Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roosdiana
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S2058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Santi Nurani
Abstrak :
ABSTRAK
Akhir-akhir ini banyak perdebatan di kalangan para pemerhati pendidikan prasekolah (TK) tentang perlu tidaknya memberikan kemampuan belajar membaca, menulis dan berhitung pada anak TK, sementara kebutuhan anak yang utama adalah untuk melakukan aktivitas bermain. Pemberian kemampuan membaca, menulis dan berhitung tersebut didorong oleh timbulnya suatu trend baru dalam masyarakat yang menghendaki anak-anak usia prasekolah dapat menguasai kemampuan-kemampuan tersebut sebagai bekal untuk masuk sekolah dasar. Akibatnya tidak sedikit TK yang memberikan kegiatan belajar membaca, menulis dan berhitung yang menyimpang dari aturan-aturan Depdikbud dalam GBPKB-TK 1994, walaupun ada juga sebagian TK yang tetap melaksanakan aturan- aturan tersebut dengan patuh. Dengan demikian timbul dan kecenderungan kegiatan belajar mengajar dan sasaran hasil belajar dalam pendidikan TK, yaitu kegiatan belaiar mengajar yang lebih menekankan kegiatan bermain dan sasaran hasil belajar dalam ranil afektii sertakegiatan belajar mengjar yang lebih menekankan kegiatan belajar dan sasaran hasil belajar dalam ranah kognitif. Kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan kegiatan bermain dan sasaran hasil belajar dalam ranah afektifvadalah kegiatan-kegiatan di TK yang memberikan kebebasan bagi anak untuk bermain sambil belajar dalam suasana yang menyenangkan, dengan tujuan utama menimbulkan sikap positif dan peraasaan suka terhadap dunia sekolah. Sedangkan kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan kegiatan belajar dan sasaran hasil belajar dalam ranah kognitif adalah kegiatan-kegiatan di TK yang memfokuskan perhatian pada pengajaran kemampuan-kemampuan tertentu, dengan tujuan utama adalah agar anak menguasai kemampuan-kemampuan tersebut.

Bagaimana sikap orang tua terhadap kegiatan belajar mengajar dan sasaran hasil belajar yang berbeda tersebut ?. Hal itu akan diungkap dalam penelitian ini. TK yang dijadikan sampel penelitian adalah dua TK yang memiliki karaktersitik berbeda, disebut sebagai TK ?Ideal? dan TK ?Tidak Ideal?. TK 'Ideal' adalah TK yang melaksanakan aturan-aturan Depdikbud dengan sebagaimana mestinya, sedangkan TK ?Tidak Ideal? adalah TK yang menyimpang dari aturan-aturan Depdikbud. Adakah perbedaan sikap orang tua terhadap kegiatan belajar mengajar dan sasaran hasil belajar dalam dua TK tersebut?.Hal inilah yang akan diungkap melalui penelitian ini.

Instrumen yang digunakan adalah skala Likert dengan subdimensi kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan kegiatan bermain dan sasaran hasil belajar dalam rumah afektif (bermain/afektif), serta kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan kegiatan belajar dan sasaran hasil belajar dalam rumah kognitif (belajar/kognitif). Sedangkan komponen sikap yang digunakan adalah komponen afektif; kognitif dan konasi. Kemudian perbedaan sikap antara kedua kelompok dinyatakan dalam uji perbedaan mean dengan menggunakan t test.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan sikap terhadap kegiatan belajar mengajar dan sasaran hasil belajar dalam pendidikan TK, antara orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah TK ?Ideal? dengan orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah TK ?Tidak Ideal?. Orang tua memiliki harapan agar anak dapat menguasai kemampuan membaca, menulis dan berhitung sejak di TK, karena kemampuan- kemampuan tersebut diperlukan untuk masuk ke sekolah dasar. Tetapi orang tua juga menghendaki kegiatan bermain sebagai kegiatan utama di TK, agar kebutuhan bermain dalam diri anak dapat tersalurkan dengan baik.

Dengan demikian, pemberian kegiatan belajar membaca, menulis dan berhitung pada anak TK itampkanya menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari lagi dalam tuntutan zaman yang semakin tingi, walaupun sebaiknya tetap dilakukan melalui kegiatan bermain. Saran yang dapat diberikan sehubungan hasil penelitian ini adalah agar guru TK lebih memperhatikan perancangan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam kemampuan membaca, menulis dan berhitung agar tidak mengesampingkan kebutuhan bermain pada diri anak. Untuk itu mungkin perlu diadakan penataran khusus untuk guru kelas, dalam kelompok-kelompok kecil denga seorang instruktur sebagai pelatih.
1998
S2898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Gressy S. Cornelia
Abstrak :
ABSTRAK Masa kanak-kanak awal merupakan salah satu periode penting dalam perkembangan seorang anak, dimana pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak pada masa ini akan mempengaruhi tumbuh kembangnya dikemudian hari. Salah satu perubahan besar yang terjadi pada masa ini adalah meluasnya lingkungan sosial anak, yang ditandai dengan mulainya anak melakukan hubungan sosial dengan teman sebayanya (Sroufe dkk, 1996). Pengalaman awal dalam berhubungan dengan teman sebaya ini merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan sosial anak usia prasekolah. Adanya kesulitan-kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya pada masa ini akan memperbesar kemungkinan munculnya masalahmasalah tingkah laku, emosional, dan akademik pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya. Pentingnya hubungan dengan teman sebaya pada masa kanak-kanak awal memberi implikasi akan pentingnya membina hubungan yang positif dengan teman sebaya pada masa ini. Namun tidak semua anak dapat membina hubungan yang positif. Adanya perbedaan kemampuan untuk membina hubungan yang positif dengan teman sebaya menunjukkan derajat kompetensi sosial yang dimiliki masingmasing anak. Dengan demikian kompetensi sosial memegang peranan penting bagi keberhasilan seorang anak dalam membina hubungan dengan teman sebaya pada masa prasekolah. Sroufe dkk (1996) mengatakan anak-anak yang memiliki kompetensi sosial yang baik (socia/ly competent) - yang seringkah disebut sebagai anak-anak yang disukai oleh teman sebayanya - adalah mereka yang mampu memulai interaksi dan memberikan respon kepada teman sebaya dengan perasaan yang positif, mereka yang tertarik pada hubungan dengan teman sebaya dan mereka yang sangat dihargai oleh teman sebaya, mereka yang dapat berperan sebagai pemimpin sekaligus pengikut, dan mereka yang mampu mempertahankan saling memberi dan menerima dalam interaksi dengan teman sebaya akan dinilai oleh guru dan observer lain sebagai anak yang memiliki kompetensi sosial (yang baik) (Vaughn dan Waters, 1980 dalam Sroufe, 1996). Dengan perkataan lain anak yang memiliki kompetensi sosial yang baik adalah mereka yang memiliki ketrampilan-ketrampilan sosial tertentu, yang memungkinkannya memperoleh penerimaan dari teman sebayanya. Namun tidak semua anak prasekolah memiliki kompetensi sosial yang baik. Hasil-hasil penelitian menunjukkan hubungan atau interaksi antara orangtua dengan anak yang terlihat jelas dalam gaya pengasuhan yang diterapkan orangtua kepada anak memberi pengaruh yang signifikan terhadap hubungan anak dengan teman sebayanya. Dalam penelitian ini ingin digali mengenai karakteristik anak yang memiliki kompetensi sosial yang buruk. Kompetensi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini memfokuskan pada tiga tugas sosial, yakni saat anak memulai interaksi dengan teman sebayanya yang meliputi dua situasi; saat anak memulai interaksi pada awalawal masuk sekolah dan saat memulai interaksi dengan sekelompok temannya yang sedang melakukan aktivitas bersama, saat anak memelihara hubungan dengan teman sebayanya; dan saat anak mengalami konflik dengan temannya. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam akan hal ini, peneliti juga menggali informasi mengenai gaya pengasuhan orangtuanya. Mengingat dalam masyarakat kita ibu masih memegang peranan yang besar dalam pengasuhan anak, maka gaya pengasuhan orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya pengasuhan yang diterapkan ibu saat berinteraksi dengan anaknya sehari-hari. Gaya pengasuhan ini terlihat dari perilaku conlrol/imcontrol dan responsive/uwesponsive yang ditampilkan ibu saat berinteraksi dengan anaknya sehari-hari. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam (/'// depth interview) dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap dua orang ibu dari anak yang memiliki kompetensi sosial buruk dan gurunya. Sementara observasi dilakukan terhadap sikap dan perilaku anak di sekolah. Pemilihan subyek dilakukan dengan pendekatan purposif dimana sampel diambil berdasarkan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa anak yang memiliki kompetensi sosial buruk umumnya menampilkan perilaku agresif, baik agresif fisik maupun agresif verbal, saat berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. Hal ini membuat mereka cenderung mengalami penolakan dari teman-temannya. Perilaku lain yang membuat mereka mengalami penolakan dari teman-temannya adalah perilaku egois (seperti tidak/kurang mau berbagi dengan temannya, selalu ingin berkuasa/mendominasi temannya, kurang mampu mengontrol dirinya termasuk keinginannya); tidak/kurang mampu menampilkan perilaku prososial dalam hal ini empati (kurang menghargai keberadaan temannya, iri hati); kurang terampil dalam perilaku keijasama (cenderung ingin menjadi pemimpin dan tidak mau menjadi pengikut saat aktivitas kelompok, kurang menghargai pendapat/keinginan temannya). Sementara gaya pengasuhan yang diterapkan ibu dalam penelitian ini bervariasi, yakni satu subyek menerapkan gaya pengasuhan otoritarian, yang ditandai oleh adanya perpaduan antara perilaku respomive dan control yang rendah. Sementara subyek yang lain menerapkan gaya pengasuhan otoritarian, yang ditandai oleh adanya perilaku control yang ketat tanpa disertai perilaku responsive. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa gaya pengasuhan ibu bukanlah satusatunya faktor yang dominan memberi kontribusi bagi perkembangan kompetensi sosial anak. Beberapa faktor lain yang turut memberi kontribusi bagi perkembangan kompetensi sosial adalah karakter anak itu sendiri dan lingkungan dimana anak itu diasuh.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Purnamawati
Abstrak :
Latar belakang: Prevalens obesitas terus meningkat dan telah menjadi masalah kesehatan global mengingat komplikasinya yang serius. Obesitas pada anak juga berpotensi menjadi obesitas pada dewasa, tetapi belum ada data mengenai prevalens obesitas pada anak TK di DKI Jakarta. Menurut berbagai literatur dikatakan melewatkan makan pagi berhubungan dengan kejadian obesitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalens obesitas pada anak Taman Kanak-kanak di Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, DKI Jakarta dan hubungannya dengan melewatkan makan pagi. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang melibatkan semua siswa TK di Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, DKI Jakarta. Pengukuran antropometri dilakukan di sekolah, kemudian dibagikan kuesioner untuk menilai faktor risiko melewatkan makan pagi. Hasil: Dari 210 responden didapatkan 28,1% obes, dimana laki-laki (34,8%) lebih banyak daripada perempuan (20%). Dari 158 responden didapatkan 15,8% anak melewatkan makan pagi dan tidak ditemukan perbedaan bermakna antara anak obes yang melewatkan makan pagi (24%) dengan yang makan pagi (27,8%); p>0,05, odds ratio 0,819; 0,30-2,21. Kesimpulan: Angka prevalens obesitas yang didapatkan cukup tinggi sehingga perlu dilakukan edukasi kepada orang tua dan sekolah mengenai bahaya obesitas dan bagaimana pencegahannya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan hubungan antara anak obes dengan melewatkan makan pagi. ......Background: Obesity prevalence is keep changing in an ascending rate and has become a global health burden for its serious complications. Despite children obesity tends to become adulthood obesity, there is no data for obesity prevalence among kindergarten children in DKI Jakarta. According to some literatures, skipping breakfast is associated with obesity. This research was conducted to discover the obesity prevalence among kindergarten children in Cikini, Menteng, DKI Jakarta and its relation with skipping breakfast. Methods: This is a cross-sectional study which includes all kindergarten children in Cikini, Menteng, DKI Jakarta as sample. Anthropometric measurement was done at school. Questionnaires were given to evaluate skipping breakfast as risk factor of obesity afterwards. Results: The obesity prevalence from 210 respondents is 28.1%, which male (34.8%) is greater than female respondents (20%). Among 158 respondents, there were 15.8% children who skipped breakfast and no significant difference is found in obese children who skipped breakfast (24%) and who were breakfast-eaters (27.8%); p>0.05, odds ratio 0.819; 0.30-2.21. Conclusions: The obesity prevalence is quite high so parents` education about obesity complication and prevention is needed. A further study is required to ensure the relationship between obese children and skipping breakfast.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Suryani
Abstrak :
Latar belakang: Obesitas telah menjadi masalah kesehatan global yang mempunyai korelasi yang kuat dengan morbiditas dan mortalitas. Hingga saat ini, belum terdapat data mengenai prevalens obesitas pada anak Taman Kanak-kanak di Jakarta. Obesitas pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya konsumsi ASI. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya prevalens obesitas pada anak Taman Kanak-kanak di Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, DKI Jakarta dan hubungannya dengan konsumsi ASI. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong-lintang yang melibatkan semua anak empat TK, di Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, DKI Jakarta. Pengukuran antropometri dilakukan di sekolah lalu dibagikan kuesioner untuk mengetahui konsumsi ASI. Hasil: Prevalens obesitas dari 210 responden adalah 28,1%. Dari 157 responden yang datanya lengkap, didapatkan persentase obesitas pada anak dengan konsumsi ASI eksklusif sebesar 19,1%, meningkat menjadi 29,1% (p=0,196, OR 1,735; 0,748-4,026) pada anak dengan konsumsi ASI tidak eksklusif, dan menjadi 42,9% (p=0,159, OR 3,167; 0,600-16,721) pada anak yang tidak mengonsumsi ASI. Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara obesitas dengan konsumsi ASI. Kesimpulan: Angka prevalens obesitas yang didapatkan cukup tinggi sehingga perlu dilakukan edukasi kepada orang tua dan sekolah mengenai penyebab, bahaya, dan pencegahan obesitas. Perlu dilakukan juga penelitian lebih lanjut untuk memastikan hubungan antara obesitas anak dengan konsumsi ASI. ......Background: Obesity has become a global health burden which has strong correlation with morbidity and mortality. There is no data of prevalence of obesity among kindergarten students in Jakarta published. Childhood obesity is influenced by various risk factors, one of which is breastmilk consumption. Objectives: To discover the prevalence of obesity among kindergarten students in Cikini, Menteng, DKI Jakarta, and its relation to breastmilk consumption. Methods: This is a cross-sectional study which includes all kindergarten children in Cikini, Menteng, DKI Jakarta. Anthropometric measurement was done at school. Questionnaires were given to evaluate breastmilk consumption. Results: The prevalence of obesity from 210 respondents is 28.1%. Among 157 respondents who completely answered the questionnare, prevalence of obesity in children with exclusive breastfeeding is 19,1 %, increases to 29,1% (p=0,196, OR 1,735; 0,748-4,026)) in children with non-exclusive breastfeeding and 42,9% (p=0,159; OR 3,167; 0,600-16,721)) in children without breastfeeding. There is no statistically significant relation between obesity and breastmilk consumption. Conclusions: The prevalens of obesity is high so that education to parents and school about obesity causes, complications and preventions is needed. A further study is also needed to ensure the relationship between obese children and breastmilk consumption.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library