Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Mulkan Yahya
Medan : Pustaka Widyasarana, 1994
617.96 LUB a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dobson, Michael B. author
Jakarta: EGC, 1994
617.96 DOB at
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Now in a fully updated Fifth Edition, Shnider and Levinson's Anesthesia for Obstetrics, continues to provide the comprehensive coverage that has made it the leading reference in the field. The rising number of Cesarean births and the more advanced age of first-time mothers in the United States have brought with them an increased risk for complications, making the role of the obstetric anesthesiologist increasingly
Philadelphia: Wolters Kluwer , 2013
618.4 SHN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faizi
Abstrak :
Tujuan : Mengetahui tingkat kedalaman anestesi 30 detik setelah pemberian propofol dosis 2,5 mg/kg berat badan dengan 3,5 mg/kg berat badan. Disain : Prospektif, data dikumpulkan pada satu pusat penelitian dengan uji klinis acak tersamar ganda. yang akan menjalani bedah terencana dengan anesthesia umum fisertakan dalam penelitian ini. Pasien diberikan premedikasi midazolam dan fentanil 5 menit sebelum induksi. Kemudian pasien diinduksi dengan propofol dosis 2,5 mg/kg berat badan dan 3,5 mg/kg berat badan. Tekanan darah, nadi dan saturasi diukur 1 ( satu ) menit sebelum dan sesudah induksi. Setelah 30 detik dinilai hilangnya refleks bulu mata dan respon terhadap sungkup muka. Pada keiompok I 24 pasien tidak memberikan respon terhadap sungkup muka, sedangkan kelompok II berjumlah 26 pasien. Hasil ini menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna ( P > 0,05 ) Kesimpulan : Pemberian propofol dosis induksi 2,5 mg / kg berat badan memberikan tingkat kedalaman anestesi yang sama dengan dosis 3,5 mg/kg berat badan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldino Febrianto
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan khususnya di rumah sakit, tentunya melibatkan hubungan dokter dan perawat. Dokter atau tenaga medis tidak dapat bekerja tanpa bantuan perawat di suatu ?rumah sakit. Sebaliknya, perawat tanpa adanya instruksi dokter, tidak berwenang untuk bertindak secara mandiri kecuali dalam bidang tertentu yang sifatnya umum dan memang termasuk bidang asuhan perawat (nursing care). Hal tersebut juga berlaku pada tindakan yang dilakukan oleh dokter anestesi dan perawat anestesi. Permasalahan terkait pemberian dan perlindungan hukum bagi perawat dapat dilihat pada tindakan anestesi. Perawat anestesi tidak dapat semaunya melakukan tindakan pembiusan kepada pasien. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran memuat sanksi pidana dan denda kepada siapapun yang menjalankan praktik kedokteran yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah merupakan dokter yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Selain itu, tuntutan masyarakat akan pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien juga dibutuhkan. Ketentuan ini tentunya menimbulkan polemik mengingat nasib perawat anestesi yang berpraktik di daerah terpencil seperti Kabupaten Padang Panjang di Provinsi Sumatera Barat. Dimana pada daerah tersebut hanya terdapat beberapa tenaga medis yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Padang Panjang, Sumatera Barat.
ABSTRACT
In the implementation of healthcare especially in hospitals, naturally there will be an involvement in between doctors and nurses. Doctors or what we could called as paramedics will not be able to work without the help of the nurses in the ?hospitals?. Vice versa, the nurses without the Doctors supervision will not be able to act independently unless it is in a general action and part in the field of nursing care. This also applies to the action taken by the anesthesiologist. The problem related to the issue and a legal care towards the nurses can be shown during anesthesia. Anesthesist are not allowed giving anesthesia to the patients by their own will. In the Act No. 29 Year 2004 about Medical practice, it states a criminal sanction and fines to anyone who undertake an illegal medical action, which will later generate an impression as if it is a legal doctor who has an authorized registration letter and have the authority to take measure. Moreover, the demand for giving a good quality, effective and efficient healthcare to the society is also needed. This provision will certainly polemical considering the fate of the anesthesist that have their practice in a remote area like in Kabupaten Padang Panjang in the province of West Sumatera, where in that area there are only a few of paramedics which could fulfill the needs of the people.
2016
S63936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: PA : Churchill Livingstone/Elsevier, 2015
617.96 MILL II
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Najatullah
Abstrak :
Studi ini brtujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh kehadiran di tempat dokter spesialis Anestesi terhadap mutu pelayanan label merah melalui pendekatan studi kuantitatif observasional prospektif dan studi kualitatif untuk menilai kepuasan pelanggan dan pendapat DPJP Aneatesi terhadap implementasi kebijakan jaga onsite. Indikator yang dinilai dalam kaitannya dengan mutu pelayanan adalah angka/jumlah kematian, waktu asesmen medis, biaya pelayanan dan kepuasan pelanggan. Di dapatkan hasil, kehadiran di tempat DPJP spesialis Anestesi di label merah IGD berpengaruh terhadap jumlah kematian kurang dari 24 jam sebanyak 12 kematian dari 24 kematian, berpengaruh terhadap lamanya waktu asesmen medis awal rata-rata 21 menit dibanding 45 menit dengan p<0,05 dan berpengaruh terhadap biaya pelayanan. Untuk kasus CKB rata-rata biaya pelayanan 1,8 juta dibanding 2,7 juta dengan p<0,05. Didapatkan pula tingginya kasus stroke dan infark myokard pada kelompok non trauma. Untuk kepuasan pelanggan tidak dapat ukur pengaruhnya karena responden tidak dapat membedakan pelayanan oleh DPJP dan asisten DPJP tapi mereka menilai bahwa pelayanan cepat dan teliti dan akan merekomendasikan pelayanan untuk kerabat. Pendapat dokter penanggung jawab pelayanan terhadap implementasi kebijakan jaga di tempat baik tetapi mereka menilai sebagai lini depan pelayanan adalah seorang residen atau asisten DPJP karena dianggap memiliki kompetensi untuk memberikan pelayanan life saving. Kebijakan ini diteruskan dan dikembangkan untuk bidang spesialis jantung dan neurologi untuk pelayanan IGD level IV. ......The Objective of this study is to achieve the influence of doctor on duty anaesthesiologist according to the service quality in red label area. Both quantitative and qualitative study are designed to observed prospectively to analyzed the presence of anaesthesiologist in red label area on death number, time to initial assasment, cost per case and customer satisfaction. This study also want to know the perception of anaesthesiologist on the implementation of doctor on duty onsite. Result of this study, influence of doctor on duty anaesthesiologist onsite will impact on death number, 12 compare to 24 death cases, time to initial assasment 21 minutes compare to 45 minutes with p<0,05 and more lower cost 1,8 billion rupiah compare to 2,7 billion rupiah for Severe Head Injury case. The customer satisfaction not reflected to the influence of anaesthesiologist because they do not know the position of the examiner. But they will recommend this service to the family or friend. All the anaesthesist said that the implementation of doctor on duty onsite is good but they still suggested that the resident as a front line. We suggested that implementation of doctor on duty onsite for five specialities can be continued and widened for cardiologist and neurologist because stroke and myocardial infarction became the most death cause for non trauma patient.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Oktawati Sarwansa
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besar perbedaan antara hasil pengukuran--pengukuran kehilangan perlekatan jaringan periodonsium. Pengukuran-pengukuran tersebut adalah kehilangan perlekatan klinis tanpa anestesi, dengan anestesi, saat operasi dan secara radiografis. Pengukuran dilakukan pada 80 sampel area proksimal gigi posterior bawah. Pengukuran klinis dilakukan memakai prob Williams dengan tekanan yang ringan sedangkan gambaran radiografis dilakukan dengan teknik "bisecting angle.

Hasil pengukuran kehilangan perlekatan klinis ternyata lebih kecil secara bermakna daripada pengukuran saat operasi, rerata perbedaannya sebesar 0,85 mm. Gambaran radiografis juga memperlihatkan hasil yang lebih kecil secara bermakna daripada pengukuran saat operasi, rerata perbedaannya sebesar 0,588 mm.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Juita Halim
Abstrak :

Latar Belakang. Untuk menanggulangi nyeri saat penyuntikan jarum spinal dapat digunakan dua cara yaitu dengan cara non-farmakologis seperti melakukan manuver Valsalva dan cara farmakologis seperti memberikan obat anestesi sebelum penyuntikan. Menurut studi terdahulu di RSUPN-CM telah diketahui bahwa skala nyeri yang diperoleh yaitu VAS 0 (0-3) untuk kelompok EMLA dan VAS 0 (0-4) untuk kelompok vapocoolant spray saat penyuntikan jarum spinal. Untuk itu, peneliti ingin meneliti mengenai cara non farmakologis dengan membandingkan efektivitas manuver Valsalva dan kontrol dalam menurunkan derajat nyeri saat penyuntikan jarum spinal.

Metode. Penelitian ini menggunakan desain uji eksperimental klinis pada 70

pasien dengan 35 pasien pada masing-masing kelompok manuver Valsalva dan kontrol selama Januari-April 2019. Subjek penelitian adalah pasien wanita yang akan menjalani brachiterapi untuk pertama kali dengan pembiusan spinal. Efektifitas anestesia dinilai dengan skala nyeri VAS dan gerakan pasien.

Hasil. Skala nyeri yang diperoleh yaitu VAS 10mm (0-60) untuk kelompok manuver Valsalva dan VAS 30mm (0-60) untuk kelompok kontrol. Terdapat perbedaan bermakna antara skor VAS kelompok manuver valsalva dengan kelompok kontrol menurut uji Mann-Whitney dengan nilai p<0.001. Untuk gerakan pasien, kelompok Valsalva yang bergerak hanya 7 orang (20%) sedangkan dari kelompok kontrol yang bergerak 17 subjek (48.6%). Terdapat perbedaan proporsi gerak antara kelompok manuver valsalva dengan kelompok kontrol menurut uji Chi-square dengan nilai p=0.012

Kesimpulan. Terdapat perbedaan signifikan skala nyeri VAS dan gerakan pasien antara kelompok Manuver Valsalva dan kontrol saat penyuntikan jarum spinal.


Background. There are two methods to cope with pain during spinal injection, by non-pharmacologic such as doing Valsalva maneuver and by pharmacologic like giving anesthesia before the injection. Based on the previous study in RSUPN-CM stated that VAS 0 (0-3) for EMLA group and VAS 0 (0-4) for vapocoolant spray group during spinal puncture. The study aimed at comparing the effectiveness of Valsalva maneuver as non pharmacological approach and control in reducing pain during spinal injection.

Method. This was an experimental study on 70 subjects with 35 subjects treated with Valsalva maneuver and 35 subjects treated as control from January to April 2019. Research subjects were female who will undergo brachytherapy for the first time with spinal anesthesia. The effectiveness of pain was assessed by using Visual Analogue Scale (VAS) and patient movement during the surgery.

Results. This study found that pain scale obtained were VAS 10 (0-60) for Valsalva Maneuver group and VAS 30 (0-60) for control group. There was significant difference between two groups for pain scale according to Mann-Whitney test with p-value <0.001. For patient movement, the movement was reported in seven patients in Valsalva manuver group and 17 patients in control group. Based on chi-square test, there was significant differences between two groups, with p-value 0.012.

Conclusions. There were significant differences in VAS pain scale and patient movement between Manuver Valsalva group and control group in reducing pain during spinal injection

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Darmawan
Abstrak :
Latar belakang: Laringoskopi dan intubasi endotrakeal adalah prosedur untuk memfasilitasi pengelolaan jalan nafas dan ventilasi pada anestesi umum. Prosedur ini dapat menyebabkan perubahan variabel hemodinamik akibat respon saraf simpatis. Fentanyl merupakan agonis opioid dengan onset cepat dan durasi pendek yang dapat menekan respon saraf simpatis. Oxycodone menjadi agonis opioid kuat dengan potensi mirip morfin dan onset mirip fentanyl. Laporan penggunaan oxycodone dalam menekan tanggapan hemodinamik akibat laringoskopi dan intubasi pada pasien yang menjalani anestesi umum di Indonesia sampai saat ini belum banyak dilaporkan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode uji klinis acak tersamar ganda pada 64 pasien yang menjalani operasi dengan anestesi umum menggunakan pipa endotrakeal. Pasien dibagi menjadi dua kelompok secara randomisasi blok; Grup A 32 pasien dan grup B 32 pasien. Sebelum induksi anestesi, Grup A diberikan fentanyl 2 µg/kg dan Grup B diberikan oxycodone 0,2 mg/kg. Penilaian hemodinamik menggunakan variabel sistolik, diastolik, MAP, dan denyut jantung pada saat sebelum diberikan premedikasi, sesaat sesudah diberikan premedikasi, dan setelah dilakukan laringoskopi dan intubasi. Variabel hemodinamik ini dicatat dan dianalisis dengan menggunakan uji T tidak berpasangan. Hasil: Pada variabel denyut jantung menunjukkan perbedaaan yang signifikan antara kelompok fentanyl dan oxycodone pada saat sebelum dan setelah laringoskopi dan intubasi dengan nilai P < 0,05. Pada variabel sistolik, diastolik dan MAP menunjukkan tidak ada perbedaaan yang signifikan antara kelompok fentanyl dan oxycodone pada saat sebelum dan setelah laringoskopi dan intubasi dimana nilai P > 0,05. Simpulan: Terdapat perbedaan efektivitas oxycodone dibandingkan fentanyl dalam mengurangi tanggapan hemodinamik akibat laringoskopi dan intubasi pada anestesi umum berupa denyut jantung, namun tidak dalam hal tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan MAP.
Background: Laryngoscopy and endotracheal intubation are procedures to facilitate the management of airway and ventilation in general anesthesia. These procedures can cause changes in the hemodynamic variables due to the sympathetic nerve response. Fentanyl is an opioid agonist with rapid onset and short duration that can suppress sympathetic nerve responses. Oxycodone becomes a strong opioid agonist with morphine-like potential and fentanyl-like onset. Reports of the use of oxycodone in suppressing the hemodynamic response due to laryngoscopy and intubation in patients undergoing general anesthesia in Indonesia have not been reported so far. Method: This study used a double blind randomized clinical trial method in 64 patients who underwent surgery under general anesthesia using endotracheal tubes. Patients were divided into two groups with block randomization; Group A 32 patients and group B 32 patients. Before induction of anesthesia, Group A was given fentanyl 2 µg/kg and Group B was given oxycodone 0.2 mg/kg. Hemodynamic assessment uses the systolic, diastolic, MAP, and heart rate variables before premedication, shortly after premedication, and after laryngoscopy and intubation. These hemodynamic variables were recorded and analyzed using an unpaired T test. Results: The heart rate variable showed a significant difference between fentanyl and oxycodone groups at the time of before and after laryngoscopy and intubation with the value of P < 0.05. In the systolic, diastolic and MAP variables showed no significant difference between the fentanyl and oxycodone groups at the time of before and after laryngoscopy and intubation with the value of P > 0.05. Conclusion: There is a difference in the effectiveness of oxycodone compared to fentanyl in reducing hemodynamic responses due to laryngoscopy and intubation under general anesthesia in the form of heart rate, but not in terms of systolic blood pressure, diastolic blood pressure and MAP.
Jakarta: Universitas Indonesia, 2019
T58833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>