Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Fristy Syahara
Abstrak :
Tesis ini mengkaji pembentukan pemahaman baru mengenai gender dan seksualitas pada diri penggemar laki-laki melalui keterlibatan mereka dalam konsumsi dan produksi AU boys love. AU boys love merupakan subgenre dari fanfiction yang berfokus pada hubungan romantis antara laki-laki dengan menggunakan idola Kpop sebagai visualisasi. Penelitian dilakukan di media sosial twitter dengan menggunakan pendekatan Cyber Ethnography dan dianalisis menggunakan dua konsep teoritik yaitu undoing gender dan matriks heteroseksual dari Judith Butler. Adanya kebingungan akan orientasi seksual juga ketertarikan terhadap Kpop, membuka jalan menuju konsumsi AU boys love. Melalui konsumsi AU boys love dan interaksi dalam ruang virtual, penggemar diberikan gambaran serta informasi mengenai kehidupan gay. Temuan riset menunjukkan bahwa kehadiran matriks heteroseksual memicu terjadinya pembatalan gender, dan ruang virtual boys love menjadi media yang menjembatani hal ini. Sebagai media yang mampu memberikan ruang dan wawasan bagi penggemar, sehingga penggemar dapat mengkonfirmasi ketertarikan mereka terhdap laki-laki, juga melakukan pembatalan gender tidak hanya di dunia maya, juga di dunia nyata. Upaya pembatalan gender dilakukan dengan cara mengungkapkan ketertarikan terhadap laki-laki, aktif dalam berkencan dan berhubungan seksual, serta menjadikan pengalaman percintaan dan seksual yang mereka miliki sebagai inspirasi untuk memproduksi AU boys love. Saya berargumen bahwa konsumsi dan produksi AU boys love membentuk suatu ruang virtual yang dapat membantu penggemar untuk menerima diri dan orientasi seksualnya, juga melakukan pembatalan gender sehingga dapat membentuk diri mereka saat ini. ......This thesis examines the formation of a new understanding of gender and sexuality in male fans through their involvement in the consumption and production of AU boy’s love. AU boy’s love a subgenre of fanfiction that focuses on romantic relationships between boys using K-pop idols as visualizations. The research was conducted on Twitter social media using the Cyber Ethnography approach and analyzed using two theoretical concepts: Heterosexual Matrix and Undoing Gender from Judith Butler. Confusion about sexual orientation and interest in K-pop, paving the way for consuming AU boy’s love. Through consuming AU boy’s love and interactions in virtual space, fans are given an overview and information about gay life. Research findings show that that the presence of the heterosexual matrix triggers undoing gender, and the virtual space of a boy's love becomes a medium that bridges this. As a medium that can provide space and insight for fans, so that fans can confirm their attraction to men, it also carries out undoing gender in cyberspace and the real world. Efforts to undoing gender are carried out by expressing interest in men, being active in dating and having sexual relations, and using their romantic and sexual experiences as inspiration for producing AU boy's love. I argue that the consumption and production of AU boy's love forms a virtual space that can help fans to accept themselves and their sexual orientation, as well as Undoing gender so they can shape who they are today.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Aloina Majesty
Abstrak :
Penelitian ini menekankan peran media dalam mengkonstruksi dan menyebarkan konten yang membentuk persepsi penggemar terhadap realitas asli dan realitas semu. Penelitian ini mengkaji Alternate Universe (AU) di X (Formerly Twitter) sebagai salah satu bentuk media di ruang digital dengan dasar berpikir teori Computer Mediated Communication (CMC). Penggemar AU dengan face-claim grup idola K-Pop Neo Culture Technology (NCT) menjadi fokus pada penelitian ini. Hiperrealitas yang dialami penggemar dalam studi ini dilihat melalui beberapa konsep: media sebagai simulasi, pengaburan realitas nyata dan semu, multiplisitas realitas dan partisipasi dalam hiperrealitas. Menggunakan strategi penelitian etnografi digital, penelitian ini mengkaji pengalaman dan aktivitas informan yang secara unik mengkonstruksi hiperrealitas sebagai penggemar AU NCT di X (Formerly Twitter) secara kualitatif. Melalui wawancara mendalam terhadap empat orang informan, ditemukan bahwa penggemar membangun pengalaman hiperrealitas melalui konsumsi AU, yang mengarah pada pengaburan realitas nyata. Meski demikian, kegiatan ini memantik partisipasi aktif dalam konsumsi dan produksi AU. Temuan menunjukkan bahwa penggemar mengalami tiga fase hiperrealitas (simulacra sebagai cerminan realitas, menutup reaitas, dan menutupi realitas) yang berkontribusi terhadap konstruksi budaya penggemar dan budaya partisipatif. Hiperrealitas yang dialami penggemar mengarah pada berkembangnya budaya penggemar dan budaya partisipatif, sehingga mengubah penggemar dari konsumen pasif menjadi produsen aktif fiksi penggemar AU. ......This research emphasizes the role of the media in constructing and disseminating content that shapes fans' perceptions of real reality and pseudo reality. This research examines Alternate Universe (AU) on X (Formerly Twitter) as a form of media in the digital space based on Computer Mediated Communication (CMC) theory. AU fans with the face-claim of the K-Pop idol group Neo Culture Technology (NCT) are the focus of this research. The hyperreality experienced by fans in this study is seen through several concepts: media as simulation, blurring of real and pseudo reality, multiplicity of realities and participation in hyperreality.Using a digital ethnographic research strategy, this research qualitatively examines the experiences and activities of informants who uniquely construct hyperreality as NCT AU fans on X (Formerly Twitter). Through in-depth interviews with four informants, it was found that fans construct hyperreality experiences through AU consumption, which leads to the blurring of real reality. However, this activity sparked active participation in AU consumption and production. The findings show that fans experience three phases of hyperreality (simulacra as a reflection of reality, covering up reality, and covering up reality) which contribute to the construction of fan culture and participatory culture. The hyperreality experienced by fans leads to the development of fan culture and participatory culture, thereby changing fans from passive consumers to active producers of AU fan fiction.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Prasetyaningtyas
Abstrak :
eberadaan fanfiksi pada era modern ini tersebar ke berbagai platform. Salah satu bentuk fanfiksi adalah fanfiksi semesta alternatif atau alternate universe (AU) yang populer di media sosial Twitter. Semesta alternatif adalah sebuah genre fiksi dengan latar tempat dan latar waktu yang berbeda dengan realitas asli dari semesta alternatif tersebut. Fanfiksi ini menciptakan fenomena baru dengan kemunculan istilah “Cowok AU” dalam lingkup komunitas penggemar di Twitter. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan menjelaskan karakteristik tokoh utama laki-laki pada fanfiksi yang diambil sebagai data kajian, serta merumuskan tipe karakter yang ada pada fanfiksi tersebut sebagai data terkait. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif-analitis melalui studi pustaka dan pengumpulan pendapat karakteristik “Cowok AU” menurut pembaca melalui kuesioner. Analisis penokohan ini didasarkan pada pengertian oleh Sudjiman (1988), yaitu tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau tindakan dalam berbagai kejadian dalam cerita. Melalui pemaparan analisis penelitian ini, penokohan dalam fanfiksi terkait menghasilkan beberapa karakteristik yang dapat disebut sebagai “Cowok AU”. ......Fanfiction can be found in many platform in this era of modernism. Alternate universe fanfiction is one of the type of fanfiction that popular in social media Twitter. Alternate universe or semesta alternatif is one of a fiction genre which the time frame and the setting is different from its original setting of its alternate universe. This fanfiction create a new term “Cowok AU” within the fan community in Twitter. Thus, this research aim to analyze the characteristics of the characters, and also to formulize the type of the characters in the fanfiction as the related data. The method of this research is descriptive-analytical through a literature study and collecting the reader’s idea of “Cowok AU” characters through questionnaire. This research analysis based on Sudjiman (1988), that characters of a story is a created figure that experienced incident or action within the event in the story. Through the analysis, the characters in the related fanfiction has generated a few characteristics that could be called “Cowok AU”.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Puput Tripeni Juniman
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji resepsi pembaca fan fiksi subgenre alternate universe (AU) yang menggunakan face claim atau visualisasi tokoh di media sosial Twitter. Penelitian ini melihat AU dalam ruang media baru yang mesti dipahami dalam konteks transmedia storytelling dan budaya konvergensi atau convergence culture . Studi resepsi encoding/decoding dari Stuart Hall digunakan untuk memahami fenomena yang diteliti. Penulis AU dan enam pembaca menjadi sumber data dalam penelitian kualitatif interpretif yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga posisi pembacaan: dominan, negosiasi, dan negasi, namun ketiganya bersifat dinamis dan bukan trikotomis seperti asumsi Stuart Hall. Hubungan parasosial, pengalaman, posisi sosial, emosional, kecakapan terhadap teknologi, dan sosiodemografi pembaca dalam proses resepsi menciptakan posisi pembacaan yang dinamis dan kontekstual. Rekomendasi terkait studi kedepan dan implikasi praktis diajukan dalam tesis ini. ......This research examines fan fiction readers' receptions of Alternate Universe (AU) using face claims or face visualization on Twitter. This research sees AU in a new media space that must be understood in the context of transmedia storytelling and convergence culture. Stuart Hall's encoding/decoding reception study is used to understand the phenomenon under study. The AU writer and six readers became the data sources in the interpretative qualitative research conducted. The results show that there are three reading positions: dominant, negotiation, and negation, but the three are dynamic and not trichotomous as assumed by Stuart Hall. The reader's parasocial, experiential, environmental, emotional, technological, and sociodemographic relationships in the reception process create dynamic and contextualized reading positions. Recommendations regarding future research and practical implications are proposed in this thesis.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shastia Chita Adedisza
Abstrak :
Campur kode adalah fenomena bahasa ketika terdapat penggunaan lebih dari satu bahasa dalam suatu tuturan atau wacana. Fenomena campur kode dapat ditemukan dalam wacana lisan dan tulis. Penggunaan campur kode dalam data tertulis banyak terdapat dalam karya fan fiksi alternate universe (AU) di Twitter. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan bentuk dan jenis campur kode yang terdapat dalam AU. Data bersumber dari kumpulan AU karya akun Twitter @NAAMER1CANØ. Karya yang digunakan adalah AU dari cerita Jagat & Sodkat periode Agustus 2022, yaitu (1) “Dipertemukan pendidikan, disatukan kesalahpahaman, namun harus dipisahkan oleh masa depan”; (2) “Saya bukan Jagat yang dulu”; dan (3) “Belajar Gitar”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan berlandaskan teori campur kode. Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil berupa campur kode berbentuk kata, frasa, klausa, baster, reduplikasi kata, dan idiom. Selain itu, ditemukan 3 jenis campur kode, yaitu campur kode ke dalam, campur kode ke luar, dan campur kode campuran. ......Code-mixing is a language phenomenon when there is the use of more than one language in an utterance or discourse. The phenomenon of code-mixing can be found in spoken and written discourse. There are many uses of code-mixing in written data, one of which is in the work of alternate universe fan fiction (AU) on Twitter. This study aims to explain and describe the form and type of code-mixing contained in AU. The data comes from a collection of AUs by the Twitter account @NAAMER1CANØ. The works used are AUs from the Jagat & Sodkat story in the August 2022 period, namely (1) “Dipertemukan pendidikan, disatukan kesalahpahaman, namun harus dipisahkan oleh masa depan”; (2) “Saya bukan Jagat yang dulu”; and (3) “Belajar Gitar”. This research uses descriptive qualitative method based on the theory of code-mixing. Based on the research, the results obtained in the form of code- mixing in the form of words, phrases, clauses, baster, word reduplication, and idioms. In addition, 3 types of code-mixing were found, namely inner code-mixing, outer code-mixing, and hybrid code-mixing.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library