Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gainsford, Ian Derek
Oxford; Boston: Wright , 1992
617.695 GAI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Indriani
Abstrak :
Penumpatan gigi yang berlubang dengan menggunakan bahan tumpat gigi sering dilakukan. Alasan dilakukannya penumpatan lubang gigi adalah mencegah perluasan lubang menjadi lebih besar dan juga menjaga kesehatan struktur gigi yang tersisa. Jenis bahan tumpat gigi yang paling sering digunakan di rumah sakit, puskesmas, dan klinik pribadi ialah bahan tumpat amalgam, GIC, dan resin komposit. Tujuan : Tujuan dari survei ini adalah untuk memaparkan penggunaan bahan tumpat amalgam, GIC, dan resin komposit di RSGMP FKG UI pada tahun 2005, 2006, dan 2007. Metode : Survei ini merupakan survei deskriptif dengan melakukan pengambilan data sekunder dari kartu status pasien konservasi RSGMP FKG UI pada tahun 2005, 2006, dan 2007. Jumlah subyek survei yang diambil adalah 364 kartu status, yang kemudian dikategorikan menurut waktu penumpatan, usia pasien, jenis kelamin, dan regio gigi yang ditumpat. Hasil : Didapatkan informasi bahwa pasien dewasa paling sering mendapatkan perawatan restorasi, pasien wanita lebih banyak mendapatkan perawatan restorasi, regio posterior lebih banyak direstorasi, dan tahun 2007 merupakan waktu penumpatan paling banyak dilakukan. ...... Teeth restorations using restorative materials are often implemented. The reasons of restoring caries are to prevent it become larger and to conserve tooth structure remains. Restorative materials which are most often used in hospitals, public health center, and private clinic are amalgam, GIC, and composite resin. Objective : Objective of this survey is to describe the usage of amalgam, GIC, and composite resin at RSGMP FKG UI in 2005, 2006, and 2007. Method : This survey is a descriptive survey by collecting secondary data from restored patients?s dental status at RSGMP FKG UI in 2005, 2006, and 2007. Total of survey subjects taken are 364 dental status, which are then categorized based on time of restoration, patients?s age, sex, and restored tooth region. Result : It is known that there are differences between the usage of amalgam, GIC, and composite resin based on time of restoration, patients?s age, sex, and restored tooth region ; adults are more often to get teeth restorations than children, teenagers, and elderly persons ; women are more often to get teeth restorations than men ; posterior teeth are more often to be restored than anterior teeth ; and year 2007 is a year when the most restorations are implemented.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ellyza Herda
Abstrak :
ABSTRAK Amalgam merupakan bahan tambal gigi yang sampai saat ini masih cukup luas pemakaiannya. Paduan amalgam yang diproduksi di Indonesia adalah paduan amalgam konvensional atau Low Copper Amalgam Alloys. Pada penelitian ini akan dibuat paduan amalgam modern atau High Copper Amalgam Alloys dengan penambahan Palladium. Sebagal kontrol dipakai High Copper Amalgam Alloys komersil merk Solila Nova. Teknik pembuatan atau proses pabrikasi dari High Copper Amalgam Alloys dilakukan sama seperti pembuatan Low Copper Amalgam Alloys. Komposisi dan struktur fasa dari paduan amalgam dan amalgam ditentukan dengan teknik diffraksi sinar-X. Sedangkan untuk melihat sifat muai panas dan efek penambahan Palladium pada amalgam digunakan teknik Dilatometri. Dari hasil analisa diffraksi sinar-X didapat hasil bahwa High Copper Amalgam Alloys yang telah dibuat dan Solila Nova terdiri dari fasa y (Ag3Sn) dan fasa c (CusSn), dan kedua fasa tersebut mempunyai struktur ortorombik. Sedangkan fasa-fasa pada High Copper Amalgam dari paduan tersebut terdiri dari fasa yl (Ag2Hgs) yang mempunyai struktur kubus, fasa ii (Cu6Sn5) berstruktur heksagonal dan fasa y (AgsSn) sisa yang tidak bereaksi. Pada High Copper Amalgam tidak terdeteksi adanya fasa y2 (Sn7Hg) yaitu fasa yang terlemah pada struktur mikro amalgam. Efek dari penambahan Palladium pada amalgam dapat dilihat dari hasil analisa muai panas dengan Dilatometer dan diffraksi sinar-X pada amalgam setelah pemanasan Penambahan Palladium sampai 1% berat membentuk amalgam yang stabil.
ABSTRACT Amalgam restorations constitute the large majority of all permanent fillings used by Dentist to repair revages of dental caries. Amalgam Alloys that are produced in Indonesia are known as Conventional Amalgam Alloys or Low Copper Amalgam Alloys. The purpose of this investigation is to produce Modern Amalgam Alloys or High Copper Amalgam Alloys with Palladium Additives. The commercially available High Copper Amalgam Alloys, under the trade name Solila Nova was used as a reference. The manufacturing process and procedure to obtain the Modern Amalgam Alloys were the same as the ones to produce Low Copper Amalgam Alloys. The High Copper Amalgam Alloys and their amalgams were analyzed to determine the phase compositions and structures by using X-Ray Diffraction techniques. The thermal behavior and the effect of Pd additives in High Copper Amalgam were determined by using Dilatometry techniques. The results of this investigation indicate that the High Copper Amalgam Alloys consist of y (Ag3Sn) and c (Cu3Sn) phases, which are similar as the reference Solila Nova Alloys. The structures of these phases are orthorhombic. The phases of the amalgams of these alloys consist of yl (Ag2 Hgs) and 17 (Cu8Sn$) phases, and the un-reacted particles of y (Ag3Sn), with no detectable y2 (SngHg), since y2 phase in dental amalgam is the weakest phase. The yl crystallizes as a cubic while the phase has hexagonal structure. By Dilatometry techniques the effect of Palladium additives indicate that an increase of Pd in amalgam up to 1 wt % stabilizes the set amalgam.
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangerapan, Elizabeth
Abstrak :
ABSTRAK
Restorasi amalgam sampai sekarang masih digunakan oleh dokter gigi. untuk memperbaiki struktur gigi belakang yang rusak atau hilang karena cara kerjanya mudah, kebaikan sifat fisiknya dan harganya relatif murah.

Masalah yang sering terjadi pada restorasi amalgam adalah terjadinya kanes sekunder akibat kebocoran mikro maupun akibat pecahnya bagian tepi restorasi. Salah satu usaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah menggunakan bahan bonding resin adhesif untuk mengikat amalgam dan jaringan gigi secara kimiawi dan mekanik. Tehnik ini disebut sebagai restorasi bonded amalgam.

Telah dilakukan penelitian secara in vitro mengenai perbedaan kekuatan ikat resin adhesif pada restorasi amalgam tembaga rendah dan restorasi bonded amalgan tinggi. Penelitian ini dilakukan secara laboratorik buah gigi premolar/molar permanen manusia. Bahan yang digunakan adalah resin adhesif Panavia-Ex, amalgam tembaga rendah dan amalgam tembaga tínggi yang mempunyai type partikel yang sama, yakni ?lathe-cut?. Kekuatan ikat ?shear? dan kekuatan ikat kompresi diuji dengan alat ui Instron dan ciihitung dalam MPa.

Dari hasil uji kekuatan ikat shear dan kekuatan ikat kompresi ternyata kekuatan ikat restorasi bonded amalgam tembaga rendah lebih besar daripada amalgam tembaga tinggi. Dengan pengkajian secara statistik menggunakan ANOVA TWO WAYS, memberikan perbedaari yang bermakna. Ini menunjukkan bahwa resin acihesif lebih kuat terikat pada amalgam tembaga rendah danipada amalgam tembaga tinggi dan penggunaan resin adhesif dapat rnenambah kekuatan tepi restorasi amalgam.
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ansar Basar
Abstrak :
Dalam penelitian ini dibandingkan kekuatan setelah 1 jam, 24 jam, dan satu minggu setelah kondensasi. Triturasi yang dibandingkan adalah secara manual dan mekanik. Diameter spesimen yang dipersiapkan adalah 4 mm, tinggi 8 mm dan jumlannya 60 spesimen. Tiap percobaan menggunakan 5 spesimen. Alat pengetes yang dipakai adalah Instron Universal Tester buatan Inggris tahun 1986. Kekuatan kompresif pada pengadukan mekanik lebih baik dibandingkan dengan cara pengadukan manual pada kedua jenis amalgam yang dipakai. Kekuatan kompresif amalgam high copper dengan triturasi mekanik lebih baik daripada amalgam konvensional pada situ jam dan 24 jam setelah kondensasi. Akan tetapi setelah satu minggu kekuatannya tidak berbeda bermakna. Amalgam yang dipakai adalah merek Solila untuk amalgam konvensional dan Solila Nova untuk amalgam dengan kandungan tembaga tinggi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Farida
Abstrak :
ABSTRAK
Sampai saat ini amalgam masih banyak digunakan di Kedokteran Gigi sebagai bahan tumpatan, mengingat harganya yang relatif murah, cara penggunaannya sederhana dan cukup kuat untuk menerima daya kunyah. Tetapi akhir-akhir ini dilaporkan bahwa amalgam dapat menyebabkan keracunan. Uap merkuri dari amalgam yang terhisap secara langsung dapat menyebabkan antara lain kegelisahan, kehilangan konsentrasi, ketakutan, depresi, pusing, lelah, lemah, kehilangan daya ingat, sulit tidur, gejala penyakit ginjal, tremor, bahkan dapat mengenai susunan saraf pusat. Dari aspek imunologik, juga dilaporkan adanya pengaruh merkuri tersebut terhadap proses tanggap kebal. Merkuri-protein yang terbentuk dalam rongga mulut dilaporkan dapat bertindak sebagai imunogen yang dapat menimbulkan respons imun. Mengingat bahaya merkuri seperti yang telah dilaporkan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah tumpatan amalgam yang mengandung merkuri tersebut berpengaruh terhadap proses tanggap kebal dalam rongga mulut dengan mengukur kadar IgA dalam saliva individu dengan tumpatan amalgam dengan alat turbitimer. Hasil kadar IgA dari masing masing grup dibedakan dengan Anova. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kadar IgA (x=99.25 IU/ml) dalam saliva individu dengan 1-4 tumpatan amalgam dan telah berada dalam rongga mulut kurang dari 5 tahun lamanya dibandingkan dengan kadar IgA dalam saliva kelompok individu tanpa tumpatan amalgam (x=59.88 IU/ml). Sedangkan grup individu dengan tumpatan amalgam lebih dari 5 tahun mempunyai kadar IgA yang lebih rendah (x=42.47 IU/ml) dibandingkan dengan grup kontrol maupun grup dengan tumpatan yang berada dalam rongga mulut lebih dari 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tumpatan amalgam dalam rongga mulut dapat bersifat imunogenik yang menimbulkan respons imun berupa peningkatan kadar IgA dalam saliva. Selain itu, tumpatan amalgam akan menekan proses tanggap kebal yang berupa penurunan jumlah kadar Ig-A dalam saliva apabila tumpatan ini dibiarkan lebih lama berada dalam rongga mulut (lebih 5 tahun). Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa tumpatan amalgam yang mengandung merkuri dapat mempengaruhi proses tanggap kebal terutama dalam rongga mulut sehingga kita perlu waspada dalam pemakaiannya sebagai bahan tumpatan gigi.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih
Abstrak :
This research was carried out to study the difference in the antibacterial capacity of two kinds of filling materials, namely amalgam and composite resin, on S. mutans KPSK2 bacteria with different times of treatment. In total, 48 amalgam and composite resin samples each were prepared and then divided into four groups of treatment. Of each group, 6 samples were used to count the number of bacterial colonies and 6 samples to count the right obstacle zone. The results show that the best antibacterial capacity of composite resin occured within one week, while for amalgam the best performance appears within one day. The antibacterial capacity of flourine containing composites is stronger than that of amalgam for a time of 1 to 2 weeks.
Jakarta: Journal of Dentistry Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Warsono Soemadi
Abstrak :
ABSTRAK Pembangunan suatu negara tidak hanya melakukan pembangunan fisik saja, tetapi harus juga diperhatikan pembangunan kesehatan, dan salah satunya adalah kesehatan gigi. Departemen Kesehatan melalui Direktorat Kesehatan Gigi mencanangkan program pembangunan jangka panjang tahap ke dua dengan meningkatkan pelayanan kesehatan gigi masyarakat menuju tahun 2000. Pelayanan kesehatan gigi masyarakat yang sering dilakukan pada orang dewasa maupun anak-anak adalah melakukan perawatan yaitu penambalan gigi, dengan menggunakan bahan tambal amalgam gigi yang mengandung Merkuri = Hg. Merkuri mempunyai sifat sangat beracun bagi tubuh manusia dan mudah menguap. Merkuri dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui pencernaan, pernafasan dan peresapan melalui kulit, serta dapat merusak susunan saraf pusat, ginjal, hati dan organ tubuh lainnya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya gambaran kadar Hg dalam urine pada anak yang gigi susunya ditambal dengan bahan tambal amalgam gigi yang mengandung Hg. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar Hg dalam urine dan rnegetahui hubungan antara bahan tambal amalgam pada gigi susu dengan kadar Hg dalam urine dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan data primer dengan rancangan penelitian analitik dan pendekatan cross- sectional, sampel berjumlah 40 anak, dengan variabel bebas meliputi jenis kelamin, umur, lama penarnbalan gigi, jumlah penambalan gigi, sedangkan variabel terikat yaitu kadar Hg dalam urine. Disamping itu dalam penelitian juga akan dilihat mengenai hubungan antara bahan tambal amalgam pada gigi susu dengan kadar Hg dalam urine, dengan mengambil sampel anak yang datang berobat di poliklinik Bagian Gigi Anak Universitas Indonesia Nopember 1993 - Mei 1994, dan dikumpulkan contoh urine anak yang gigi susunya ditambal dengan bahan tambal amalgam gigi. Alasan diambil sampel anak, karena anak belum banyak tercemar dan ingin dilihat secara dini pengaruh Hg dalam tubuh dengan melalui urine. Gambaran distribusi menurut jenis kelamin perempuan dan laki-laki sama jumlahnya yaitu 20 anak, rata-rata umur anak 7 tahun 3 bulan, rata-rata lama penambalan gigi 132 hari, jumlah penambalan gigi 1 - 3 gigi dan rata-rata kadar Hg dalam urine 93,98 141. Hasil penelitian untuk variabel jenis kelamin didapatkan bahwa secara statistik ada hubungan bermakna dengan kadar Hg dalam urine (p=001). Kelompok laki-laki mempunyai rata-rata kadar Hg dalam urine lebih tinggi dibandingkan kelompok perempuan. Hasil penelitian didapatkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara umur dengan kadar Hg dalam urine (p=O,3d). Rata-rata kadar Hg dalam urine untuk kelompok umur >87 bulan lebih rendah dibandingkan kelompok umur <87 bulan. Hubungan antara lama penambalan dengan kadar Hg dalam urine secara statistik hubungannya juga tidak bermakna (p1.OO). Terlihat rata-rata kadar Hg dalam urine untuk lama penambalan >69 hari lebih besar dibandingkan dengan lama penambalan < 69 hari. Hubungan yang tidak bermakna ditemukan juga untuk variabel jumlah penambalan dengan kadar Hg dalam urine (p=1.00). Terlihat rata-rata kadar Hg dalam urine untuk kelompok jumlah penambalan >1 gigi lebih tinggi dibandingkan kelompok jumlah penambalan 1 gigi. Dalam hal ini anak kemungkinan mendapatkan paparan Hg dari bahan tambal amalgam gigi, kemungkinan lain tidak didapatkan hubungan bermakna karena makin bertambah umur makin berkurang dengan hilangnya gigi susu. Dalam pembahasan setelah dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu >4 µg/l dan <4 μg/l, terlihat bahwa kadar Hg dalam urine >4 µg/1 sebanyak 92,5%, dengan demikian dari seluruh responden, hampir semuanya sudah terancam penyakit yang diakibatkan oleh kadar Hg dalam tubuh. Dan hasil penelitian berdasarkan mean rank didapatkan kadar Hg dalam urine laki-laki lebih besar daripada perempuan, dan ditemukam hubungan bermakna menurut jenis kelamin (p=0,001), Sedangkan menurut variabel umur, lama penambalan dan jumlah penambalan tidak ditemukan hubungan bermakna. Dari hasil penelitian dengan melihat perbedaan proporsinya, walaupun kadar Hg dalam urine laki-laki lebih tinggi dengan kadar Hg dalam urine perempuan, tetapi setelah diuji secara statistik tidak ditemukan hubungan yang bermakna, juga menurut variabel umur, lama penambalan dan jumlah penambalan tidak ditemukan hubungan bermakna. Kesimpulan dalam penelitian ini ditemukannya lebih dari 90 % responden mempunyai kadar Hg dalam urine diatas normal (4 μg/l), secara statistik ditemukan hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan kadar Hg dalam urine, dimana laki-laki mempunyai kadar Hg dalam urine lebih tinggi daripada perempuan. Tidak ditemukannya secara statistik hubungan bermakna antara umur, lama penambalan dan jumlah penambalan terhadap kadar Hg dalam urine.
ABSTRACT Community dental health service for both the adults and children has often been mainly filling the teeth using dental amalgam containing Mercury (Hg). Mercury has poisonous property to the human body as well as evaporate vapor, and absorbed through skin. Healing in and penetration through also and can damage the brain centre, kidney, liver, and body organs. The problem in this research is that the Hg content in the urine of the children with amalgam filling content Hg, has not been assessed. The research goal is to investigate the Hg content in mine and to investigate the relation between amalgam filling, Hg in the urine and the various influencing factors. This research collected primary data with analytics research pattern and cross-sectional approach. The sample size is 40 children, with independent variable sex, age, length of time of teeth, the number of filled teeth, while dependent variable is the Hg content in urine. However, in this research we can also investigate the relation between the amalgam filling material that is used to fill the deciduous teeth and Hg content in urine, from the children, attending Children Dental Polyclinic, University of Indonesia, between November 1993 - May 1994, as the sample and connecting the sample of urine in children which their teeth filled with dental amalgam. The 'reason using children as sample is that they're still pure try to assess the earliest side effect of Hg in human body through urine. The distribution of female and male is the equal, 20 children of each, and, the average is 7 years 3 months, the average of filling teeth duration is 132 days, total filled teeth is 1-3 teeth and Hg content's average in urine is 93,89 µg11. The result of research showed that sex has been found to be statistically significant relation with Hg content in urine (p= 0,001). Male group have Hg content's average in urine higher than female group. Research result has shown that there is no statistical relation between age and the Hg content's in urine (p=0,30). Hg content's average in urine in the >87 months age group is lower than the 587 months age group. The relationship between filling duration and Hg content in urine statistically are not significant (p=1.00). The average of Hg content in urine for >69 days filling duration is bigger than 569 days filling duration. No significant relationship also found for the number of filling with Hg content in urine (p=1,00). The average Hg content in urine in the group with more the one tooth filled is higher than the group with only one tooth filed. In this matter, the children are exposed to Hg from amalgam filling, and another possibility, there's no significant relationship due to higher the age the amalgam filling has been reduced due to exfoliation of the milk teeth more lack of amalgam. In the discussion, after grouping into two groups that is >4 µg/l and 54 μg/l, it showed that the Hg content in wine >4 µg/l is 92,5%. Therefore, from all of the respondents, nearly all of them have already been threatened by the disorder due to Hg content in the body. From the research's result based on the mean rank it has been found that the Hg content in the male urine is higher than female, and significant relationship on sex has been found (p=0,001}. By age group duration of filling and the number of filling, no significant relationship has been found. From the research result by observing the proportion's differences, although the Hg content in male urine is higher than the Hg content in female urine, but after being tested statistically there's no significant relationship, the same result is found also by age variable, duration of fillings and number of filling. The conclusion of the research is that more than 90% respondents has been found to have Hg content in urine above normal (4 μg/l), statistically a significant relationship has been found between sex and the Hg content in wine, in which males have Hg content in urine higher than female. There's no statistically significant relationship between age, duration of tilling and the number of filling toward the Hg content in urine.
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosi Kusuma Eriwati
Abstrak :
ABSTRAK Amalgam Kandungan Tembaga Rendah merupakan bahan tambal Amalgam konvensional, yang telah pula diproduksi di Indonesia. Walaupun komposisi Amalgam telah banyak berubah dengan adanya Amalgam Tembaga Tinggi tetapi nyatanya Amalgam Tembaga Rendah masih banyak digunakan dan diteliti untuk mendapatkan sifat fisik dan mekanis yang lebih baik: Telah dilaporkan bahwa Seng dapat mempengaruhi sifat fisik dan mekanis serta manipulasi klinis dari bahan tambal Amalgam. Telah diteliti tujuh macam aloi Amalgam Tembaga Rendah yang dibuat dengan penambahan Seng dari 0% - 2,5% disertai 2 macam Amalgam komersial sebagai pembanding. Hasil aloi. Amalgam dan spesimen Amalgamnya diteliti. dengan menggunakan teknik Difraksi Sinar X untuk mengidentifikasi. fasa yang terjadi. Untuk mengetahui sifat ekspansi panas, spesimen Amalgam diteliti dengan menggunakan teknik .Dilatometer sampan pemanasan suhu I50°C. Spesimen Amalgam yang telah dipanaskan kemudian diperiksa lagi dengan teknik Difraksi Sinar X untuk mengobservasi perubahan fasa yang mungkin terjadi akibat pemanasan tersebut. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa Aloi Amalgam Tembaga Rendah terdiri dari fasa utama γ (Ag3Sn) dan sebagian kecil fasa ε (Cu3Sn). Sedangkan spesimen Amalgamnya terdiri dari fasa γ 1 (Ag2Hg3) , fasa γ2(Sn7-8Hg), fasa ή (Cu6Sn5 ) dan fasa γ (Ag3Sn) yang tidak bereaksi. Terhadap sifat ekspansi panas, ternyata Koefisien Ekspansi Panas meningkat dengan meningkatnya kadar Seng terutama pada suhu 50°-60°C . Disamping itu terjadi pula perubahan yang menyolok pada kurva ekspansi (kontraksi) yang menunjukkan terjadinya transformasi fasa pada Amalgam. Dari pemeriksaan Difraksi Sinar X pada spesimen Amalgam yang telah dipanaskan didapatkan bahwa intensitas difraksi dari, fasa γ 1 (Ag2Hg3 ) menurun sedangkan intensitas difraksi fasa γ(Ag3Sn) meningkat. Hal ini memperkuat hasil pemeriksaan Ekspansi panas bahwa telah terjadi transformasi fasa pada fasa γdan fasa γ 1.
ABSTRACT Low Copper Amalgam is a Conventional Amalgam for tooth restorations which has also been produced in Indonesia. Although the composition of-the alloy have been modified to produce modern High Copper Amalgams , Low Copper Amalgams are still largely used and investigated to produce a better clinical, physical and mechanical behavior. The presence of Zinc has been reported to affect the clinical, physical and electrochemical behavior of the amalgam. Seven Low Copper Amalgam Alloys containing 0% - 2,5% of Zinc have been made and two commercial Low Copper Amalgam alloys were used in this study. These alloys and their corresponding Amalgams were analyzed by X-Ray Diffraction technique to determine their microstructures and phases. Their thermal behavior were also determined using Dilatometer technique until the temperature of 150°C. After heating, the Amalgams were again analyzed by X-Ray Diffraction technique for the determination of phase change. It was concluded that the alloys consist mainly ofγphase (Ag3Sn) and a small amount of ε phase (Cu3Sn). The corresponding Amalgams consist of γ 1 phase (Ag2Hg3), γ 2 (Sn7_8Hg) , ήphase (Cu6Sn) and the unreacted particles of γ phase. For the thermal behavior, an increase of Zinc affects the. thermal properties of the amalgams with an increase in their coefficient of thermal expansion especially at 50° to 60°C. It was also shown that there is a stepwise change in their expansion curve, which indicate that a phase change has taken place. The X-Ray Diffraction observations revealed a phase transformation of γ phase and γ 1 phase by the increasing diffraction intensities of γ phase and the decreasing diffraction intensities of γ 1 phase.
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Millati Amalia
Abstrak :
Skripsi ini memberikan informasi mengenai ketersediaan bahan restorasi gigi plastis di Puskesmas dan Rumah Sakit di lingkungan kabupaten Bireuen propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) selama Agustus 2007 sampai dengan Agustus 2008. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Amalgam adalah bahan restorasi plastis yang paling banyak tersedia di rumah sakit dan puskesmas di Kabupaten Bireuen. Perlu menjadi perhatian bagi rumah sakit dan puskesmas yang ada di Kabupaten Bireuen adalah penyeragaman harga penambalan pada pasien dengan jenis bahan restorasi yang sama serta merek yang sama. Perlu juga diperhatikan pengadaan ketiga jenis bahan restorasi plastis antara lain amalgam, GIC dan resin komposit oleh Dinkes setempat. Hal ini diperlukan agar tersedianya ketiga jenis bahan restorasi tersebut di setiap rumah sakit dan puskesmas yang ada di Kabupaten Bireuen sehingga memudahkan masyarakat dalam memperoleh perawatan restorasi gigi karena tidak harus dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas yang jauh dari tempat tinggalnya.
This survey give the information about availability of dental restorative materials used at hospitals and public health centers at Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), especially at Bireuen Regency during August 2007 until August 2008. This research is quantitative descriptive interpretive. Based on the results of the survey, it is identified that the restorative materials used by hospitals and public hospitals at Bireuen Regency, the most preferred one is the Amalgam. It is necessary for hospital and public health centers at Bireuen regency to charge the same prices for the tooth patch with the same type and materials. In addition, local health office is expected to have more attention on the procurement of the three dental restorative materials. It is necessary in order that the materials are always available at the hospitals and public health centers at Bireuen Regency so it will facilitate the local people to obtain tooth patch service. Accordingly, local people will not have to be referred to other hospital and public health centers located far from their houses.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>