Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inggrid Galuh Mustikawati
"Dalam studi ini bermaksud untuk menggambarkan hubungan antarkelompok pengungsi dan penduduk lokal di Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan pasca Konflik Sampit pada tahun 2001. Pembahasan hubungan antarkelompok pengungsi dan penduduk lokal ini dalam konteks prasangka dan stereotip yang berkembang pada masing-masing kelompok. Pada saat membahas mengenai prasangka dan stereotip, akan selalu ada beberapa kemungkinan yang terjadi sebagai akibat dari hubungan antarkelompok tersebut, jika tidak mengarah pada konflik, dapat pula mengarah pada integrasi, atau mungkin keduanya. Studi yang dilakukan terhadap 15 informan ini dilakukan secara mendalam dengan menggunakan metode kualitatif dalam bentuk penyajian secara deskriptif. Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan pengungsi sebagai kelompok etnis Madura yang terintegrasi secara geografis, berbeda dengan pengungsi yang pada umumnya berlokasi terpisah secara geografis dengan penduduk lokal. Trauma secara psikologis atau peristiwa pengungsian yang mereka alami dan identitas diri sebagai kelompok etnis Madura mewarnai hubungan yang terbentuk antara pengungsi dan penduduk lokal. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa potensi konflik lebih mendominasi hubungan yang terbentuk antara pengungsi dan penduduk lokal. Hal ini tidak berarti proses-proses ke arah integrasi tidak ada, hanya saja kuatnya prasangka dan stereotip terhadap kehadiran pengungsi dan pilihan menetap yang kemudian dilakukan oleh pengungi menimbulkan reaksi yang negatif pada sejumlah penduduk lokal. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa sikap dan perilaku yang menjadi kebiasaan kelompok etnis Madura yang tidak disukai oleh penduduk lokal. Meskipun nampak adanya usaha untuk mengubah citra diri, tidak berarti penduduk lokal dapat dengan mudah mengubah prasangka dan stereotip terhadap kelompok etnis Madura."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S10589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqy Azhar Hafizh
"ABSTRAK<>br>
Artikel ini membahas mengenai kekerasan kolektif yang terjadi dalam konflik antarorganisasi masyarakat Forum Betawi Rempug FBR dan Pemuda Pancasila PP . Konflik antarkedua organisasi masyarakat ormas ini seringkali terjadi di wilayah Jakarta, Tangerang, dan juga Depok dalam rentang tahun 2011 hingga 2016. Penulis berasumsi bahwa kekerasan kolektif yang terjadi dalam konflik antarormas FBR dan PP ini termasuk kedalam perilaku kolektif. Hasil analisa penulisan menunjukan adanya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan kolektif dalam konflik antarkedua ormas ini. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor kondusifitas struktural berupa kemajemukan wilayah konflik dan penandaan wilayah kekuasaan; faktor ketegangan struktural berupa pertentangan ekonomi seperti perebutan lahan; faktor tumbuh dan berkembangnya keyakinan umum berupa anggapan ormas lawan adalah musuhnya dan adanya sifat kekerasan yang melekat dalam kedua ormas; faktor pencetus berupa pencopotan atribut ormas, perusakan posko ormas, adanya provokator, dan adanya emosi; faktor mobilisasi berupa konsolidasi ikatan-ikatan dalam kelompok dan ukuran kolektivitas sehingga terjadi kekerasan kolektif; dan pengoperasian pengendalian sosial yang bersifat formal dan non-formal.

ABSTRACT<>br>
This article discusses the collective violence that occurred in the conflict between Forum Betawi Rempug FBR and Pemuda Pancasila PP community organizations. Conflicts between these two community organizations often occur in Jakarta, Tangerang and Depok areas from 2011 to 2016. The author assumes that the collective violence occurring in the conflict between FBR and PP organizations is included in collective behavior. The result of the writing analysis shows the factors that cause the collective violence in conflict between these two community organizations. These factors are the structural conduciveness factors in the form of territorial marking and the plurality of the conflict areas structural strain factor in the struggle for land due to economic factors growth and spread of a generalized belief factors in the assumption of opponent that mass organizations are enemies and the existing stereotype of the two organizations precipitating factors in the form of removing attributes of mass organizations, destruction of community organizations posts, the presence of provocateurs, and the emotions mobilization factor in the form of consolidation of bonds within the group and the collectivity measure so that collective violence occurs and the operation of formal and non formal social controls."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Boma Baswara
"Pandemi COVID-19 diikuti dengan fenomena prasangka terhadap tenaga kesehatan dan banjir informasi di media terkait penyakit tersebut. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat efek perbedaan jenis pesan (IV) pada prasangka
terhadap tenaga kesehatan (DV) dengan mediasi persepsi ancaman realistis dan simbolis (M). Pesan dalam penelitian ini dimanipulasi pada aspek format pesan (naratif, statistik) dan ancaman yang ditekankan dalam pesan (realistis, simbolis).
Penelitian dilakukan secara survei-eksperimental daring between-subject. Partisipan penelitian berjumlah 550 orang warga daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Partisipan secara acak dikelompokkan ke dalam salah satu kondisi, yaitu pesan statistikal, naratif ancaman realistis, naratif ancaman simbolis, dan satu kelompok kontrol. Setelah membaca teks stimulus penelitian, dilakukan pengukuran pada tingkat persepsi ancaman COVID-19 dan juga prasangka terhadap tenaga kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok dalam kondisi naratif ancaman simbolis memiliki prasangka terhadap tenaga kesehatan yang lebih rendah secara signifikan jika dibandingkan dengan kelompok lainnya. Selain itu, tidak ditemukan efek perbedaan format pesan dan peran mediasi persepsi ancaman COVID-19 dalam pembentukkan prasangka terhadap tenaga kesehatan. Hasil ini mengindikasikan bahwa pesan tentang penyakit tidak selalu mengaktivasi mekanisme behavioral immune system (BIS), namun juga memiliki potensi untuk mendeaktivasi mekanisme BIS, bergantung pada penekanan gambaran dampak penyakit di dalam pesan.

The COVID-19 pandemic is followed by cases of prejudice against healthcare workers and informations flooding in the media about the disease. This research was conducted to examine the effects of message type (IV) on prejudice against healthcare workers (DV) mediated by realistic dan symbolic threat perceptions (M). Message type was manipulated in two aspects, which were message format (narrative, statistical) and the threats emphasized in the message (realistic,
symbolic). Online between-subject survey-experimental design was employed to 550 participants resided in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (Jabodetabek) areas. Participants were randomly assigned into one of four conditions which were statistical message, realistic threat-narrative message, symbolic threat-narrative message and control gorup. After reading the stimulus, their COVID-19 threat perception and prejudice level on healthcare workers were measured. Result showed that the group exposed to symbolic threat-narrative message had significantly lower prejudice compared to the other conditions. Moreover, there was no significant difference between message format. The mediating role COVID-19 threat perception in forming prejudice against healthcare workers did not showed as well. This result indicates that information about diseases can both activate behavioral immune system mechanism (BIS) and deactivate the mechanism, depending on the emphasis put on the disease impacts pictured in the message.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Wijaya
"Sampai pada hari ini etnis Tionghoa tidak terlepas dari berbagai prasangka dan sentimen. Mereka dipandang eksklusif, berpengaruh dalam ekonomi, dan diragukan nasionalismenya. Sosialisasi menggunakan media melalui kontak parasosial merupakan salah satu opsi untuk menunjukkan representasi etnis Tionghoa yang tidak stereotipikal. Penelitian ini menggunakan desain korelasional untuk menguji hubungan antara kontak parasosial dengan prasangka terhadap etnis Tionghoa yang dimediasi oleh kecemasan antarkelompok dan persepsi ancaman. Partisipan (N = 113) adalah Warga Negara Indonesia berusia 18 – 39 tahun (M = 23.4, SD = 4.1) yang bukan beretnis Tionghoa dan pernah menonton acara seri komedi “Cek Toko Sebelah: Babak Baru.” Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa kontak parasosial tidak mempengaruhi prasangka terhadap etnis Tionghoa baik secara langsung (b = 0.8, SE = 1.02, 95% CI [-1.24, 2.83]) maupun tidak langsung melalui kecemasan antarkelompok (b = 0.0105, SE = 0.0179, 95% CI [-0.028, 0.048]) dan persepsi ancaman (b = 0.053, SE = 0.0504, 95% CI [-0.101, 0.102]). Walaupun demikian, kontak tatap muka ditemukan secara negatif dan signifikan mempengaruhi prasangka. Penelitian ini menunjukkan bahwa kontak merupakan variabel penting untuk membangun hubungan antarkelompok yang harmonis. Penelitian selanjutnya dapat memperbaiki metode yang digunakan untuk melihat lebih baik pengaruh media terhadap persepsi antarkelompok.

To this day, Chinese Indonesian are inseparable from various prejudices and sentiments. They are seen as exclusive, influential in the economy, and their nationalism are doubted. Socialization with media through parasocial contact is one option to show a non-stereotypical representation of the Chinese Indonesian ethnicity. This study used a correlational design to examine the relationship between parasocial contact and prejudice against Chinese Indonesian mediated by intergroup anxiety and perceived threat. Participants (N = 113) are Indonesian citizens aged 18 – 39 years (M = 23.4, SD = 4.1) who are not Chinese Indonesian and have watched the comedy series “Cek Toko Sebelah: Babak Baru.” The results of the mediation analysis showed that parasocial contact did not affect prejudice against Chinese Indonesian either directly (b = 0.8, SE = 1.02, 95% CI [-1.24, 2.83]) or indirectly through intergroup anxiety (b = 0.0105, SE = 0.0179, 95% CI [-0.028, 0.048]) and perceived threat (b = 0.053, SE = 0.0504, 95% CI [-0.101, 0.102]). However, face-to-face contact was found to negatively and significantly influence prejudice. This study shows that contact is an important variable to build harmonious intergroup relations. Future research can improve the methods used to better see the influence of media on intergroup perceptions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Nurmala
"Tesis ini membahas strategi permintaan maaf dan relasi suku antara pelanggar dan korban dalam konteks interpersonal dan antarkelompok untuk mengukur penerimaan ketulusan. Penelitian kuantitatif dengan desain between-participant. Hasilnya, strategi permintaan maaf yang dilakukan oleh relasi suku yang sama dirasakan tulus. Strategi permintaan maaf yang melibatkan pengorbanan dirasakan tulus. Strategi permintaan maaf yang melibatkan pengorbanan dan diperkuat relasi suku yang sama antara pelanggar dan korban dalam konteks interpersonal dirasakan paling tulus.

The focus of this study is apologies and ethnic relation's between transgressor and victim in an interpersonal and intergroup context measuring perceived sincerity. This research is quantitative between-participant. This research argued that apology in an ingroup's more sincere than outgroup, costly apology's more sincere than no-cost apology, and costly apology supported by an ingroup relation?s in an interpersonal context is the most perceived sincerity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library