , Makro dan Alfa. Dari sisi perilaku konsumen menunjukkan bahwa penilaku responden saat berbelanja di hypermarket cukup bervariasi. Pertama, setiap responden pernah melakukan pembelanjaan pada lebih dari satu hypermarket dengan alasan bahwa lokasi dari hypermarket mudah dicapai, harga relatif murah produk yang dijual lengkap, kemudahan dalam mencari barang, kenyamanan berbelanja, kualitas barang baik, parkír luas dan aman serta kebersihan yang teriaga. Kedua, sebagian besar responden sering melakukan pembelanjaan rutin pada hypermarket tersebut dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan usaha. Dengan rata-rata lama waktu yang paling banyak digunakan konsumen adalah sam jam. Dan hari yang paling sering digunakan sebagai waktu untuk berbelanja adalah pada saat akhir pekan bersama -sama dengan keluarga. Ketiga, kategori produk yang paling banyak dibeli pada hypermarket adalah kategori produk toiletries, diikuti dengan beras / tepung / gula, sayur / buah serta peralatan rumah tangga dan penlengkapan dapur / bumbu. Keempat, sebagian besar responden dalam berbelanja selalu membuat daftar belanja terlebih dahulu sehingga lebih terencana. Namun walaupun sudah membuat daftar belanja, banyak responden menyatakan bahwa pola pembelanjaan tidak sesuai dengan daftar belanja karena rnereka suka melakukan pembelanjaan seketika begitu melihat produk produk yang ada di setiap display atau yang sedang metniliki harga diskon. Kategori produk yang sering dibeli untuk pembelian seketika adalah snack / minuman ringan, pembelian makanan olahan seperti sosis, bakso, makanan yang sudah jadi, toiletries, roti bakery serta sayur / buah. Kelima, sistem pembayaran yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah tunai. Dari analisis cross tabulation menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih untuk melakukan pembelanjaan pada akbir pekan dengan keluarga sebagai teman belanja, dan bagi reponden yang melakukan pembelanjaam pada hari kerja Iebih memilih untuk berbelanja sendiri atau didampingi rekan kerja Dan sebagian besar responden berbelanja dalam kisaran kurang dari 1 jam, 60 menit dan 90 menit dengan rata-rata besar pengeluaran adalah Rp 200.001 - Rp 400.000. Dengan waktu 120 mcenit terdapat 2 responden yang berbelanja dengan kisaran pengeluaran Rp 2000.001 ? Rp 3000.000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama konsumen berada didalam hypermarket tersebut, maka semakin besar pula pengeluarannya. Dan importance analysis menunjukkan bahwa yang menjadi faktor utama yang dipertimbangkan oleh responden dalam memilih dan membeli barang kebutuhan di hypermarket pada umurnnya adalah kualitas produk dan harga. Dan dari basil perhitungan melalui analisis faktor, terdapat 4 dimensi yang harus diperhatikan bagi masing-masing ritel swalayan hypermarket yaitu produk, harga, fsailitas dan promosi. Temuan ini memberikan beberapa implikasi bagi pihak manajemen ritel terutama bagi manajemen ritel hypermarket bahwa awareness konsumen dapat terus ditingkatkan dengan menambah event promosi serta terus meningkatkan eksposure ritelnya meIalui media cetak dan elektronik. Implikasi lain bagi pihak rnanajemen dan masing-masing market adalah sebaiknya terus meningkatkan performancenya baik melalui fasilitas yang dimilikìnya maupun suasana tokonya. Serta masing-masing Pihak ritel hypermarket diharapkan dapat terus mengadakan riset mengenal ritelnya dan juga kompetitornya secara berkesinambungan sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan yang dapat teijadi mengenai perilaku konsumennya untuk mengantisjpasj perpindahan konsumen ke kompetitor.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Tri Prakoso
Abstrak :
Latar Belakang: Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan penurunan fungsi ginjal secara progresif, komplikasi yang umum ditemukan pada PGK adalah anemia defisiensi besi. Untuk menanganinya, salah satu tatalaksana yang tersedia adalah epoetin alfa, sebuah agen rekombinan eritropoietin manusia. Studi ini spesifik melihat pengaruh dosis epoetin alfa pada pasien anemia dengan penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Metode: Desain studi kohort retrospektif dengan melibatkan 240 pasien yang menjalani hemodialisis. Pengumpulan data primer diambil pada Juni 2022 dari rekam medis. Analisis uji beda proporsi akan dilakukan dengan uji Chi-Square alternatif Fisher dengan signifikansi p<0.05. Analisis multivariat dilakukan menggunakan Cox-Reggresion. Hasil: Kelompok dengan dosis epoetin alfa 3000IU memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami peningkatan nilai Hb [RR: 0.789 (95% CI 0.696-0.895) dibandingkan dengan dosis epoetin alfa >3000IU. Status Gizi dan Jenis kelamin merupakan confounding yang paling berpengaruh dengan ∆RR >10%. Kesimpulan: Pasien yang menerima dosis epoetin alfa >3000 IU memiliki kemungkinan meningkatnya nilai Hb 3.458 kali lebih tinggi dibandingkan dosis 3000 IU (95% CI 1.745 - 6.855) ......Background: Chronic Kidney Disease (CKD) is a progressive loss of kidney function, a common complication found in CKD is iron deficiency anemia. To treat it, one of the available treatments is epoetin alfa, a recombinant human erythropoietin agent. This study specifically looked at the effect of epoetin alfa dose in anemic patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis. Methods: Retrospective cohort study design involving 240 patients undergoing hemodialysis. Primary data collection was taken in June 2022 from medical records. The analysis of the different proportions test will be carried out using the Chi-Square Fisher alternative test with a significance of p<0.05. Multivariate analysis was performed using Cox-Reggression Results: The group with 3000IU of epoetin alfa had a lower chance of increasing Hb values ​​[RR: 0.789 (95% CI 0.696-0.895) compared to >3000IU of epoetin alfa. Nutritional Status and Gender were the most influential confounding with RR >10%. Conclusion: Patients with dose of epoetin alfa >3000 IU had the possibility of increasing the Hb value 3,458 times higher than the dose of 3000 IU (95% CI 1,745 - 6,855
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan isolasi antibodi anti AFP tikus dengan cara hiperimunisasi kelinci. Antigen yang disuntikkan pada kelinci adalah AFP tikus yang diisolasi dengan kolom kromatografi DEAE-selulosa. Serum kelinci hasil imunisasi dimurnikan menggunakan kolom Aminolink. Antibodi anti AFP tikus diperlukan untuk penelitian terhadap reaksi silang antara AFP dan albumin tikus, sedangkan antibodi tersebut belum tersedia di pasaran. Dua ekor kelinci telah disuntik masing-masing dengan 1 mg AFP tikus yang telah dibuat emulsi dengan adjuvan lengkap Freund pada bagian punggung secara subkutan. Suntikan ulangan dilakukan sebanyak 4 kali dengan selang waktu kurang lebih 10 hari dengan dosis sama yang telah dibuat emulsi dengan adjuvan tak lengkap Freund. Pada penelitian mi antibodi dideteksi dengan teknik ELISA dan Western-blot. Hasil ELISA menunjukkan titer antibodi yang didapat pada kelinci I adalah 16000, sedangkan kelinci 2 adalah 8000. Hasil ELISAjuga menunjukkan serum kelinci yang dimurnikan menggunakan kolom aminolink, relatif lebih murni dibandingkan serum kelinci yang belum mengalami pemurnian. Dengan teknik Western-blot menunjukkan bahwa polipeptida yang bereaksi dengan antibodi anti AFP tikus yang diisolasi adalah sebesar 74.000 Da.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abinawanto
Abstrak :
ABSTRAK
Alfa-l-antitripsin adalah suatu glikoprotein yang disentesis di dalam hati, dan berperan menghambat fungsi enzim protease (enzim proteolitik). Selain di dalam serum, Alfa-l-antitripsin juga terdapat di dalam plasma semen.

Dalam penelitian ini telah dilakukan analisis semen dan pengukuran kadar Alfa-l-antitripsin plasma semen pada 101 orang pria dengan metode imunodifusi radial, dengan tujuan untuk mengetahui ada/tidaknya makna kadar Alfa-l-antitripsin di dalam plasma semen, serta hubungannya dengan beberapa parameter semen yang meliputi: jumlah spermatozoa motil per ejakulat semen, persentase motilitas spermatozoa, kecepatan spermatozoa, dan jumlah (peranan) leukosit di dalam semen.

Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa, kadar Alfa-l-antitripsin plasma semen pada 101 orang pria berkisar antara 2,65-27,30 miligram per desiliter, dengan rata-rata sebesar 8,89 kurang lebih 3,76 miligram per desiliter. Dengan uji Korelasi jenjang Spearman (Sperman's Rho) diperoleh kesimpulan bahwa, tidak ada hubungan antara kadar Alfa-l-antitripsin plasma semen, baik terhadap jumlah spermatozoa motil per ejakulat semen dan persentase motilitas spermatozoa, maupun terhadap jumlah (peranan) leukosit di dalam semen, namun ada hubungan negatif antara kadar Alfa-l-antitripsin plasma semen dengan kecepatan spermatozoa.

Dari 101 orang pria, 12 orang di antaranya memiliki kadar Alfa-l-antitripsin plasma semen yang relatif tinggi (di atas normal) dengan rata-rata sebesar 16,49 kurang lebih 3,89 miligram per desiliter. Namun demikian ke-12 orang pria tersesbut masih tetap mempunyai jumlah spermatozoa motil per ejakulat semen dan persentase motilitas spermatozoa, serta jumlah leukosit per mililiter semen yang termasuk kategori semen normal. Sedangkan kecepatan spermatozoanya (pada 12 orang pria tersebut) termasuk kategori semen di bawah normal.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Rosmawaty
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Sindrom Down (SiD) merupakan suatu kelainan genetik yang paling sering dijumpai yang menyebabkan retardasi mental. SiD disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom atau aberasi numerik yaitu trisomi 21 sehingga penderita mempunyai susunan kromosom 47,XX,+21 atau 47,XY,+21. Trisomi kromosom'21 disebabkan oleh proses gagal pisah ('nondisjunction') yang dapat terjadi baik pada ibu (75-80%) maupun pada ayah (20-25%). Beberapa studi yang berusaha mengungkap sebab-sebab atau etiologi dari gagal pisah telah dilakukan, namun penyebab gagal pisah kromosom 21 masih tetap banyak yang belum diketahui. Kemungkinan bahwa banyak faktor atau mekanisme turut berperan. Penelitian genetika molekuler ini bertujuan untuk melihat polimorfisme panjang fragmen restriksi (RFLP) DNA satelit alfa daerah sentromer kromosom 13/21 (D13Z1/D21Z1) yang mungkin berhubungan dengan proses terjadinya gagal pisah pada trisomi 21 yang menyebabkan SiD. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Blot Southern dengan menggunakan enzim restriksi EcoRI dan Xba I. Hasil dan Kesimpulan : 1. Dengan menggunakan enzim restriksi EcoRI dan pelacak DNA satelit alfa kromosom 13/21 (D13Z1/D21Z1) terdapat polimorfisme (RFLP) yang tidak spesifik pada wanita yang mempunyai anak SiD. RFLP terdapat pada fragmen 850, 1190, 1360 dan 1870 pb. 2. Dengan menggunakan enzim restriksi Xba I dan pelacak DNA satelit alfa kromosom 13/21 (D13Z1/D21Z1) tidak terdapat polimorfisme (RFLP) baik pada wanita yang mempunyai anak SiD maupun pada wanita pembanding. Hibridisasi menghasilkan 8 fragmen yang seragam pada semua individu yang diperiksa dengan ukuran: 0,7 ; 0,9 ; 1.0 ; 1,2 ; 1,4 ; 1,5 ; 1,7 dan 1,9 kb. Hal ini berarti bahwa dengan menggunakan enzim Xba I, polimorfisme DNA satelit alfa kromosom 13/21 tidak terdeteksi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwi Ratna Puspitasari
Abstrak :
Analisis 226Ra dalam sampel air dilakukan dengan spektrometri alfa. Pada spektrometri alfa, radioisotop yang akan dianalisis harus dalam keadaan murni supaya tidak terjadi penumpukan spektrum. Pemurnian 226Ra dilakukan dengan proses pemisahan menggunakan pengendapan yang dilanjutkan dengan penukar ion dan pengukuran dilakukan pada suatu piringan yang dilapisi radioisotop dengan cara elektrodeposisi. Dalam penelitian ini, akan ditentukan kondisi optimasi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pingkan Lestari
Abstrak :
Bambu betung Dendrocalamus asper merupakan tanaman yang tumbuh di Indonesia yang memiliki kandungan selulosa sebesar 42,4 -53,6. Selulosa bambu betung dapat dimanfaatkan untuk pembuatan berbagai turunan selulosa, salah satunya Hydroxypropyl Cellulose HPC. Tujuan penelitian ini, melakukan optimasi metode pembuatan dan karakterisasi HPC yang dimodifikasi dari alfa selulosa bambu betung. Modifikasi pembuatan HPC dari alfa selulosa bambu betung menggunakan variasi konsentrasi NaOH 25 dan 30, propilen oksida 5 ml,10 ml dan 15 ml tiap gram selulosa dan variasi suhu 60oC dan 70o. Produk HPC diidentifikasi serta dilakukan karakterisasi menggunakan spektrofotometri Inframerah, Scanning Electron Microscope SEM dan X-Ray Diffraction XRD. Diperoleh hasil HPC yang paling optimum pada kondisi reaksi dengan menggunakan NaOH 25, propilen oksida 10 pada suhu pembuatan 70oC. HPC yang paling optimum memiliki molar substitusi 3,30, dengan pH 7,49 dan spektra IR HPC bambu betung memiliki pola yang sama dengan spektra standar. Identifikasi HPC yang diperoleh yaitu terbentuknya berkabut didalam larutan pada suhu diatas 40oC. Berdasarkan perbandingan pola difraktogam dengan difraksi sinar-X sudah terlihat kemiripan antara HPC bambu betung dengan standar serta menunjukkan bentuk kristal dan amorf. Secara morfologi dengan SEM Scanning Electron Microscope menunjukkan bentuk morfologi yang lebih bulat dan kasar daripada standar HPC. ...... Betung bamboo Dendrocalamus asper is one of bamboo grow in Indonesia, it contain cellulose at approximately 42.4 53.6. Betung bamboo cellulose can be used to produce various cellulose derivatives and one of them is Hydroxypropyl Cellulose HPC. The present research aims to optimize production method and characterization of HPC prepared from alpha cellulose of betung bamboo. The modification of HPC were carried out using NaOH 25 and 30, propylene oxide 5 ml, 10 ml and 15 ml in each gram of cellulose and temperature variations were 60 and 70. HPC product was identified and characterized using Infrared Spectrophotometry, Scanning Electron Microscope SEM, and X Ray Diffraction XRD. The most optimum reaction condition of HPC was using NaOH 25, 10 ml propylene oxide at 70 C. The most optimum HPC had 3.2987 Molar Substitution value, with pH 7.49 and IR spectra of betung bamboo HPC had similar pattern to the reference spectra. The identification of HPC was the formation cloudy solution at a temperature above 40oC. Based on the comparison of diffractogram with X Ray diffraction, there was a similarity between HPC of betung bamboo with the standard one and it showed crystalline and amorphous form. Morphologically by using SEM Scanning Electron Microscope, it showed a more rounded and coarser morphological shape than the reference HPC.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Syafira
Abstrak :
Alfa-glukosidase merupakan enzim yang menghidrolisis ikatan glikosida pada polisakarida kompleks menjadi monosakarida. Penghambatan enzim ini akan menunda absorbsi monosakarida ke dalam epitelium usus, sehingga menurunkan kadar gula darah postprandial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi penghambatan aktivitas alfa-glukosidase dari ekstrak biji Coix lacryma-jobi L. var. ma-yuen. Biji Coix lacryma-jobi L. var. ma-yuen diekstraksi dengan metode maserasi, refluks, Ultrasound Assisted Extraction (UAE), dan Microwave Assisted Extraction (MAE). Penetapan kadar flavonoid total dilakukan menggunakan metode kolorimetri AlCl3, dan kadar fenol total dilakukan menggunakan metode Folin Ciocalteu. Penghambatan aktivitas alfa-glukosidase dilakukan menggunakan p-Nitrofenil-α-D-Glukopiranosa (pNPG) sebagai substrat dan akarbosa sebagai standar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak yang diperoleh dari metode maserasi, refluks, UAE, dan MAE secara berurutan adalah 5,41; 6,54; 7,12; dan 7,35%. Kadar flavonoid total yang diperoleh dari metode maserasi, refluks, UAE, dan MAE sebesar 15,59; 14,82; 15,24; dan 14,35 mgEK/g ekstrak, dan kadar fenol totalnya adalah 98,16; 88,5; 95,71; dan 87,63 mgEAG/g ekstrak. Ekstrak dari metode maserasi mempunyai penghambatan aktivitas yang paling kuat terhadap enzim alfa-glukosidase (IC50 = 84,44 μg/mL) dibandingkan dengan metode refuks, UAE, dan MAE (IC50 = 90,44; 86,87; dan 94,26 μg/mL). ......Alpha-glucosidase is an enzyme that hydrolyze glycosidic bonds in polysaccharides into monosaccharides. Inhibition of this enzyme will reduce the absorption of monosaccharides into intestinal epithelium, resulting in a decrease of postprandial glucose levels. This study aims to determine the alpha-glucosidase inhibitory activity of Coix lacryma-jobi L. var. ma-yuen seeds extract. Coix lacryma-jobi L. var. ma-yuen seeds were extracted by maceration, reflux, Ultrasound Assisted Extraction (UAE), and Microwave Assisted Extraction (MAE) methods. Total flavonoid content was measured using the AlCl3 colorimetric method. Total phenolic content was measured using Folin-ciocalteu method. Alpha-glucosidase inhibitory activity was determined using p-Nitrophenyl-α-D-Glucopyranoside (pNPG) as substrate and Acarbose as a positive control. The yields obtained from the maceration, reflux, UAE, and MAE methods were 5.41; 6.54; 7.12; and 7.35%, respectively. The total flavonoid content obtained from the maceration, reflux, UAE, and MAE methods were 12.47; 15.59; 14.82; 15.24; and 14.35 mgQE/g extract, respectively, and the total phenolic content were 98.16; 88.5; 95.71; and 87.63 mgGAE/g extract. The maceration method extracts had the strongest alpha-glucosidase inhibitory activity (IC50 = 84.44 μg/mL) compared to reflux, UAE, and MAE methods (IC50 = 90.44; 86.87; and 94.26 μg/mL).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Kevin Kyle
Abstrak :
Latar Belakang: Resistensi insulin adalah ketidaknormalan sel yang ada pada banyak gangguan metabolic, terutama diabetes tipe-2. Kondisi ini berkaitan erat dengan penurunan Insulin receptor substrate 1 (IRS-1.). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek dari alfa-mangostin (α-MG), senyawa aktif yang ada di kulit buah manggis, pada kemampuannya meningkatkan konsenstrasi IRS-1 pada jaringan hati tikus model resistensi insulin Metode: 36 tikus Sprague-Dawley dibagi ke dalam 6 kelompok; kelompok 1: control (diberikan diet normal selama 8 minggu), kelompok 2; control + alfa-mangostin 200 (200 mg/kg/hari), kelompok 3; resisten insulin (diberikan diet tinggi lemak dan gula selama 3 minggu dan diinjeksi dengan streptozotocin intra peritoneal dosis rendah pada minggu ke 3), kelompok 4: resisten insulin + metformin, kelompok 5: resisten insulin + alfa-mangostin 100, kelompok 6: resisten insulin + alfa-mangostin 200. Pada masing-masing kelompok dipilih 4 sampel secara acak yang kemudian dikorbankan setelah 8 minggu. Kemudian jaringan hati diambil, diisoloasi, dan di ukur konsentrasi IRS-1 menggunakan ELISA. Data yang didapat kemudian dianalisa menggunakan SPSS versi 26. Hasil: Analisis dilakukan dengan uji Welch’s ANOVA dan Games-Howell post hoc. Tidak ditemukan adanya perbedaan signifikan antara perbedaan konsentrasi IRS-1 hati pada kelompok 3 (resisten insulin) dan kelompok 5 dan 6 (α-ΜG 100, p = 1 (>0.05) dan α-MG 200, p = 0.677 (>0.05)). Kelompok 6 memiliki konsenstrasi IRS-1 lebih tinggi dari kelompok 5, meskipun tidak secara signifikan (p = 0.558, (>0.05)). Kesimpulan: Pemberian alpha-mangostin 100 mg dan 200 mg tidak dapat meningkatkan konsentrasi IRS-1 pada hati. ......Background: Insulin resistance (IR) is an abnormal cellular mechanism that is present in various metabolic disorder, particularly type-2 diabetes mellitus. This condition is closely related to downregulation of Insulin Receptor Substrate-1 (IRS-1). T2DM ranks seventh highest cause of disability and ninth in mortality worldwide. This research project was conducted to provide further understanding on the effects of alpha- mangostin, a bioactive compound found in pericarp of mangosteen fruit, on its therapeutic effect by increasing hepatic IRS-1 concentration. Method: This experiment is done by analyzing hepatic IRS-1 concentration of 36 Sprague-Dawley rats that were divided into 6 groups; group 1: control (given 8 weeks of standard diet), group 2: control + α-ΜG 200 (200 mg/kg/day), group 3: IR (given high fat and high glucose diet for 3 weeks and injected by streptozotocin i.p at fourth week), group 4: IR + metformin 200, group 5: IR + α-ΜG 100, group 6: IR + α-ΜG 200. Through random sampling, 4 samples from each group are chosen and each sample’s hepatic IRS-1 are measured using ELISA method. Data analysis were done using SPSS software version 26. Result: The analysis done utilizing Welch’s ANOVA test with Games-Howell post hoc. No significant difference of IRS-1 concentration found between group 3 (IR) and group 5 (IR + α-MG 100, p = 1 (>0.05)) and group 6 (IR + α-MG 200, p = 0.558)). Group 6 (IR + α-MG 200, p = 0.558) shown to have a higher IRS-1 compared to group 5 (IR + α-MG 100) although not significant. Conclusion: Alpha-mangsotin administration unable to increase IRS-1 concentration in insulin resistant mouse.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>