Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gita Indah Permatasari
"Film animasi Prancis Le Tableau (2011) karya Jean-François Laguionie mengisahkan kehidupan dalam sebuah lukisan yang belum diselesaikan oleh pelukisnya. Terdapat pengelompokkan tokoh-tokoh dalam lukisan yang didasarkan oleh progres pelukisan. Artikel ini mendalami bagaimana pengelompokkan sosial dalam film menimbulkan konflik ketidaksetaraan dan mendorong gerakan penghapusan kelas sosial. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan perspektif kritik Marxis sebagai kerangka teoretis dalam menginterpretasikan konflik ketidaksetaraan dan konsep penghapusan kelas sosial dalam narasi visual film animasi Le Tableau serta mengkritisinya dengan realitas kehidupan sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Data yang digunakan berupa unsur naratif, efek visual pada tokoh dan latar serta kutipan langsung dari tokoh. Analisis aspek naratif ditunjang dengan konsep teori A.J. Greimas dalam bentuk skema aktan dan struktur fungsional, kemudian pemaknaan simbol dari pengembangan animasi didukung teori film animasi dari Boggs dan Petrie. Hasil analisis menunjukkan konsep Marxisme terkait penghapusan kelas sosial yang tercermin dalam film sebagai pertentangan struktur kelas sosial menjadi sebuah wacana utopis untuk diimplementasikan dalam kehidupan.
......The French animated film Le Tableau (2011) by Jean-François Laguionie portrays life within an unfinished painting by its painter. The characters in the painting are grouped based on the progress of the painter's work. This article delves into how social categorization in the film gives rise to conflicts of inequality and propels a movement toward the dismissal of social class. The research aims to apply a Marxist critical perspective as a theoretical framework in interpreting the inequality conflicts and the concept of dismissal of social class in the visual narrative of the animated film Le Tableau, and to critically analyze it concerning the reality of social life. The research methodology used is qualitative descriptive. The data utilized includes narrative elements, visual effects on characters and settings, as well as direct quotes from characters. Narrative aspect analysis is supported by A.J. Greimas' theory in the form of actant schemes and functional structures, with symbol interpretation from animation development supported by animation film theories from Boggs and Petrie. The analysis results reveal Marxist concepts related to the dismissal of social class reflected in the film as a resistance to social class structures, becoming a utopian discourse to be implemented in real life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Kusumaningrum
"Antropomorfisme adalah salah satu perangkat sastra yang tidak hanya digunakan dalam karya sastra, namun juga sering digunakan dalam film, terutama film animasi. Studio Ghibli, sebuah studio animasi dari Jepang, sering kali menggunakan antropomorfisme dalam film mereka, salah satunya dalam film Neko no Ongaeshi (2002). Untuk mengkaji antropomorfisme dalam film ini, penulis menggunakan teori-teori antropomorfisme dari Wells (1998; 2009) dan Danielsson (2020). Temuan dari penelitian ini adalah tokoh-tokoh hewan antropomorfik dalam film ini sebagian besar masih tetap mempertahankan beberapa perilaku alami hewan mereka. Tokoh-tokoh ini juga tentunya memiliki karakteristik dan perilaku manusia, antara lain adalah berjalan tegak dengan dua kaki, berbicara, memakai pakaian atau aksesoris, dan memiliki kebangsaan atau etnik. Tokoh-tokoh antropomorfik juga berperan sebagai pembawa pesan yang sesuai dengan tema film ini. Pesan-pesan yang dibawa adalah pentingnya percaya pada diri sendiri dan membalas kebaikan orang lain, kritik terhadap pemerintahan totaliter, dan representasi perbedaan cara pandang antara generasi tua dan generasi muda.
......Anthropomorphism is a literary device that is not only used in literary works but also in films, especially animated ones. Studio Ghibli, a Japanese animation studio, often uses anthropomorphism in their films. One of them is Neko no Ongaeshi (2002). To study anthropomorphism in this film, anthropomorphism theories from Wells (1998; 2009) and Danielsson (2020) are used. The results are most of the anthropomorphic animal characters in this film still show some of the animal's natural behavior. They also show human characteristics and behaviors such as walking upright on two legs, talking, wearing clothes or accessories, and having nationality or ethnicity. This film also uses anthropomorphic characters to convey messages related to the themes of this film. These messages are the importance of believing in yourself and returning others’ favors, a critique of totalitarian government, and representations of different perspectives between the older and younger generations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Hamidah Wiryawan
"Penelitian ini menganalisis teknik terjemahan judul film animasi Disney dengan teori teknik penerjemahan oleh Yoko Hasegawa. Studi ini memiliki tujuan untuk mengetahui teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan judul film animasi Disney ke bahasa Jepang serta alasan penggunaan teknik tersebut. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk menganalisis sumber data berupa judul film animasi Disney yang diakses dari https://www.disney.co.jp/studio/animation.html. Dari hasil penelitian ini, terdapat lima teknik yang digunakan dalam penerjemahan judul film animasi Disney, yaitu teknik borrowing, literal, modulation, equivalence, dan addition/deletion. Dalam total 57 data, terdapat 37 penggunaan teknik borrowing, 2 penggunaan teknik literal, 1 penggunaan teknik modulation, 1 penggunaan teknik equivalence, dan 34 penggunaan teknik addition/deletion. Teknik borrowing paling banyak digunakan karena kata/kalimat yang ada pada judul film tidak memiliki padanan yang baik dalam BSa dan juga digunakan untuk memperkenalkan tokoh utama dalam film tersebut.
......This study analyses the translation techniques of Disney’s animated film titles by using Yoko Hasegawa’s translation techniques theory. This study aims to determine the techniques used in translating Disney’s animated film titles into Japanese and the reasons for using these techniques. Qualitative research method is used to analyse the data source of Disney’s animated film titles accessed from https://www.disney.co.jp/studio/animation.html. The results are there are 5 techniques that is used to translate Disney’s animated film titles, which is borrowing technique, literal technique, modulation technique, equivalence technique and addition/deletion technique. From the total of 57 data, there are 37 use of borrowing technique, 2 use of literal technique, 1 use of modulation technique, 1 use of equivalence technique and 34 use of addition/deletion technique. Borrowing technique is mostly used because the words/sentences in the film titles do not have a good equivalent in SL and are also used to introduce the main character in the film."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library