Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miftahul Jannah
"Antenatal care (ANC) merupakan program yang efektif untuk mencegah dan mengatasi anemia selama kehamilan. Studi ini bertujuan untuk menilai pelayanan antenatal care dan hubungannya dengan status anemia pada ibu hamil di Jakarta Timur. Studi potong lintang ini dilaksanakan pada 285 ibu dengan kehamilan ≥32 minggu. Pelayanan ANC dan kadar hemoglobin dinilai.
Studi menunjukkan bahwa ibu hamil dengan skor pengetahuan rendah?sedang tentang gejala berbahaya kehamilan dan peran keluarga dalam ANC, secara bermakna lebih rendah berresiko menderita anemia. Hal ini terkait dengan kecenderungan lebih baiknya konsumsi suplemen/multivitamin yang mengandung zat besi oleh subyek dengan skor rendah?sedang.

Antenatal care (ANC) is an effective program to prevent and overcome anemia during pregnancy. This study aimed to assess ANC services and its association with anemia status among pregnant women in East Jakarta. A cross sectional study was conducted among 285 pregnant women with ≥32 weeks gestation. ANC services and hemoglobin level were assessed.
This study showed pregnant women with low?medium score on education related to danger sign on pregnancy and family role on maternal care, had significantly lower risk of anemia. This contrary results was due to a tendency of better supplement/multivitamin containing iron consumption by subjects with lower-medium score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Rahma Rizqina
"Latar belakang: Persalinan prematur adalah persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, sebanyak 29,5 persen bayi Indonesia terlahir secara prematur. Kelahiran prematur menjadi salah satu penyebab utama kematian bayi dan memiliki berbagai komplikasi jangka panjang bagi anak. Anemia merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya prematur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara anemia dan persalinan prematur. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode case-control dengan uji statistik Chi square dan uji Fisher jika syarat Chi square tidak terpenuhi. Sampel penelitian ini berjumlah 100 sampel yang terdiri dari 50 sampel ibu yang bersalin secara prematur dan 50 sampel ibu yang tidak menjalani persalinan prematur. Pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder berdasarkan pencatatan pada rekam medis ibu melahirkan pada tahun 2021 di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Brimob, Depok. Hasil: Dari 100 subjek, sebanyak 69 persen memiliki usia 20-34 tahun, 73 persen memiliki IMT >24,9 kg/m2, 36 persen memiliki paritas 1, dan 33 persen mengalami anemia. Ibu dengan anemia yang menjalani persalinan prematur adalah 16 persen dari keseluruhan ibu. Hasil uji analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara anemia dan persalinan prematur dengan nilai p 0,832, 95%CI 0,397-2,103, OR 0,913. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara anemia dengan persalinan prematur di Kota Depok pada tahun 2021.

Introduction: Preterm birth is a term to describe a birth that takes place before the 37th week of gestational age. According to Indonesian Basic Health Research (Riset Kesehatan Dasar) 2018, the incidence of preterm birth in Indonesia is as high as 29.5% of live births. Preterm birth is one of the leading causes of neonatal mortality and one of many factors of long-term health complication of children. Anemia is a factor that could possibly increase the risk of preterm birth incidence. This study was conducted to determine the correlation between anemia and preterm birth incidence. Method: Case-control study was conducted using clinical record information of 100 subjects consisting of 50 women with preterm delivery and 50 women with term delivery at Rumah Sakit Umum Bhayangkara Brimob, Depok in year 2021. The number of samples was determined with consecutive sampling. The correlation between variables were then analyzed with the Chi-square test or Fisher’s exact test, if the assumptions for the Chi-square test were not met. Result: Within the 100 subjects studied, 69% were 20-34 years old, 73% had BMI >24,9 kg/m2, 36% were primiparous, and 33% had anemia in pregnancy. As many as 16% of the subjects had anemia in pregnancy and preterm deliveries. Bivariate analysis showed no significant correlation between anemia in pregnancy and preterm delivery (p=0.832; 95%CI: 0.397-2.103; OR=0.913) Conclusion: There is no significant correlation between anemia in pregnancy and preterm birth incidence in Depok in 2021."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rostika Flora
"Pada saat kehamilan, terjadi peningkatan kebutuhan zat besi (Fe) yang diperlukan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah ibu dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Apabila kebutuhan zat besi ini tidak terpenuhi, akan terjadi anemia defisiensi besi. Ibu hamil yang tinggal di daerah endemis malaria rentan terinfeksi malaria, yang berdampak terhadap anemia pada kehamilan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil zat besi pada ibu hamil yang berada di daerah endemis malaria vivax kota Bengkulu. Pemeriksaan mikroskopis malaria dan pengambilan sampel darah dilakukan untuk pemeriksaan profil zat besi terhadap 55 orang ibu hamil trimester II dan III yang mempunyai riwayat malaria di 5 wilayah kerja puskesmas. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis univariat. Pada ibu hamil yang tidak terinfeksi malaria tetapi mempunyai riwayat malaria, 90,5% mengalami anemia, 41,5% mengalami penurunan kadar Total Iron Binding Capacity (TIBC), dan 17% mengalami penurunan kadar Fe serum. Ibu hamil yang terinfeksi malaria vivax selain terjadi penurunan kadar hemoglobin juga disertai dengan penurunan kadar Fe serum dan kadar TIBC. Pada ibu hamil yang menderita malaria falsiparum, terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) dan kadar TIBC tetapi tidak disertai dengan penurunan kadar Fe serum. Ibu hamil yang terinfeksi malaria maupun yang mempunyai riwayat terinfeksi malaria mengalami anemia pada kehamilan.

During pregnancy, the need of iron increase significantly. Iron is needed for increasing the amount of mother?s red blood cell and form the red blood cell of fetus and placenta. If this iron needs is not fulfilled, it could cause iron deficiency anemia. Pregnant women who live in endemic malaria will be vulnerable to be infected malaria, and will cause anemia in pregnancy. This research was aimed to know iron profile in pregnant women that live in en Profil Zat Besi Ibu Hamil di Daerah Endemis Malaria Profile of Maternal Iron in Malaria Endemic Areas Rostika Flora* Bina Melvia** Sigit Purwanto** 195 demic malaria area. Malaria microscopic examination and blood sampling for examination of iron profile in 55 pregnant women trimester II and III who have a history of malaria in 5 working area health centers. The data obtained was then performed univariate analysis. The results showed pregnant women who have malaria history, 90.5% are suffering anemia, decreasing of Total Iron Binding Capacity (TIBC) level (41.5%) and 17% Fe serum level (17%). Pregnant women who are infected vivax malaria not only experiencing decrease of hemoglobin level but also experiencing decrease of Fe serum level and TIBC level, while pregnant woman who suffers from falciparum malaria haemoglobin (Hb) level and TIBC are decreasing but not in serum Fe levels. Pregnant women with history of malaria infection will suffer from anemia during pregnancy."
Palembang: Universitas Sriwijaya, Fakultas Kedokteran, Program Studi Ilmu Biomedik, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Florencia Grifit Joiner Da Costa Hornay
"Stunting merupakan salah satu masalah kekurangan gizi kronis yang terjadi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Anemia kekurangan zat besi pada ibu saat hamil dapat berisiko terhadap pertumbuhan janin dan dapat berdampak pada berat badan dan panjang badan anak saat lahir. Anak dengan kekurangan gizi kronis lebih rentan menderita infeksi, berisiko mengalami penyakit degeneratif di masa dewasa serta penurunan kapasitas belajar dan prestasi kerja.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan riwayat anemia ibu saat kehamilan trimester III dan bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 12-23 bulan di kota Dili.
Metode penelitian dengan desain case control yang dilakukan di lima puskesmas yang berada di kota Dili. Sampel pada penelitian ini berjumlah 180 anak berusia 12-23 bulan dengan 90 balita kasus dan 90 balita kontrol yang dipilih secara acak. Data yang diambil yaitu data anak dan data ibu.
Data anak berupa usia, jenis kelamin, berat badan saat lahir, panjang badan saat lahir, riwayat ASI, asupan energi dan asupan protein, status infeksi berupa diare dan infeksi saluran pernafasan akut. Data ibu berupa usia ibu saat hamil, jarak kehamilan, jumlah kelahiran anak, tinggi badan ibu, status gizi ibu saat hamil, asupan tablet tambah darah saat hamil dan status anemia saat hamil trimester III yang didapatkan dari buku kesehatan ibu dan anak (KIA). Terdapat hubungan yang signifikan antara anemia pada trimester ketiga kehamilan (p<0,001, OR 7,18) dan riwayat BBLR (p<0,001, OR 5,39) terhadap kejadian stunting. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan mengontrol variabel karakteristik yang berpotensi menjadi perancu, yaitu panjang badan lahir anak, LILA ibu saat hamil, asupan protein anak, riwayat infeksi anak, dan pendidikan ibu, jenis kelamin anak kedua hubungan tersebut menjadi tidak signifikan (p=0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa anak dari ibu dengan riwayat anemia pada trimester ketiga kehamilan memiliki risiko 7,18 kali lebih tinggi untuk menjadi stunting dan anak dengan riwayat BBLR memiliki risiko 5,39 lebih tinggi untuk menjadi stunting, namun terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh dalam populasi ini. Meningkatkan promosi kesehatan dan intervensi yang menargetkan wanita dan anak-anak dari prakonsepsi hingga kelahiran sangat dianjurkan untuk mengurangi kasus stunting di Dili.

Background: Stunting is a chronic malnutrition problem that primarily occurs during the first 1000 days of life. Iron deficiency anemia during pregnancy can pose risks to fetal growth and may impact the weight and length of the child at birth. Children with chronic malnutrition are more susceptible to infections and are at risk of developing degenerative diseases in adulthood, as well as experiencing reduced learning capacity and work performance.
Objectives: to determine the relationship between a history of anemia during the third trimester of pregnancy and low birth weight with the incidence of stunting in children aged 12-23 months in Dili city.
Methods: this study is a case-control design conducted in five health centers in Dili city. The sample consists of 180 children aged 12-23 months, with 90 stunted cases and 90 controls selected randomly. Data collected includes child-related and maternal data. Data analysis includes univariate, bivariate, and multivariate analysis.
Results : Anemia during the third trimester (P<0.001, OR 7.18) and LBW (P<0.001,OR 5.39) were significantly associated with an increased risk of stunting. After controlling for confounding factors through multivariate analysis, those relationship became non- significant (p>0.05).
Conclusion: Children of mothers who experience anemia in the third trimester of pregnancy are 7.18 times more likely to be stunted at the age of 12-23 months. Children with a history of LBW are 5.39 times more likely to be stunted at the age of 12-23 months. Other factors likely play a more influential role in the incidence of stunting within this population. Improving the quality of women and children health promotion from pre- conception to childbirth is highly recommended to reduce stunting cases in Dili.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur`Arifah Hakim
"Angka kejadian anemia pada ibu hamil di puskesmas kecamatan Kemayoran masih tinggi walaupun cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah minimal 90 butir selama hamil sudah mencapai 100%. Besarnya suplementasi zat besi juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing ibu. Tidak efektifnya program pemberian TTD untuk menurunkan kejadian anemia kehamilan karena belum adanya media yang efektif untuk memberikan informasi dan edukasi tentang anemia dan TTD.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas intervensi pendidikan kesehatan melalui diagram bantu konseling anemia dan pemberian dosis terapi TTD terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil di wilayah puskesmas kecamatan Kemayoran tahun 2019. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperiment dengan menggunakan desain nonequivalent control group design. Penelitian dilakukan di wilayah puskesmas kecamatan Kemayoran dari rentang waktu Maret-November 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di wilayah puskesmas kecamatan kemayoran dan teknik pemilihan sampel dengan cara purposive sampling.
Hasil penelitian pengaruh intervensi pendidikan kesehatan melalui diagram bantu konseling anemia dan pemberian dosis terapi TTD terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil di wilayah puskesmas kecamatan Kemayoran tahun 2019 pada analisis bivariat menggunakan uji Anova didapatkan nilai p = 0.0005, hubungan pengetahuan dan kepatuhan mengkosumsi TTD dengan Kadar Hemoglobin didapatkan r=0.288, p value=0.035; r=0.422, p value=0.001. Kesimpulan ada pengaruh intervensi pendidikan kesehatan melalui diagram bantu konseling anemia dan pemberian dosis terapi TTD terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil di wilayah puskesmas kecamatan Kemayoran tahun 2019 (nilai p < 0.05). Semakin tinggi pengetahuan dan kepatuhan mengkonsumsi TTD maka semakin besar kadar hemoglobin.

The incidence of anemia in pregnant women in the Kemayoran Health Centre is still high considering that pregnant women who get iron tablets of at least 90 during pregnant are reaching 100%. The amount of iron supplementation must also be adjusted to the needs and conditions of each mother. Ineffective iron supplementation delivery program for pregnant women to reduce the incidence of anaemia because there is no effective media to provide information and education about anaemia and iron supplementation.
This study aims to know the effectivity of health educational intervention through anaemia counseling helping diagram and giving iron suplement therapeutic doses to increasing haemoglobin levels for pregnant women at Kemayoran public health center area in 2019. This study uses a quasi experimental research type using the nonequivalent control group design. The study was conducted in the area of Kemayoran health center from the period March-November 2019. The population in this study were all pregnant women in the area of Kemayoran health center and sample selection techniques by purposive sampling.
The results of research on health educational intervention through anaemia counseling helping diagram and giving iron suplement therapeutic doses to increasing haemoglobin levels for pregnant women at Kemayoran public health center in 2019 on bivariate analysis using Anova test obtained p value = 0.0005, the relationship of knowledge and compliance consuming iron suplement with haemoglobin levels obtained r = 0.288, p value = 0.035; r = 0.422, p value = 0.001. Conclusion: there is influence of health educational through anaemia counseling helping diagram and giving iron suplement therapeutic doses to increasing haemoglobin levels for pregnant women at Kemayoran public health center in 2019 (p value <0.05). The higher of knowledge and compliance of consuming iron suplement, the greater the hemoglobin level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library