Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Bambang Suryawan
"Zeolit adalah salah satu material yg memiliki property seperti LiCI dan silica gel dlm kemampuannya menyerap kandungan air dari udara. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh zeolit alam lampung yg diaktivasi dengan dealuminasi 3% Hf dan NH CI serta kalsinasi pada 120 %c. Untuk menunjukkan kurva karakteristik equilibrium Moisture content (EMC) temperatur kamar dijaga pada 25°C. Dengan laju aliran udara 1,2 m/s, dengan variasi relative hamidity (RH) aliran udara. Hasil penelitian ini kemudian dibandingkan dengan zeolit alam lampung refernsi yg diaktivasi hanyadengan pencucian dan pemanasan pada temperatur 180 oC tanpa dealuminasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dealuminasi HF tidak memberikan pengaruh yg bermakna dalam kemampuan adsorbsi zeolit ini. Hal ini dapat terlihat pada nilai EMC yang terendah zeolit ini bila dibandingkan dengan zeolit referensi sampai 0,0124 grup air/g zeolit kering pada RH 56,9 %. Selanjutnya laju adsorbsi zeolit dengan dealuminasi ternyata lebih rendah dari pada zeolit referensi untuk setiap RH dengan perbedaan nilai sampai 4,75 jam pada RH 47,5 %. Sehingga dapat disimpilkan secara umum bahwa proses perlakuan panas terhadap zeolit sampai temperatur 180°C akan meningkatkan kapasitas adsorbsinya bila dibandingkan dengan zeolit dengan dealuminasi HF dan kalsinasi pada temperatur 120°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
JUTE-XVI-1-Mar2002-9
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Vidiasty Heruputri
"Pengolahan sampah pada tempat pembuangan akhir menghasilkan lindi dengan kandungan amonium yang cukup tinggi dan dapat bersifat toksik. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menyisihkan amonium pada lindi adalah dengan metode presipitasi yaitu dengan menambahkan Mg2+ dan PO43- ke dalam lindi yang kemudian dilakukan proses flokulasi dan sedimentasi. Struvite yang terbentuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dikarenakan kandungan fosfat (PO4) yang terkandung di dalamnya dan bagus bagi tanaman. Tujuan dari dilakukanya penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik lindi di IPAS 3 TPST Bantargebang berdasarkan kondisi eksisting, menganalisis efisiensi penyisihan amonium dengan metode presipitasi pada lindi IPAS 3 TPST Bantarebang, dan untuk menganalisis pengaruh pH dan rasio molar terhadap kinerja penyisihan amonium dengan metode presipitasi. Pada penelitian ini, jar test dilakukan pada kecepatan pengadukan 158 rpm selama 60 menit dan dilanjutkan oleh proses pengendapan selama 30 menit. Penelitian menunjukan bahwa penyisihan terbaik berada pada rasio molar 1,2:1:1,2 dan pada pH 9 dengan efisiensi penyisihan amonium sebesar 95,6%, warna 68,8%, dan COD sebanyak 45%. Variasi dosis sampel terbaik (A2B3) kemudian dilakukan pengujian lanjutan dengan XRF dan XRD. Berdasarkan hasil uji XRF, terbentuk 72% fosforus, 14,7% magnesium, 12% kalium, dan 1,11% aluminium. Kemudian, berdasarkan hasil uji XRD, terbentuk struvite-K sebanyak 7,48% dan cattiite sebanyak 92,52%.
......Waste processing in landfills produces leachate with a high ammonium content and can be toxic. One method that can be done to remove ammonium in leachate is the struvite precipitation method, by adding Mg2+ and PO43- to the leachate which is then flocculated and sedimented. The struvite can be used as fertilizer due to the phosphate (PO4) content in it and is good for plants. The purpose of this research is to analyze the characteristics of leachate in IPAS 3 TPST Bantargebang based on existing conditions, analyzing ammonium removal efficiency by struvite precipitation method in leachate IPAS 3 TPST Bantarebang, and analyze the effect of pH and molar ratio on ammonium removal performance by struvite precipitation method. In this study, jar tests were conducted at a stirring speed of 158 rpm for 60 minutes and continued by the precipitation process for 30 minutes. The study showed that the best removal was at a molar ratio of 1,2:1:1,2 and at pH 9 with ammonium removal efficiency of 95.6%, color of 68.8%, and COD of 45%. The best sample dosage variation (A2B3) was then subjected to further testing with XRF and XRD. Based on the XRF test results, 72% phosphorus, 14.7% magnesium, 12% potassium, and 1.11% aluminum were formed. Then, based on the results of the XRD test, struvite-K was formed as much as 7.48% and cattiite 92.52%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustiyani
"The addition of zeolite into the mix culture of nitrifying bacteria N-Sw was investigated in order to improve the nitrification activity. In this experiment, the ammonium conversion was investigated by zeolite as a sole agent and also mixed with nitrifying culture N-Sw.The mix culture of nitrifying bacteria N-Sw was developed from the sludge of wastewater treatment of palm oil industry, which acclimated by ammonium sulfate for about one year. The result show that the nitrification efficiency on the treatment using nitrifying culture N-Sw was 30.76%, the ammonium elimination rate was 7.46 mg N-NH /L/hour.The addition of 10 g/l zeolite, increase both the nitrification efficiency (64.58%), and the ammonium elimination rate (14.0 mg N-NH /L/hour).The nitrification efficiency increased to be 100% on the second and third day operation, and the ammonium elimination rate was increased to be 22.4–22.9 mg N-NH /L/hour. From this experiment indicated that the role of zeolite on the improving the nitrification activity was as an absorbent of ammonium."
Bogor: Pusat Penelitian Biologi, 2007
BBIO 8:5 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eyleny Meisyah Fitri
"ABSTRAK
Latar belakang: Xerosis kutis sering ditemukan pada lanjut usia lansia . Aplikasi pelembap merupakan tatalaksana utama. Pelembap mengandung humektan, misalnya laktat dan urea, dapat memperbaiki hidrasi dan disfungsi sawar kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efikasi dan keamanan antara krim pelembap yang mengandung amonium laktat 12 dan urea 10 dalam mengatasi xerosis kutis pada populasi lansia. Metode: Penelitian uji klinis acak tersamar ganda dengan subjek kelompok berpasangan dilakukan pada 40 orang penghuni panti werdha di Jakarta. Evaluasi specified symptom sum score SRRC , skin capacitance SCap , transepidermal water loss TEWL , dan efek samping dilakukan pada awal terapi, minggu kedua dan keempat terapi, serta minggu kelima seminggu setelah terapi dihentikan. Hasil: Penurunan nilai SRRC dan TEWL, peningkatan nilai SCap, setelah empat minggu tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok terapi dengan nilai p masing-masing 1,000; 0,636; dan 0,601. Pada minggu kelima, terjadi peningkatan nilai SRRC dan TEWL serta penurunan nilai SCap minggu keempat pada kedua kelompok, namun masih lebih baik daripada nilai dasar dan minggu kedua terapi. Tidak ditemukan efek samping subjektif dan objektif pada kedua kelompok. Kesimpulan: Efikasi dan keamanan krim pelembap yang mengandung amonium laktat 12 sama baiknya dengan krim pelembap yang mengandung urea 10 dalam mengatasi xerosis kutis pada populasi lansia. Kata kunci: amonium laktat 12 ; lanjut usia; urea 10 ; xerosis kutis

ABSTRACT
Background Xerosis cutis is widely known in geriatric population. Application of moisturizer is the treatment.. Moisturizer with humectant property, e.g lactate and urea, could restore skin hydration and barrier dysfunction. This study aims to compare the efficacy and safety between moisturizing cream containing 12 ammonium lactate and 10 urea in geriatric population with xerosis cutis. Methods A double blind randomized controlled trial with matching paired subject was conducted on 40 residents of a nursing home in Jakarta. Evaluation of specified symptom sum score SRRC , skin capacitance SCap , transepidermal water loss TEWL , and side effects were measured at baseline, week 2 and week 4 after therapy, and week 5 one week after therapy cessation. Results The decrease of SRRC and TEWL score, increase of SCap score after four weeks of therapy between two group yield no statistical different p 1.000 p 0.636 p 0.601 respectively . On the fifth week, SRRC and TEWL score were increased and SCap score was decreased compared to the fourth week, but they are still better than the score on baseline and the second week. No objective and subjective side effects were found. Conclusions The efficacy and safety of moisturizing cream containing 12 ammonium lactate are the same as 10 urea in treating xerosis cutis of geriatric population. Keywords 12 ammonium lactate 10 urea geriatric xerosis cutis"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Pinalia
"Termal dekomposisi amonium perklorat dapat ditingkatkan salah satunya dengan memberikan nano aditif dalam propelan komposit. Nano aditif yang memiliki aktivitas katalitik dapat terbuat dari logam, logam oksida, maupun paduan logam oksida (nanokomposit). Pada penelitian ini, termal dekomposisi amonium perklorat ditingkatkan dengan penambahan nanokomposit logam oksida NiO-Co3O4. Nanokomposit logam oksida NiO-Co3O4 dipreparasi dengan metode green synthesis menggunakan ekstrak daun sambiloto. Dengan kehadiran Nanokomposit logam oksida NiO-Co3O4 mampu meningkatkan karakteristik termal dekomposisi amonium perklorat. Hal ini ditandai dengan penurunan suhu termal dekomposisi pada amonium perklorat sebesar 163 oC, yaitu dari 462oC menjadi 299 oC, dan menurunnya energi aktivasi dari 60,43 kJ/mol menjadi 24,36 kJ/mol.
......
Thermal decomposition of Ammonium Perchlorate can be improved by providing nano additives in composite propellants. Nano additives that have catalytic activity can be metals, metal oxides, or metal oxide alloys (nanocomposite). In this study, the thermal decomposition of Ammonium Perchlorate was increased by the addition of NiO-Co3O4 metal oxide nanocomposite. NiO-Co3O4 metal oxide nanocomposite was prepared by green synthesis method using sambiloto leaf extract. NiO-Co3O4 nanocomposite utilized as effective catalyst in the thermal decomposition of ammonium perchlorate. This is indicated by a decrease in the thermal decomposition temperature of Ammonium Perchlorate by 163 oC, from 462 oC to 299 oC and energy of activation decrease from 60.43 kJ/mol to 24.36 kJ/mol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhi Hidayat
"Bromelain adalah protease yang secara komersial didapatkan dari buah atau batang tumbuhan nanas. Pada penelitian ini bromelain diisolasi dari bonggol nanas Ananas comosus [L.] Merr lalu dimurnikan dengan fraksinasi menggunakan amonium sulfat dan pelarut aseton. Bromelain hasil fraksinasi dari masing-masing metode kemudian akan diuji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, Propionibacterium acnes, dan Escherichia coli dengan metode difusi cakram. Fraksi enzim yang memiliki kemurnian dan aktivitas spesifik tertinggi diperoleh pada fraksi 2 amonium sulfat dengan tingkat kejenuhan 20-50 , dan pada fraksi 3 aseton dengan tingkat kejenuhan 50-80 . Aktivitas spesifik fraksi 2 amonium sulfat yaitu 70 U/mg dengan tingkat kemurnian 5,3 kali lipat dibandingkan dengan enzim kasarnya. Sedangkan, aktivitas spesifik fraksi 3 aseton yaitu 19,736 U/mg dengan tingkat kemurnian 2,5 kali lipat dibandingkan dengan enzim kasarnya. Hasil uji potensi antibakteri menunjukkan ekstrak kasar enzim bromelain memiliki aktivitas antibakteri untuk semua bakteri uji. Potensi antimikroba bromelain hasil fraksinasi hanya terlihat pada bakteri P. acnes. Berdasarkan hasil uji potensi antibakteri, fraksinasi menggunakan aseton dapat menghasilkan fraksi bromelain dengan aktivitas antibakteri lebih baik dibandingkan dengan fraksinasi menggunakan amonium sulfat.
Bromelain is a protease commercially derived from pineapple fruit or stems. In this study bromelain was isolated from pineapple core Ananas comosus L. Merr and then purified by fractionation using ammonium sulfate and acetone. The fractionated bromelain of each method will be tested for its antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis, Propionibacterium acnes, and Escherichia coli by disc diffusion method. The enzyme fraction that has highest purity and activity is fraction 2 of ammonium sulfate fraction with saturation level of 20 50 , and fraction 3 of acetone with saturation level of 50 80 . The specific activity of fraction 2 ammonium sulfate is 70 U mg with a purity level of 5.3 fold compared with its crude enzymes. Meanwhile, the specific activity of fraction 3 acetone is 19,736 U mg with 2.5 fold purity level compared with its crude enzyme. The antibacterial potency test results showed a crude extract of bromelain enzyme having antibacterial activity for all test bacteria. The antimicrobial potential of fractionated bromelain is only seen in P. acnes bacteria. Based on antibacterial potency test results, fractionation using acetone can produce bromelain fraction with better antibacterial activity compared with fractionation using ammonium sulfate."
2017
S69909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiya Amandha Hidayanid
"ABSTRAK
Bromelain merupakan enzim yang tergolong jenis protease sistein. Pada penelitian ini dilakukan isolasi bromelain dari bonggol nanas Ananas comusus [L.] Merr yang dimurnikan dengan fraksinasi amonium sulfat, dialisis dan kromatografi penukar ion. Fraksi bromelain yang dihasilkan dari tiap tahap pemunian menunjukan peningkatan aktivitas spesifik. Aktivitas spesifik protease tertinggi didapatkan pada fraksi ammonium sulfat dengan konsentrasi 20-50 yaitu 104,018 U/mg dengan tingkat kemurnian 3,299 kali dibandingkan enzim kasar. Pemurnian lebih lanjut yaitu dengan kromatografi penukar ion menggunakan resin DEAE-Selulosa yang menghasilkan aktivitas spesifik bromelain sebesar 278,333 U/mg dengan tingkat kemurnian 8,829 kali dibandingkan enzim kasar. Penentuan parameter kinetik dari bromelain hasil pemurnian menggunakan plot Lineweaver-Burk menghasilkan nilai Vmax sebesar 0,056 U/min dan Km sebesar 0,154 w/v. Bromelain ini terinhibisi kuat oleh EDTA dan PCMB. Penambahan EDTA dan PCMB pada konsentrasi 0,5 mM dapat menurunkan aktivitas enzim hingga 88,503 dengan menunjukkan tipe inhibisi berturut-turut kompetitif dan non kompetitif mixed. Aktivitas antiplatelet fraksi bromelain diuji secara in vitro berdasarkan metode Born, dengan menggunakan plasma PRP, asetosal sebagai kontrol positif dan ADP sebagai agregator. Bromelain hasil pemurnian memiliki kemampuan sebagai agen antiplatelet dengan hasil persentase agregasi sebesar 29,51 dan persentase inhibisi sebesar 68,91.

ABSTRACT
Bromelain is an enzyme belonging to the cysteine protease. In this study, bromelain isolation from pineapple core Ananas comosus L. Merr was purified by fractionation using ammonium sulfate followed by dialysis and then ion exchange chromatography. The fraction of bromelain obtained from each purification step showed an increase in specific activity. The highest specific activity of protease was found in 20 50 ammonium sulphate fraction of 104.02 U mg with a purity level 3,29 fold compared to crude extract. Further purification by ion exchange chromatography using DEAE Cellulose, the fraction of bromelain showed an increase in specific activity to 278.33 U mg with a purity level 8,82 fold compared to crude extract. The determination of kinetics parameter of purified bromelin using Lineweaver Burk plot gives Km value of 0.15 w v and Vmax of 0.05 U min. This bromelain can be strongly inhibited by EDTA and PCMB. The addition of EDTA and PCMB at a concentration of 0.5 mM can decrease the activity of the enzyme up to 88,50 by showing the competitive and un competitive types of inhibition, respectively. The antiplatelet activity of the bromelain fraction was tested in vitro based on the Born method, by using plama PRP, acetosal as a positive control and ADP as an agregrator. The purified bromelain showed the ability of an antiplatelet agent with percentage of agregation 29.51 and percentage of inhibition 68.91."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Natania Kurniadi
"Kendala administrasi obat secara oral masih dialami oleh sebagian besar populasi seperti populasi disfagia, geriatri, dan pediatri. Pirfenidon merupakan salah satu terapi penyakit Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF) yang sebagian besar dialami oleh populasi geriati. Tablet pirfenidon yang tersedia berupa tablet dosis 267 mg dengan regimen terapi tiga tablet sebanyak tiga kali per hari. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan frekuensi penelanan pada terapi jangka panjang pengobatan IPF dengan pirfenidon. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh formula tablet cepat hancur (TCH) pirfenidon menggunakan metode sublimasi yang memiliki karakteristik waktu hancur kurang dari 3 menit dan keregasan kurang dari 1%. Pada penelitian ini, TCH pirfenidon diformulasikan menggunakan metode sublimasi, yaitu dengan tablet kempa langsung yang dilanjutkan dengan proses sublimasi. Untuk memfasilitasi proses sublimasi, pada formula ditambahkan eksipien amonium bikarbonat dengan tiga variasi konsentrasi yaitu 2% (F1), 5% (F2), dan 10% (F3). TCH yang dihasilkan dievaluasi meliputi waktu hancur, waktu pembasahan, kekerasan, keregasan, kadar obat, dan disolusi obat. Hasil evaluasi TCH pirfenidon menunjukkan bahwa TCH yang memenuhi persyatan adalah TCH F1 dengan waktu hancur 29,53 ± 2,55 detik; waktu pembasahan 28,73 ± 1,55 detik; kekerasan tablet 4,91 ± 0,29 kP; keregasan 0,9%; kadar 103,98 ± 1,04%; dan jumlah obat terdisolusi pada menit ke-30 adalah 93,22 ± 4,07%. Berdasarkan hasil evaluasi, dapat disimpulkan bahwa formula TCH F1 yang dibuat menggunakan metode sublimasi dapat menghasilkan sediaan TCH yang memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, TCH pirfenidon berpotensi menjadi alternatif sediaan bagi terapi IPF untuk memfasilitasi penelanan tablet.
......Constraints of oral drug administration are still experienced the most by dysphagia, geriatric, and pediatric populations. Pirfenidone is one of the therapies for Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF) which is mostly experienced by the geriatric. On the market, pirfenidone tablets are available with the dose of 267 mg, with a therapeutic regimen of three tablets three times per day. This resulted in an increase in the frequency of ingestion for long-term therapy with pirfenidone. The purpose of this study was to obtain formula for fast disintegrating tablet (FDT) of pirfenidone using sublimation method with disintegration time < 3 minutes and friability <1%. In this study, FDTs were made using sublimation method, which were compressed using direct compression method before. To facilitate the sublimation, ammonium bicarbonate was added to the formula with three various concentration which were 2%(F1), 5%(F2), and 10%(F3). The FDTs were then evaluated for disintegration and wetting time, hardness, friability, assay, and dissolution. Based on the result, FDT that met the requirements was FDT F1 with the disintegration time of 29.53 ± 2.55 seconds; wetting time of 28,73 ± 1,55 seconds; hardness of 4,91 ± 0,29 kP; friability value of 0,9%; assay result was 103,98 ± 1,04%; and the amount of drug dissolved within 30 minutes was 93,22 ± 4,07%. It was concluded that formula FDT F1 made by sublimation method could produce FDT that met the requirements. Therefore, FDT is potential to be an alternative dosage form to facilitate tablet swallowing for IPF therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Michella Anastacia
"Enzim Cas9 merupakan bagian dari CRISPR-Cas9 yang berperan sebagai endonuklease untuk memotong DNA/RNA pada sekuens yang spesifik. Enzim Cas9 berguna dalam bidang kesehatan, pangan, dan industri. Namun, banyak industri yang beroperasi pada suhu tinggi sehingga enzim Cas9 pada umumnya tidak dapat digunakan dan diperlukan enzim Cas9 yang termostabil. Akan tetapi, belum banyak penelitian mengenai jenis enzim Cas9 termostabil. Oleh sebab itu, mengetahui adanya Cas9 pada isolat lokal Geobacillus kaustophilus TBUI01, dilakukan produksi enzim Cas9 dengan teknik rekombinan pada Escherichia coli BL21. Enzim Cas9 kemudian dipanaskan untuk menghilangkan semua protein mesofilik dari Escherichia coli BL21 pada suhu 50oC, 60oC, dan 70oC. Lalu dipurifikasi dengan teknik presipitasi amonium sulfat dengan variasi fraksinasi 20%, 50%, dan 80%. Sampai saat ini, belum ada penelitian enzim Cas9 tahan panas yang menggunakan presipitasi amonium sulfat sebagai satu-satunya teknik purifikasi. Teknik ini dilakukan karena ekonomis, cepat, dan juga mudah dilakukan. Hasil menunjukkan bahwa suhu pemanasan 60 oC adalah suhu yang optimal untuk mendegradasi protein mesofilik tanpa mendegradasi enzim Cas9. Presipitasi amonium sulfat optimal dilakukan pada fraksinasi 50% karena mampu mempresipitasi enzim Cas9. Akan tetapi, masih ada protein lain yang berhasil dipresipitasi sehingga presipitasi amonium sulfat dapat dijadikan sebagai langkah purifikasi awal untuk mengonsentrasikan protein.
......The Cas9 enzyme is part of CRISPR-Cas9 which acts as an endonuclease to cut DNA/RNA in specific sequences. Cas9 is useful in the fields of health, food, and industry. However, many industries operate at high temperatures so that Cas9 enzymes generally cannot be used and a thermostable Cas9 enzyme is needed. Nevertheless, there has not been much research on the type of thermostable Cas9 enzyme. Therefore, knowing the presence of Cas9 in the local isolate Geobacillus kaustophilus TBUI01, Cas9 enzyme production was carried out using recombinant techniques on Escherichia coli BL21. The Cas9 enzyme was then heated to remove all mesophilic protein from Escherichia coli BL21 at 50oC, 60oC and 70oC. Then it was purified by ammonium sulfate precipitation technique with 20%, 50% and 80% saturation. Until now, there has been no research on thermostable Cas9 using ammonium sulfate precipitation as the only purification technique. This technique is done because it is economical, fast, and easy to do. The result showed that a heating temperature of 60oC is the optimal temperature for degrading mesophilic proteins without degrading Cas9 enzymes. Optimal ammonium sulfate precipitation is carried out at 50% fractionation because it can precipitate the Cas9 enzyme. However, there are still other proteins that have been successfully precipitated so that the precipitation of ammonium sulfate can be used as an initial purification step to concentrate protein."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>