Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Olivia Tamara
Abstrak :
Program Rujuk Balik (PRB) dikelola BPJS Kesehatan yang neliputi pasien dengan penyakit jantung, stroke, asma, paru obstruksi kronik, epilepsi, skizofren dan lupus. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan pada resep PRB BPJS. Golongan obat antihipertensi adapun golongan ACEI, ARB, CCB atau diuretik sebagai lini pertama. Obat yang rasional ketika pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, sesuai dengan dosis kebutuhan serta dalam waktu interval yang sesuai dan biaya terendah yang bisa didapatkan pada komunitasnya. ......Program Rujuk Balik (PRB) is managed by BPJS Kesehatan which includes patients with heart disease, stroke, asthma, chronic obstructive pulmonary disease, epilepsy, schizophrenia and lupus. Hypertension is the most common disease found in BPJS PRB prescriptions. The antihypertensive drug class is the ACEI, ARB, CCB or diuretic class as the first line. Rational medicine when the patient receives treatment according to his clinical needs, according to the dosage needed and at the appropriate time interval and the lowest cost that can be obtained in his community.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fridyan Ratnasari. author
Abstrak :
Hipertensi tidak terkendali sebagai masalah kesehatan utama yang sering tidak terdiagnosa sehingga prevalensinya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi tidak terkendali ini merupakan kontributor utama mortalitas dan morbiditas penyakit kardiovaskular. Prevalensi tertinggi hipertensi tersebar di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Namun, dari seluruh pasien hipertensi, hanya 37% yang mendapatkan tatalaksana obat antihipertensi. Semakin meningkatnya angka kejadian hipertensi terutama hipertensi tidak terkendali dari tahun ke tahun semakin mempertegas pentingnya evaluasi penatalaksanaan pada pasien hipertensi dalam mencapai hipertensi terkendali. Untuk menjawab permasalahan klinis tersebut, peneliti melakukan analisa data 198 rekam medis pasien hipertensi melalui penelitian dengan metode cross sectional di Poliklinik Ginjal dan Hipertensi IPD RSCM. Tujuan penelitian adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara jumlah pemberian obat antihipertensi dengan terkendalinya kendali tekanan darah. Dari seluruh data yang terkumpul, peneliti mengeksklusi data yang tidak lengkap hingga menjadi 117 data yang selanjutnya menunjukkan karakteristik pasien hipertensi. Penderita hipertensi 53% nya merupakan wanita. Selain itu, 50,4% pasien hipertensi berada pada status obesitas. Penelitian ini menunjukkan proporsi pasien dengan hipertensi tidak terkendali sebesar 41% dan 78,6% dari seluruh pasien hipertensi mendapatkan obat antihipertensi lebih dari dua obat. Pada pengobatan kombinasi, terdapat 47,8% pasien dengan hipertensi tidak terkendali dan 52,2% pasien dengan hipertensi terkendali, sedangkan pada pengobatan monoterapi terdapat 16% pasien dengan hipertensi tidak terkendali dan 84% pasien dengan hipertensi terkendali. Berdasarkan analisa uji hipotesis dengan Chi-square test, terhadap variabel jumlah pemberian obat didapatkan p= 0,004 (p<0,05) yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara jumlah pemberian obat antihipertensi dengan kendali tekanan darah pada pasien hipertensi Poliklinik Ginjal dan Hipertensi IPD-RSCM. ......Uncontrolled-hypertension is one of the health problem which mostly undiagnosed in which its prevalence increase year by year. It is the main contributor for mortality and morbidity of cardiovascular disease. The highest prevalence of hypertension spread highly in most advancing countries such as Indonesia. Unfortunately, from all hypertensive patients, only 37% was prescribed for anti-hypertensive drugs. This proportion is out of those undiagnosed hypertension. The increasing number of uncontrolled-hypertension become an important factor to be evaluated factor in prescribing anti-hypertensive drugs for the patient. In line with this clinical question, researcher analyze 198 hypertensive patients? medical records by cross-sectional study in Renal and Hypertension Division of Internal Medicine, Cipto Mangunkusumo Hospital. This study was conducted to analyze if there is an association between the number of prescribed anti-hypertensive drugs with the controlling condition of hypertension. From all hypertensive-patients datas, researcherexclude the unqualified datas becoming 117 datas which describe the characteristic of hypertensive patients datas. This research shows the proportion of hypertention in women about 53% ang 47% in men. Meanwhile, 50,4% patients are in obesity stage. From all datas, 41% patients have uncontrolled hypertension. All patients get anyhypertensive drugs with the proportion of using more than one drug is 78,6%. The proportion of patient on combination treatment is 47,8% diagnosed uncontrolled hypertension and 52,2% controlled hypertension, meanwhile in monotherapy patients, there is about 16% uncontrolled hypertension patient and 84% in controlled hypertension. Based on the analized datas by using Chi-square test, p value for the number of anti-hypertensive drugs is 0,004 (p<0,05). From this reasearch, researcher concludes that there is significant assosiation between the number of anti-hypertensive drugs given to hypertensive patients to the controlling factor of hypertension.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Risky Aprilenia
Abstrak :
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) di puskesmas dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) pengelola ruang farmasi. Untuk melihat kesesuaian antara perencanaan dengan kebutuhan maka, dilakukan evaluasi terhadap perencanaan. Perencanaan obat yang baik dapat mencegah kekosongan atau kelebihan stok obat dan menjaga ketersediaan obat di puskesmas. Analisis kombinasi ABC – VEN adalah salah satu metode evaluasi perencanaan yang biasanya digunakan. Dalam menangani hipertensi, Puskesmas Kecamatan Duren Sawit menggunakan 18 jenis obat antihipertensi dari 5 golongan obat yang berbeda. Berdasarkan analisis ABC-VEN, terdapat sembilan jenis obat yang tergolong kedalam kategori VC, seperti Hidroklorotiazid tab 25 mg; Bisoprolol 2,5 mg; dan Ramipril tab 10 mg. Obat dengan kategori EC terdiri dari Bisoprolol 1,25 mg dan 5 mg; Lisinopril tab 10 mg dan Lisinopril dihidrat 5 mg. Obat dengan kategori NC terdiri dari dua jenis obat yaitu, Valsartan tab 160 mg dan 80 mg. Obat yang tergolong kedalam kategori VB, EA, dan EB adalah Furosemid tab 40 mg, Amlodipin tab 5 mg, dan Amlodipin tab 10 mg. Tidak ada satupun obat yang tergolong kedalam kategori VA, NA, dan NB. Apabila dana yang dimiliki jumlahnya terbatas, obat yang menjadi prioritas utama untuk dihilangkan adalah obat dengan kategori NA, NB, dan NC. Kategori selanjutnya yang harus dikurangkan adalah EA, EB, dan EC. Apabila dana masih belum juga mencukupi, kategori VA, VB, dan VC menjadi pilihan terakhir untuk dikurangi. ...... The planning of pharmaceutical and disposable medical supplies (BMHP) needs at the community health center is carried out by pharmacists or pharmacy technical personnel (TTK) who manage the pharmacy area. To assess the alignment between planning and needs, an evaluation of the planning is conducted. Effective drug planning can prevent shortages or excess stock of drugs and maintain their availability at the health center. The combination analysis of ABC - VEN is one of the evaluation methods commonly used in planning. In dealing with hypertension, the Duren Sawit Sub-District Community Health Center uses 18 types of antihypertensive drugs from 5 different drug classes. Based on the ABC-VEN analysis, there are nine types of drugs categorized as VC, such as Hydrochlorothiazide tab 25 mg; Bisoprolol 2.5 mg; and Ramipril tab 10 mg. Drugs categorized as EC include Bisoprolol 1.25 mg and 5 mg; Lisinopril tab 10 mg and Lisinopril dihydrate 5 mg. Drugs categorized as NC consist of two types: Valsartan tab 160 mg and 80 mg. Drugs categorized as VB, EA, and EB are Furosemide tab 40 mg, Amlodipine tab 5 mg, and Amlodipine tab 10 mg. There are no drugs categorized as VA, NA, and NB. If the available funds are limited, the top priority drugs to be eliminated are those in categories NA, NB, and NC. The next categories to be reduced are EA, EB, and EC. If the funds are still insufficient, categories VA, VB, and VC become the last options for reduction.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library