Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Nur Salmah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi penambahan antioksidan alfa tokoferol dalam media pembekuan lambat terhadap kualitas oosit domba garut hingga kriopreservasi menggunakan metode pembekuan lambat. Sebanyak 226 oosit kualitas A dan B dimatangkan sebelumnya pada media pematangan TCM-199 dengan penambahan alfa tokoferol 150 μM, kemudian diawetkan dalam media pembekuan lambat dengan penambahan alfa tokoferol 0 μM (KK), 100 μM (KP1), 150. μM (KP2), dan 200 μM (KP3). Dalam media pembekuan lambat, etilen glikol 10% dan sukrosa 0,1 M juga ditambahkan. Evaluasi oosit dilakukan setelah 7 hari disimpan dalam nitrogen cair (-196 oC), meliputi morfologi oosit dan viabilitas oosit menggunakan pewarna Hoechst dan Propidium Iodide (PI). . Berdasarkan hasil yang diperoleh, persentase oosit normal pasca kriopreservasi adalah 0 μM (67,86%), 100 μM (68,42%), 150 μM (74,58%), dan 200 μM (61,11%). Persentase oosit hidup setelah kriopreservasi adalah 0 μM (76,79%), 100 μM (80,70%), 150 μM (86,44%), dan 200 μM (70,37%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan antioksidan alfa tokoferol tidak berpengaruh terhadap kualitas oosit pasca kriopreservasi, namun terdapat kecenderungan peningkatan kualitas seiring dengan peningkatan dosis alfa tokoferol. Pada penelitian ini penambahan 150 μM alfa tokoferol dalam media pembekuan lambat merupakan dosis terbaik dalam menjaga kualitas oosit hingga pasca kriopreservasi, walaupun tidak signifikan.
ABSTRACT
The study was conducted to evaluate the addition of alpha tocopherol antioxidants in slow freezing media on the oocyte quality of arrowroot sheep until cryopreservation using the slow freezing method. A total of 226 oocytes of A and B quality were pre-ripened on the TCM-199 ripening medium with the addition of 150 μM alpha tocopherol, then preserved in slow freezing media with the addition of alpha tocopherol 0 μM (KK), 100 μM (KP1), 150. μM (KP2) , and 200 μM (KP3). In slow freezing medium, 10% ethylene glycol and 0.1 M sucrose were also added. Oocyte evaluation was carried out after 7 days of storage in liquid nitrogen (-196 oC), including oocyte morphology and oocyte viability using Hoechst and Propidium Iodide (PI) stains. . Based on the results obtained, the percentage of normal oocytes after cryopreservation were 0 μM (67.86%), 100 μM (68.42%), 150 μM (74.58%), and 200 μM (61.11%). The percentage of live oocytes after cryopreservation was 0 μM (76.79%), 100 μM (80.70%), 150 μM (86.44%), and 200 μM (70.37%). The results showed that the addition of alpha tocopherol antioxidants did not affect the quality of post-cryopreservation oocytes, but there was a tendency to increase in quality along with the increase in alpha tocopherol doses. In this study, the addition of 150 μM alpha tocopherol in slow freezing medium was the best dose in maintaining oocyte quality until post cryopreservation, although it was not significant.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Irawati Soeria Santoso
Abstrak :
Angiogenesis dalam keadaan normal mempunyai peranan antara lain dalam pertumbuhan dan penyembuhan jaringan. Beberapa zat dapat mempengaruhi proses angiogenesis. Zat yang dapat merangsang keaktifan angiogenesis dapat dipakai untuk merangsang pertumbuhan atau penyembuhan jaringan. Sebaliknya, zat yang dapat menekan proses angiogenesis dapat dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan sel-sel tumor. Zat antioksidan dapat menghambat kerusakan jaringan dengan menghambat pembentukan gugus radikal bebas yang berlebihan. Beberapa vitamin seperti vitamin A (beta karoten), vitamin C (asam askorbat) dan vitamin E (alfa tokoferol) mempunyai sifat sebagai antioksidan. Yang menjadi permasalahan ialah apakah vitamin A, vitamin E dan vitamin C mempunyai efek terhadap keaktifan angiogenik. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin A, vitamin C dan vitamin E yang mempunyai sifat antioksidan terhadap keaktifan angiogenik. Pada penelitian ini dipergunakan jaringan endometrium dari tikus putih (W Ct star) pada kehamilan hari ke 5. Saringan endometrium dari setiap tikus dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok 1 direndam dalam RPMI 1640 + vitamin A, kelompok 2 direndam dalam RPMI 1540+ vitamin C dan kelompok 3 dengan RPMI 1640 + vitamin E. Kelompok 4 sebagai kontrol, jaringan direndam dalam RPMI 1640. Semua jaringan diinkubasi pada suhu 37 derajat C , 5 % C02 selama 60 menit. Pemeriksaan angiogenesis dilakukan dengan metoda Folkman. Eksplan jaringan endometrium yang dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 500 um , ditempatkan dalam matriks gel kolagen 3 dimensi yang berisi sel endotel (HUVEC) dalam media NCTC dan FCS. Eksplan tersebut dikultur selama 96 jam. Potensi angiogenik endometrium diukur dengan derajat migrasi sel endotel menuju jaringan yang ditanam ( skor 0 - 4 ). Skor aktifitas angiogenik adalah Mode dari skor angiogenik eksplan yang ditanam pada setiap cawan kultur. Untuk mengetahui perbedaan skor angiogenik setiap kelompok digunakan analisa dengan Chi-squared test dengan p t 0.05 dan derajat kebebasan (k-1)(b-1). Telah diperiksa aktivitas angiogenik 17 tikus. Dibandingkan dengan kontrol, maka pemberian vitamin A, vitamin C dan vitamin E memberikan skor aktivitas angiogenik yang lebih baik. Namun perbedaan ini tidak bermakna. Skor aktivitas angiogenik pada pemberian vitamin A dan C adalah 1 sedangkan vitamin E mendekati 1 dan pada kontrol lebih rendah sedikit dari pemberian vitamin E. Semula diduga bahwa vitamin A akan menekan proses angiogenesis namun dalam penelitian ini pemberian vitamin A memberikan hasil meningkatkan skor aktivitas angiogenesis. Mungkin hal ini disebabkan oleh dosis vitamin yang diberikan dan sifat vitamin A yang dapat menghambat pertumbuhan sel endotel (retinol babas) dan merangsang pertumbuhan sel (beta karoten dan retinol yang berikatan dengan protein -karier). Sebagai kesimpulan dalam penelitian ini ialah vitamin yang mempunyai sifat sebagai antioksidan walaupun tidak bermakna namun dapat memperbaiki skor angiogenesis dan mungkin dapat dikembangkan sebagai terapi tambahan disamping terapi konvensional pada beberapa penyakit di klinik. ......Angiogenesis is an important physiologic process, which plays an essential role in normal tissue growth or repair. Several substances have been known to modulate angiogenic activity and can therefore be used either to stimulate or inhibit angiogenesis. Antioxydants are known to check tissue injury by inhibiting the formation of free radicals. vitamins A (beta carotene), C (ascorbic acid.), and E (alpha tacopherol) have antioxydant properties. The problem is to determine if these vitamins can also affect angiogei is activity. The purpose of this study is to investigate whether the antioxydant properties of vitamins A, C, and E can affect angiogenesis. Endometrial tissue samples were obtained from white rats (Wistar) on the fifth day of pregnancy. Samples from each rat were divided into 4 portions. The first portion was put into a solution of RPMI 1640 and vitamin A, the second into RPMI 1640 and vitamin C, and the third into RPMI 1640 and vitamin E. The last portion, as control, was put into a solution containing only RPMI 1640. All portions.were incubated at 37°C with 5% C02 for 60 minutes. Angiogenic assay followed the Folkman method. Explants from endometrial tissue were finely chopped into pieces smaller than 500 um and placed in a 3 dimensional collagen gel matrix containing endothelial cells (HUVEC) in NCTC and FCS media. the explants were cultured for 96 hours. Endometrial angiogenic potential were quantified by the degree of endothelial cell migration towards the explants, with a possible score of 0 - 4. The angiogenic activity score is the mode of the explant angiogenic score in each culture dish. Statistical analysis by using the chi-squared test with p<0.OOF. and a degree of freedom of (k-l) (b-1) was used to determine the difference in angiogenic score of each portion. The angiogenic activity of samples from 17'female white rats was evaluated. Vitamins A, C, and E was found to produce a higher score when compared to control. The difference was however not statistically significant. In samples given vitamins A and C the score was 1, while in samples with vitamin E the score was slightly less than 1. The score in the control batch was a little bit less than the vitamin E score. It was thought that vitamin A will inhibit angiogenesis, but this study showed that vitamin A enhanced angiogenic activity. This is probably caused by incorrect dosage, or the characteristics of vitamin A itself. Free retinal has been known to inhibit endothelial cell growth, while beta carotene and retinal bound to protein carriers may stimulate cell growth. From this study it can be concluded that vitamins with antioxydant properties can slightly increase angiogenic scores, and may be developed into an adjuvant tc conventional clinical therapy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library