Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Imam Taufik
Abstrak :
Studi ini mengkaji referensi interlokutor (interlocutor reference) dalam percakapan pada podcast. Sumber data penelitian ini adalah podcast Close the Door yang dipandu oleh Deddy Corbuzier. Data yang dicermati berjumlah 115 referensi interlokutor. Teori yang digunakan pada tulisan ini ialah Using Language yang ditulis oleh Herbert H. Clark (1996) dan address term yang digagas oleh Brown dan Gilman (1960). Tujuan penelitian ialah menjelaskan referensi interlokutor dalam percakapan pada podcast. Berdasarkan pencermatan awal, tampaknya referensi interlokutor yang digunakan dalam sekuens ujaran bervariasi. Oleh karena itu, untuk memberikan gambaran karakteristik interlokutor pada podcast, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penutur bahasa menggunakan referensi interlokutor ragam santun dan akrab kepada mitra tutur yang sama dalam sekuens (urutan) percakapan yang sama. Contohnya, penutur menggunakan referensi interlokutor Mr. Nadiem Makarim, Elu, Bro, Bos, Brother kepada mitra tutur yang sama dan dalam sekuens ujaran yang sama. Selain itu, ditemukan penggunaan referensi interlokutor Gus, Gus Yakut dan Anda kepada mitra tutur yang sama dan dalam sekuens ujaran yang sama. Penggunaan referensi interlokutor yang beragam ini memperlihatkan adanya konsep deferensial yang digunakan oleh penutur bahasa. Konsep deferensial ini dimaknai sebagai strategi yang dilakukan penutur untuk menunjukkan rasa hormat, santun dan akrab kepada mitra tuturnya. ......This study examines interlocutor reference in conversation on Close the Door podcast hosted by Deddy Corbuzier. The data source of this research consist of 115 instances of interlocutor reference. The theoritical framework used in this paper is Using Language proposed by Herbert H. Clark (1996) as well as the address terms proposed by Brown and Gilman (1960). The aim of the study is to describe interlocutor reference in coversation on the podcast. Based on initial observations, it appears that the interlocutor reference used in speech sequences varies. Therefore, further research is needed to provide a picture of interlocutor characterisctics on the podcast. The results show that speaker use polite and familiar interlocutor references for the same conversational partner in the same speech sequence. For example, speakers use interlocutor reference such as Mr. Nadiem makarim, Elu, Bro Bos, and Brother in the same speech sequences. In addition, the use of interlocutor rreference such as Gus, Gus Yaqut, and Anda in the same speech sequences was also found. The use of diverse interlocutor references indicates deferential concept among speakers. Deferential concept in conversations refer to the strategies used by the speakers to show respect, politeness, and familiarity to their conversational partners.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Margaretha Tika Larasati Guritno
Abstrak :
Tesis ini merupakan studi kasus mengenai percakapan tiga sahabat wanita bilingual yang merupakan bagian dari kelompok Third Culture Kids di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat cara mereka membangun dan mempertahankan interaksi bahasa lisan di antara mereka dengan mempelajari karakteristik percakapan mereka, termasuk penggunaan lebih dari satu bahasa, alih kode, dan organisasi sekuen yang terdapat di dalam percakapan mereka. Hasil analisis percakapan tiga sahabat wanita bilingual yang berlangsung selama makan malam di sebuah restoran Jepang di kawasan Jakarta Selatan memperlihatkan bahwa percakapan mereka memiliki sejumlah kriteria yang sama seperti yang disebutkan Coates (1997), yaitu kerja sama di antara para peserta percakapan dalam membangun ujaran bersama, baik pada tataran kata maupun kalimat, tumpang tindih ketika dua peserta atau lebih berbicara, tanggapan minimal dan tawa di antara mereka, dan pengulangan ujaran secara sebagian maupun utuh. Kriteria lain yang juga diperoleh dari hasil penelitian ini adalah minimnya keheningan selama percakapan berlangsung, banyaknya penggunaan penanda wacana dalam ujaran mereka, sikap tegas dalam menentukan sikap atau pendapat, dan narasi. Dalam membangun percakapan mereka, selain kesembilan kriteria yang disebutkan di atas, salah satu faktor penting yang menunjukkan kebersamaan mereka adalah penggunaan alih kode dalam tiga bahasa, Indonesia, Prancis, dan Inggris. Kebersamaan mereka dalam menggunakan alih kode menunjukkan tingkat kedekatan mereka sebagai teman, tetapi juga sebagai Third Culture Kids. Oleh sebab itu, yang membedakan bentuk percakapan mereka dengan percakapan wanita pada umumnya adalah digunakannya alih kode oleh ketiga sahabat wanita itu dalam bekerja sama membangun percakapan mereka dan mempertahankannya. ......This thesis is a case study of a conversation between three female close friends who are bilingual and a part of the TCKs group in Jakarta. The purpose of this research is to investigate the way in which they develop and maintain verbal interactions between each other by studying their conversational characteristics including the use of more than one language, code switching and sequential organisation which appears in the conversation. The result of the conversation analysis of these three bilingual women during a sit-down dinner at a Japanese restaurant in South Jakarta shows that their dicussion includes a number of criteria similar to those refered to by Coates (1997), including jointly constructed utterances, overlapping speech, minimal responses, laughter and repetition. Additional criteria that was also discovered as a result of the research included the minimal use of silence throughout the conversation, a high use of discourse markers by the participants, straight forwardness in expressing their opinion and story telling. In the development of their conversation, not including the nine criteria outlined above, one of the most important factors that evidences their togetherness is their use of code switching across three languages; Indonesian, French, and English. Their combined use of code switching shows the extent of their closeness as friends but also as Third Culture Kids. Therefore what differeciates the form of their coversation in comparison to female conversations more generally is their use of code switching as they develop and maintain their conversation.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T39936
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meidita Kusuma Wardhani
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk menjelaskan pemicu tawa dalam percakapakan humor antara David Letterman dan John Oliver pada gelar wicara Late Show with David Letterman yang ditayangkan pada 29 Januari 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis percakapan (Conversation Analysis (CA)). Penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam percakapan yang mengandung pemicu tawa, terdapat beberapa pelaku percakapan yang terlibat dengan peran dan kontribusi masing-masing. Kemudian, ada empat bentuk pemicu tawa yang ditemukan, yaitu penggunaan kata-kata tertentu, simile, dialog dalam dialog, dan gabungan dialog dalam dialog dan penggunaan kata. Keempat bentuk pemicu tawa tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya karena adanya konteks yang relevan. Hal ini menunjukkan bahwa konteks memiliki kedudukan penting dalam memicu tawa.
ABSTRACT
The purpose of this study is to illuminate triggers of laughter found in a conversation between David Letterman and John Oliver in a talk show, Late Show with David Letterman on January 29th, 2015. This study is conducted using qualitative method and Conversation Analysis (CA) approach. It shows that in the conversation, there are some participants who have certain roles and contributions. It also shows that there are four types of triggers of laughter found in the conversation which are the use of certain words, simile, dialog in dialog, and the combination between dialog in dialog and the use of certain words. Those types of triggers of laughter can function well because of relevant context. It means that context plays a prominent role in making people laugh
2016
T46145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nur Saraswati
Abstrak :
Gilir tutur atau pergantian pembicara dalam percakapan dapat menunjukkan kompleksitas dari percakapan dan gilir tutur menjadi salah satu aspek dalam kemahiran berbicara seseorang. Penelitian ini berfokus pada penyusunan model gilir tutur yang dilakukan oleh penutur asing. Pertanyaan penelitian ini adalah menganalisis model gilir tutur bahasa Jerman yang dilakukan oleh pemelajar Indonesia dan menganalisis pemarkah linguistik yang digunakan dalam percakapan berbahasa Jerman oleh pemelajar Indonesia tersebut. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan analisis percakapan. Data penelitian ini mencakup 20 percakapan berbahasa Jerman yang dilakukan oleh 43 mahasiswa dari kelas bahasa Jerman tingkat 5 di sebuah universitas. Penelitian ini menemukan 15 model gilir tutur dalam bahasa Jerman yang dilakukan oleh pemelajar Indonesia. Tiga dari lima belas model tersebut, yakni repetisi, kilir lidah dan kekeliruan tata bahasa, merupakan model baru dalam model gilir tutur yang ditemukan. Kemunculan model baru ini dipengaruhi oleh responden sebagai penutur asing bahasa Jerman. Sementara itu, sisanya merupakan pemutakhiran model gilir tutur Sacks et al. (1974). Sementara itu, hasil dari penelitian ini juga membuktikan bahwa tidak hanya dipengaruhi oleh peran penutur bahasa responden, tetapi juga dipengaruhi oleh konteks percakapannya, dalam penelitian ini konteks ujian percakapan. ......Turn-taking or switching speakers in a conversation is able to show the complexity of a conversation and it becomes one of the aspects of someone's speaking skills. This research focuses on drafting a model of turn-taking by non-native speakers. The questions of this research are analyzing a model of turn-taking in the German language performed by Indonesian learners and analyzing the implementation of linguistic units that are used in the conversation. By using a qualitative method, this research uses a conversational analysis approach. The data research includes 20 conversations performed by 43 Indonesian students of level 5 German language classes in a university. This research found 15 turn-taking models in the German language performed by Indonesian learners. Three of those 15 turn-taking models, which are repetition, slips of tongue, and grammatical errors are counted as new turn-taking models. Those new models appeared because the respondents were non-native German speakers. Meanwhile, the rest of the models come from the updated turn-taking models by Sacks et al. (1974). In addition, the result of this research also proves that the speaker’s role as native or non-native speaker and the context of the conversation are able to determine the turn-taking models.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nur Saraswati
Abstrak :
Gilir tutur atau pergantian pembicara dalam percakapan dapat menunjukkan kompleksitas dari percakapan dan gilir tutur menjadi salah satu aspek dalam kemahiran berbicara seseorang. Penelitian ini berfokus pada penyusunan model gilir tutur yang dilakukan oleh penutur asing. Pertanyaan penelitian ini adalah menganalisis model gilir tutur bahasa Jerman yang dilakukan oleh pemelajar Indonesia dan menganalisis pemarkah linguistik yang digunakan dalam percakapan berbahasa Jerman oleh pemelajar Indonesia tersebut. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan analisis percakapan. Data penelitian ini mencakup 20 percakapan berbahasa Jerman yang dilakukan oleh 43 mahasiswa dari kelas bahasa Jerman tingkat 5 di sebuah universitas. Penelitian ini menemukan 15 model gilir tutur dalam bahasa Jerman yang dilakukan oleh pemelajar Indonesia. Tiga dari lima belas model tersebut, yakni repetisi, kilir lidah dan kekeliruan tata bahasa, merupakan model baru dalam model gilir tutur yang ditemukan. Kemunculan model baru ini dipengaruhi oleh responden sebagai penutur asing bahasa Jerman. Sementara itu, sisanya merupakan pemutakhiran model gilir tutur Sacks et al. (1974). Sementara itu, hasil dari penelitian ini juga membuktikan bahwa tidak hanya dipengaruhi oleh peran penutur bahasa responden, tetapi juga dipengaruhi oleh konteks percakapannya, dalam penelitian ini konteks ujian percakapan. ......Turn-taking or switching speakers in a conversation is able to show the complexity of a conversation and it becomes one of the aspects of someone's speaking skills. This research focuses on drafting a model of turn-taking by non-native speakers. The questions of this research are analyzing a model of turn-taking in the German language performed by Indonesian learners and analyzing the implementation of linguistic units that are used in the conversation. By using a qualitative method, this research uses a conversational analysis approach. The data research includes 20 conversations performed by 43 Indonesian students of level 5 German language classes in a university. This research found 15 turn-taking models in the German language performed by Indonesian learners. Three of those 15 turn-taking models, which are repetition, slips of tongue, and grammatical errors are counted as new turn-taking models. Those new models appeared because the respondents were non-native German speakers. Meanwhile, the rest of the models come from the updated turn-taking models by Sacks et al. (1974). In addition, the result of this research also proves that the speaker’s role as native or non-native speaker and the context of the conversation are able to determine the turn-taking models.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jayanti Monica Gulo
Abstrak :
Alih tutur merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari percakapan manusia. Ditemukannya pola dan karakteristik tertentu dalam alih tutur anak melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini dengan fokus penelitian pada alih tutur anak bilingual pada percakapan dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana respons alih tutur anak dalam dua bahasa dan untuk menguraikan strategi-strategi yang digunakan anak dalam percakapan dua bahasa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan data transkripsi hasil rekaman dari empat sesi wawancara yang dilakukan dengan tiap anak dalam dua bahasa dengan responden tiga orang anak yang berusia 4-5 tahun di Jambi. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan landasan teori Sacks, Schegloff & Jefferson (1974) tentang komponen pembangun giliran dan Stenstrom (1994) tentang strategi alih tutur. Dari hasil analisis data ditemukan bahwa ketiga responden memiliki kecenderungan respons bahasa dengan unit yang berbeda-beda. Matt dan Winna merespons lebih tinggi dalam sesi wawancara bahasa Indonesia dan didominasi oleh respons dalam bentuk kata tunggal sedangkan Alisa merespons lebih tinggi dalam sesi wawancara bahasa Inggris dalam bentuk unit kalimat yang cukup kompleks. Selain itu, ditemukan pula fenomena alih kode dan campur kode dalam sesi wawancara kedua bahasa. Temuan selanjutnya adalah adanya penggunaan strategi-strategi alih tutur yang berbeda-beda pada tiap sesi wawancara. Terlepas dari kecenderungan bahasa, strategi alih tutur yang muncul lebih dipengaruhi oleh faktor ketertarikan anak pada topik wawancara, mood (suasana hati) anak pada saat sesi wawancara dan faktor situasional seperti fokus anak dan distraksi yang muncul pada saat wawancara berlangsung. ......Turn taking is an inseparable part of human conversation. The discovery of certain patterns and characteristics in children's turn taking is the main reason for this research to be conducted with a broader focus on turn taking of bilingual children in two-language conversations, which are Indonesian and English. This study was conducted to explain the children’s turn taking responses during two languages interview sessions and to describe the strategies used by children in bilingual conversation. This study is a qualitative research with transcription data recorded from four interview sessions conducted with each child in two languages ​​with three children aged 4-5 years as respondents in Jambi. The data were then analyzed using the theoretical basis of Sacks, Schegloff & Jefferson (1974) on the turn-constructional component and Stenstrom (1994) on turn taking strategies. From the results of data analysis, it was found that the three respondents had a tendency to respond to language with different units. Matt and Winna responded higher in the Indonesian interview sessions and dominated by single word responses, while Alisa responded higher in the English interview session in the form of a fairly complex sentence unit. In addition, code switching and code mixing phenomena were also found in the interview sessions of the two languages. The next finding is the use of different turn taking strategies in each interview session. Apart from language tendencies, the turn taking strategies that appear are more influenced by the child's interest in the interview topic, the child's mood during the interview session and situational factors such as the child's focus and distractions that arise during the interview.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Fuad Baagil
Abstrak :
ABSTRAK
Makalah ini merupakan studi mengenai percakapan antara guru dan murid dalam film Dead Poets Society 1989 . Analisis dalam makalah ini menggunakan teori Speech Act dari Austin yang terdiri dari locutionary, illocutionary, dan perlocutionary untuk melihat bagaimana strategi guru dalam membuat suatu kalimat imparatif. Penelitian sebelumnya banyak membahas mengenai metode proses pembelajaran dalam film tersebut. Makalah ini berusaha untuk mencari tahu strategi percakapan yang berhasil dilakukan antara guru dan siswa melalui tindak tutur yang dilakukan oleh guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan illocutionary dalam tindak tutur merupakan yang paling banyak digunakan dalam percakapan antara guru dan murid. Oleh karena itu, percakapan yang dilakukan memberikan suatu situasi pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran antara guru dan siswa di kelas.Kata kunci : Analisis Percakapan; Dead Poets Society; Proses Pembelajaran; Teori Tindak Tutur Austin
AbstractThis paper conducts a research about the conversational analysis between the teacher and students in the film Dead Poets Society 1989 . The analysis uses Austin rsquo;s theory of Speech Act which are locutionary, illocutionary, and perlocutionary acts in order to see how the teacher makes the imperative sentences. The previous researches mainly discuss about the method of the learning process. This paper seeks to answer the strategy of successful conversation between the teacher and students in the film through speech act. The finding shows that illocutionary act in the speech act is mainly used in the conversation. As a result, it creates an effective learning situation through the communication that is built in the learning process between the teacher and the students in the classroom.Keywords: Austin rsquo;s speech act; Conversational analysis; Dead Poets Society; Learning Process
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library