Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alzilzal Nanda Putra
"Ikan kerapu (Epinephelus sp) merupakan ikan karang yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dalam keadaan segar dan sangat diminati oleh pasar dalam maupun luar negeri khususnya negara-negara ASEAN, namun juga merupakan pangan yang mudah busuk. Tingkat kesegaran ikan kerapu dapat mempengaruhi nilai ekonomisnya, semakin rendah tingkat kesegarannya maka nilai ekonomisnya pun akan semakin rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penyimpanan ikan kerapu (Epinephelus sp) pada suhu yang dipertahankan antara (-4°C) selama 21 hari dengan interval tujuh dari hari ke-0 menggunakan slurry ice akan mempengaruhi tingkat mutu kesegaran ikan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan empat metode pengujian yaitu, uji organoleptik, uji mikrobiologi dengan metode total plate count (TPC), uji kimia dengan metode total volatile base (TVB), dan uji kadar air. Nilai organoleptik pada hari penyimpanan ke-14 yaitu 6.37 sudah melewati batas nilai ikan segar menurut SNI 2729:2013 yaitu 7.00. Total jumlah koloni pada hari penyimpanan ke-21 telah melebihi batas nilai ikan segar yaitu 5 x 105, diduga penurunan mutu kesegaran sudah terjadi diantara hari penyimpanan ke-14 hingga ke-21. Nilai TVB pada hari penyimpanan ke-14 yaitu 20.53 mg-N/100g sudah melewati batas nilai ikan segar yaitu 20 mg-N/100g. Nilai kadar air pengalamani penurunan dari hari penyimpanan ke-0 hingga ke-14 dan meningkat pada hari penyimpanan ke-21. Ikan kerapu cantang hanya efektif disimpan hingga 14 hari menggunakan slurry ice pada suhu yang dipertahankan antara (-4°C)

ABSTRACT
Grouper (Epinephelus sp) is a reef fish that has high economic value in fresh conditions and was very popular at domestic and foreign markets, especially in ASEAN countries, but it also a perishable food. The level of freshness of grouper can affect its economic value, the lower the level of freshness, the lower the economic value. This study aims to determine whether the storage of the grouper (Epinephelus sp) at temperature maintained between (-4°C) for 21 days with seven intervals from day 0 using slurry ice will slow down the decrease of it is quality. This research was conducted using four test methods such as organoleptic test, microbiological test with total plate count (TPC) method, chemical test using the total volatile base (TVB) method, and moisture content test. The organoleptic value on the 14th storage day which is 6.37 has exceeded the maximum limit of fresh fish according to SNI 2729: 2013 which is 7.00. The total number of colonies on the 21st storage day has exceeded the maximum limit of fresh fish which is 5 x 105, presumably a decrease in freshness quality has occurred between the 14th to 21st day of storage. The value of TVB on the 14th day of storage which is 20.53 mg-N/100g has exceeded the maximum limit of fresh fish which is 20 mg-N/100g. Water content values ​​decreased from the 0 to 14th day of storage and increased on the 21st day of storage. The grouper fish was only effective for up to 14 days using slurry ice storage at a temperature maintained between (-4°C)"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Arianto Setiadi
"ABSTRAK
Udang putih (Litopennaeus vannamei) merupakan salah satu jenis Crustaceae yang banyak dibudidayakan di Indonesia sebagai bahan pangan. Udang sebagai salah satu komoditi pangan maritim, memiliki tingkat kemunduran mutu kesegaran yang cepat, sehingga penanganan yang cepat dan tepat dibutuhkan untuk tetap menjaga kesegaran dari udang. Penanganan menggunakan slurry ice menjadi salah satu opsi dalam upaya menjaga kesegaran udang. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan mutu kesegaran udang putih setelah disimpan dengan slurry ice pada suhu superchilling selama 21 hari dapat memperlambat kemunduran mutu udang. Penelitian dilakukan dengan uji lab untuk masing-masing parameter Organoleptik, Total Volatile Base (TVB), Total Plate Count (TPC), dan Kadar air sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Hasil uji penelitian parameter Organoleptik pada udang pada penyimpanan hari ke-7 menunjukkan nilai diambang batas toleransi menurut SNI-2728.1 2006 dengan batas toleransi kesegaran adalah 7.00. Hasil uji TVB pada penyimpanan hari ke-7 adalah 22,41 mg-N/ 100gr, dengan batas toleransi maksimum nilai TVB adalah 30 mg-N/ 100gr. Hasil uji TPC pada penyimpanan hari ke 14 menunjukkan 1,49 x 106 CFU/100g dengan batas toleransi nilai TPC adalah 5 x 105. Persentase kadar air yang meningkat setelah penyimpanan hari ke-7, mendukung sebab peningkatan nilai uji TPC dan TVB setelah penyimpanan hari tersebut. Udang putih yang disimpan dalam slurry ice pada suhu dapat dinyatakan hanya mampu bertahan di atas batas mutu kesegaran yang diterima pada waktu penyimpanan maksimum 7 hari

ABSTRACT
Whiteleg shrimp (Litopennaeus vannamei) was one of many Crustceaean species being aqua-cultured in Indonesia as food source. Shrimp as one of marine food commodities, have a fast quality degradation rate, making the immediate and precise treatment were the key to achieve sustainable and acceptable shrimp quality. Slurry ice is one of viable option to keep the freshness quality of shrimp. The experiment was aimed to determine whether the freshness quality of whiteleg shrimp can be sustained in 21-day storage at maintained super-chilling temperature. The result of organoleptic parameter test on the 7th day of storage were described a value of 7, close to the limit of acceptable value of 7.00 as stated on SNI-2728.1 2006. The result of TVB test show TVB value was 44,82mg-N/100g on the day of storage, over the limit of acceptable value of 30mg-N/100g. The result of TPC test show TPC value was 1,49 x 106 CFU/100g on the 14th day of storage, over the limit of acceptable value of 5 x 105 CFU/100g. Water content value show an increasing value after the 7th day of storage further prove its involvement on the increasing the TVB and TPC value. Whiteleg shrimp on temperature slurry ice was only effective on 7-day storage before reaching freshness quality value limit.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shamira Ausvy Maliha
"Jamu Turun Tegang Saraf merupakan produk jamu cair siap minum berbahan dasar cengkih, jahe merah, dan pala yang berkhasiat menurunkan ketegangan saraf. Jamu ini merupakan jamu baru yang masih memerlukan pengembangan produk salah satunya dengan menduga umur simpannya untuk memberikan jaminan keamanan mutu serta informasi keamanan konsumsi bagi konsumen. Dalam penelitian ini, mutu dan keamanan produk diamati berdasarkan variasi jumlah penambahan pengawet natrium benzoat (0; 1000; dan 2000 mg/kg) serta suhu penyimpanan (30℃; 40℃; dan 50℃). Penelitian dilakukan untuk memperoleh jumlah penambahan pengawet yang memberikan umur simpan jamu paling lama dengan mengamati parameter penurunan kandungan senyawa fenolik dan nilai organoleptik (warna, bentuk, aroma, dan rasa) jamu selama penyimpanan. Pendugaaan umur simpan dilakukan menggunakan metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) dengan pendekatan model persamaan Arrhenius. Diamati pertumbuhan mikroba selama penyimpanan menggunakan metode Angka Lempeng Total (ALT) guna memberikan jaminan keamanan konsumsi bagi konsumen. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pendugaan umur simpan dilakukan berdasarkan parameter kritis kandungan senyawa fenolik dimana umur simpan Jamu Turun Tegang Saraf tanpa penambahan pengawet dengan suhu penyimpanan 30℃; 40℃; dan 50 adalah 3; 4; dan 5 hari; Jamu Turun Tegang Saraf dengan penambahan pengawet 1000 mg/kg suhu penyimpanan 30; 40ƒ; dan 50 adalah 5; 6; dan 8 hari; dan umur simpan Jamu Turun Tegang Saraf dengan penambahan pengawet 2000 mg/kg suhu penyimpanan 30; 40;  dan 50℃ adalah 6; 7; dan 9 hari. Jamu Turun Tegang Saraf dengan penambahan pengawet 2000 mg/kg suhu penyimpanan 30℃; 40℃; dan 50℃ aman dikonsumsi hingga hari ke-16 penyimpanan. Jamu Turun Tegang Saraf dengan pengawet 1000 mg/kg suhu penyimpanan 40℃; dan 50℃ aman dikonsumsi hingga hari ke-16 penyimpanan, sedangkan Jamu Turun Tegang Saraf tanpa pengawet suhu penyimpanan suhu 40oC dan 50oC aman dikonsumsi hingga hari ke-13 dan hari hari ke-16 penyimpanan. 
......Neuropathic Pain Reducer Herbal is a ready-to-drink liquid herbal medicine made from cloves, red ginger, and nutmeg which has the effect of reducing nervous tension. This product is a new herbal medicine that still that still needs some product developments, including product shelf life to provide quality assurance and consumption safety information for consumers. In this study, product quality and safety were observed based on variations in the amount of added sodium benzoate (0; 1000; and 2000 mg/kg) and storage temperature (30℃; 40℃; and 50℃). The study was conducted to obtain the amount of added preservatives that provide the longest shelf life of herbal medicine by observe the decrease in quality parameters of the phenolic compounds content and organoleptic values ​​(color, shape, aroma, and taste) of herbal medicine during storage. Shelf life estimation was carried out using the Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) method with the Arrhenius equation model approach. Microbial growth was observed during storage using the Total Plate Count (TPC) method in order to guarantee consumption safety for consumers. The content of eugenol compounds which act as natural preservatives in herbal medicine were identified and their decrease was observed. The results of this study showed that the estimation of shelf life was carried out based on critical parameters of the content of phenolic compounds where the shelf life of Neuropathic Pain Reducer Herbal without the addition of preservatives with a storage temperature of 30; 40; and 50 is 3; 4; and 5 days; Neuropathic Pain Reducer Herbal with added sodium benzoate 1000 mg/kg storage temperature 30℃; 40℃; and 50 is 5; 6; and 8 days; and the shelf life of Neuropathic Pain Reducer Herbal with added sodium benzoate 2000 mg/kg storage temperature 30℃; 40; and 50℃ is 6; 7; and 9 days. Neuropathic Pain Reducer Herbal with added sodium benzoate 2000 mg/kg and storage temperature 30℃; 40℃; and 50℃ safe for consumption until the 16th day of storage. Neuropathic Pain Reducer Herbal with added sodium benzoate 1000 mg/kg storage temperature 40; and 50℃ are safe for consumption up to the 16th day of storage, while Neuropathic Pain Reducer Herbal without added sodium benzoate at storage temperatures of 40℃ and 50℃ are safe for consumption until the 13th day and 16th day of storage. Eugenol compounds were proven to exist by HPLC testing and it was found that the greater the amount of addition of sodium benzoate affects the degradation of eugenol compounds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library