Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohd. Fadly
"Sindrom miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau beberapa titik picu (trigger points) dan dicirikan oleh nyeri otot kronis dengan peningkatan sensitivitas terhadap tekanan. Tatalaksana akupunktur manual dapat dilakukan dengan berbagai pilihan teknik rangsang.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan tindakan akupunktur superfisial dry needling dengan akupunktur sparrow pecking terhadap perubahan nyeri dan ambang rangsang nyeri penderita sindroma nyeri miofasial upper trapezius.
Telah dilakukan penelitian eksperimental dengan rancangan randomized control trial. Sampel sebanyak 36 orang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 18 orang. Kelompok A mendapatkan tindakan akupunktur superfisial dry needling, sedangkan Kelompok B mendapatkan tindakan akupunktur sparrow pecking. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur intensitas nyeri menggunakan visual analog scale (VAS) dan ambang rangsang nyeri menggunakan pressure threshold meter (PTM) pada saat sebelum, menit ke-0, 30 dan 60 setelah perlakuan.
Dari hasil penelitian didapat tidak ada perbedaan skor nyeri (p=0,23, uji Mann-Whitney U) dan peningkatan ambang rangsang nyeri (p=0,80, uji Mann-Whitney U) setelah tindakan akupunktur superfisial dry needling dan sparrow pecking.
Disimpulkan akupunktur superfisial dry needling, sama baiknya dengan sparrow pecking untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan ambang rangsang nyeri penderita sindroma nyeri miofasial otot upper trapezius, dengan tidak adanya perbedaan signifikan.

Myofascial syndrome is a group of symptoms and signs of one or more trigger points and is characterized by chronic muscle pain with increased sensitivity to pressure. Manual acupuncture can be done with several choice of stimulation techniques.
The purpose of this study was to compare the acupuncture technique of superficial needling with sparrow pecking in reducing pain and the changes of pain threshold of myofascial pain syndrome of upper trapezius. Sample of 36 people, divided into two groups, each group consisted of 18 people. The first group was given superficial dry needling acupuncture while the second group get sparrow pecking acupuncture. The intensity of pain was measured using the VAS (Visual Analog Scale) and stimuli of pain threshold was measured using a pressure threshold meter (PTM) at the time before at minute 0, 30 and 60 after treatment.
After treatment (minute 0), there was no mean difference in pain scores (p=0.23, Mann-Whitney U test) and the stimuli of pain threshold (p=0.80, Mann-Whitney U test) between superficial dry needling and sparrow pecking acupuncture.
Dry needling acupuncture as well as sparrow pecking both reduced pain and increased the threshold of pain stimuli of myofascial pain upper trapezius, with no significant difference."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Agung
"LATAR BELAKANG: Sindroma nyeri miofasial merupakan kondisi nyeri muskuloskeletal yang ditandai dengan titik picu yang hipersensitif, serta merupakan keluhan tersering dalam praktek klinis. Gejala dari kondisi ini adalah nyeri, peningkatan ambang rangsang nyeri serta keterbatasan lingkup gerak sendi. Terapi definitif terbaik dalam tata laksana keluhan ini belum didapatkan, meskipun banyak terapi yang sudah sering digunakan, yaitu terapi laser tenaga rendah yang lebih modern dan bersifat non invasif serta terapi dry needling. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas terapi laser tenaga rendah dan terapi dry needling pada sindroma nyeri miofasial upper trapezius.
METODE: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol. Populasi terjangkau adalah pria dan wanita berusia 20-55 tahun dengan sindroma nyeri miofasial otot upper trapezius yang datang ke poliklinik rehabilitasi medik Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang memenuhi kriteria penelitian. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling dan dibagi menjadi dua kelompok secara randomisasi. Terapi dilakukan selama 4 minggu, kelompok pertama diberi terapi laser sebanyak 3 kali/minggu, sedangkan kelompok kedua diberi terapi dry needling 1 kali/minggu. Penurunan derajat nyeri dinilai menggunakan VAS Visual Analogue Scale, penilaian peningkatan ambang rangsang nyeri menggunakan PTM Pain Threshold Meter, dan pengukuran lingkup gerak sendi servikal menggunakan goniometer.
HASIL: Sebanyak 31 subyek mengikuti terapi sampai selesai, kelompok terapi laser 15 orang dengan VAS 6 dan kelompok terapi dry needling 16 orang dengan median VAS 6. Setelah 4 minggu didapatkan penurunan derajat nyeri pada kedua kelompok, penurunan VAS pada kelompok terapi laser lebih tinggi, namun perbedaan tersebut tidak bermakna signifikan. Begitu pula ada penilaian ambang rangsang nyeri serta lingkup gerak sendi servikal didapatkan peningkatan pada kedua kelompok, namun tidak didapatkan perbedaan yang signifikan.
KESIMPULAN: Terapi laser tenaga rendah sama efektifnya dalam menurunkan derajat nyeri, meningkatkan ambang rangsang nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi servikal pada sindroma nyeri miofasial otot upper trapezius dibandingkan dengan terapi dry needling.

BACKGROUND: Myofascial pain syndrome is a musculoskeletal problem characterized by a hypersensitive trigger point, and it is a most common problem in clinical practice. Pain, increasing of pain threshold and range of motion limitation are most symptoms of myofascial pain. Definitive therapy in the treatment of this complaint has not been determined, despite many therapies that have been commonly used, namely low power laser therapy that is more modern and non invasive and dry needling therapy. This study aimed to compare the effectiveness of low level laser therapy and dry needling therapy in subjects with myofascial pain syndrome of the upper trapezius muscle.
METHODS This study design is a randomized controlled trial. Men and women aged 20 55 years with myofascial pain syndrome of upper trapezius muscle who attend Physical Medicine and Rehabilitation Clinic at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, who met the study criteria. Sample selection is done by consecutive sampling and divided into two randomized groups. Treatment is done for 4 weeks, the first group were given low laser therapy for 3 times week, while the second group was given dry needling therapy once week. A decrease in the degree of pain was assessed using VAS Visual Analogue Scale, increasing pain threshold using PTM Pain Threshold Meter, and measurement of the cervical range of motion using a goniometer.
RESULTS A total of 31 subjects completed the therapy, low laser therapy group 15 subjects with VAS 6 and dry needling therapy group 16 subjects with a median VAS 6. After 4 weeks of therapy obtained a decrease in the degree of pain in both groups, the decline of VAS in the low laser therapy was greater, but the difference was not significant. Similarly, there were an incrseaing of pain threshold and cervical range of motion in both groups, but did not obtain a significant difference.
CONCLUSION Low level laser therapy compared to dry needling is equally effective in reducing pain, increasing the pain threshold and cervical range of motion on myofascial pain syndrome of the upper trapezius muscle.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library