Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erni Hernawati Purwaningsih
"Telah dilakukan penelitian mengenai efek antikandida in vitro dengan menggunakan ekstrak segar bawang putih baik jenis jantan umbi tunggal maupun jenis betina (umbi bergerombol). Bawang putih diperoleh secara acak dari beberapa pasar dan pasar swalayan. Pembuktian dilakukan dengan menggunakan metoda tabung pengenceran dan metode difusi "disc agar" untuk menetapkan kadar hambat minimal (Minimal Inhibitory Concentration = MIC) dan kadar bunuh minimal (Minimal Lethal Concentration = MLC ). Dengan metoda tabung pengenceran, MIC dan MLC bawang jantan pada inkubasi 370 C selama 24 jam berturut-turut adalah 0,98 mg/mL dan 3,91 mg/mL, sedangkan bawang putih betina : 0,245 mg/mL dan 31,25 mg/mL. Dengan metoda difusi "disc agar" hanya ditentukan MIC dengan adanya zona hambatan di sekitar kertas cakram (diameter 8 mm). Zona hambatan kedua jenis bawang mulai tampak jelas pada kadar 31,25 mg/mL sebesar 13,7 mm (bawang jantan) dan 12,6 mm (bawang betina). Secara statistik hasil tersebut tidak dapat dibandingkan dengan flukonazol sebagai kontrol.

Anticandidal effect study of freshly garlic extract both male type and female type of garlic has been carried out in vitro. The garlic was taken randomly from market and supermarket. By using the tube dilution method and the diffusion disc-agar method to asses Minimal Inhibitory Concentration (MIC) and Minimal Lethal Concentration ( MLC ). With tube dilution method, MIC and MLC of the male type of garlic extract is 0.98 mg/mL and 3.91 mg/mL respectively, while the female type of garlic extract is 0.245 mg/mL and 31.25 mg/mL respectively ( on 24 hour incubation at 370 C ). By using diffusion disc-agar method, the extract of garlic both male and female type of garlic as well has just shown inhibition zone around the paper disc ( 8 mm in diameter ) at 31.25 mg/mL concentration. The inhibition zone diameters are 13.7 mm for male type and 12.6 mm for female type of garlic. Statistically it is not possible to compare this result with fluconazole as a control drug.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Hanny Chairunissa
"Kandidiasis merupakan infeksi jamur yang sering terjadi pada manusia, terutama pada penderita imunokompromais. Kandisiasis yang disebabkan oleh C. albicans merupakan infeksi jamur dengan tingkat insiden yang tinggi. Salah satu masalah dalam terapi kandidiasis adalah meningkatnya resistensi pada agen antijamur, seperti flukonazol, yang disebabkan oleh penggunaan obat antijamur yang berlebih dan tidak tepat. Fakta ini mendorong penelitian dan pengembangan agen antikandida baru yang efektif dan aman. Penggunaan tanaman dan molekul bioaktifnya dalam pengobatan kandidiasis dapat menjadi solusi resistensi agen antijamur. Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) dan kenanga tanduk Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari) merupakan tanaman yang tersebar luas di Indonesia. Kandungan senyawa aktif dalam daun beluntas dan kenanga tanduk berpotensi memiliki aktivitas antikandida terhadap Candida albicans. Karenanya, peninjauan literatur ini akan membahas potensi aktivitas antikandida terhadap Candida albicans dari ekstrak daun beluntas dan kenanga tanduk. Selain itu, peninjauan literatur ini juga membahas Candida albicans dan infeksi yang disebabkannya, agen antijamur yang sudah tersedia beserta mekanisme resistensinya, serta beberapa metode yang dapat digunakan untuk menguji potensi aktivitas antikandida.

Candidiasis is a fungal infection that often occurs in people with immunocompromised condition. Candida albicans is the most prevalent species that cause candidiasis. Frequent and improper use of available antifungal drugs cause the resistance development in this fungal species against antifungal drugs, such as fluconazole. This fact encourages research and development of new antifungal drugs that are effective and safe. The use of plants and their bioactive molecules in the treatment of candidiasis can be a solution for antifungal agent resistance. Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) and kenanga tanduk Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari) are plants that spread abundantly in Indonesia. Considering the chemicals content in its leaves, beluntas and kenanga tanduk have promising potential activity against Candida albicans. Thus, this review discuss the possible potential anticandidal activity of extracts from beluntas (Pluchea indica (L.) Less) and kenanga tanduk (Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari) leaves. In addition, this review briefly discuss Candida albicans and the infection caused by it, antifungal agents that already available and their resistance mechanisms, as well as several methods that can be used to test the potential anticandidal activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Atika
"Infeksi sistemik yang disebabkan oleh spesies kandida memiliki tingkat mortilitas tinggi. Spesies yang sering menginfeksi diantaranya adalah Candida albicans, Candida parapsilosis, Candida glabrata, Candida tropicalis, dan Candida krusei. Saat ini, telah banyak ditemukan beberapa kasus resistensi dalam pengobatan infeksi kandida. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan alternatif pengobatan baru. Bahan alam dikenal sebagai alternatif pengobatan yang potensial karena efek toksik rendah dan sumbernya yang melimpah. Minyak atsiri Pala (Myristica fragrans Houtt.).merupakan salah satu bahan alam yang telah diketahui memiliki aktivitas antikandida Namun, mekanisme penghambatannya belum ditemukan. Dalam ulasan ini, kami mencoba mengkaji mekanisme penghambatan minyak atsiri Pala terhadap Candida sp. berdasarkan kandungan kimianya dan dibandingkan dengan obat antikandida yang sudah ada. Selain itu, juga akan dibahas beberapa metodologi yang dapat digunakan untuk pengujiannya berdasarkan studi literatur. Dari hasil ulasan ini, didapatkan beberapa kandungan kimia minyak atsiri Pala yang memiliki potensi penghambatan terhadap Candida sp. yaitu, α-pinene, β-pinene, terpinen-4-ol, dan limonene. Komponen kimia yang terkandung dalam minyak atsiri Pala (Myristica fragrans Houtt.) menunjukan bahwa minyak atsiri ini berpotensi sebagai antikandida dengan multitarget. Namun, untuk memgonfirmasi potensi tersebut diperlukan studi lebih lanjut menggunakan beberapa metode diantaranya kuantifikasi biomassa sel dengan pengujian kristal violet, pengujian akivitas mitikondria dengan MTT, identifikasi potensi penghambatan dengan Time Addition Assay, observasi kerusakan permukaan sel menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM), kuantifikasi gen menggunakan qPCR, identifikasi protein responsif, dan pengujian efek inhibisi di bawah tekanan osmotik.

Systemic infections caused by candida species have a high mortality rate. Species that often infect them are Candida albicans, Candida parapsilosis, Candida glabrata, Candida tropicalis, and Candida krusei. At present, there have been many cases of resistance found in the treatment of candida infections. To overcome this problem, we needed new alternative treatments. Natural products already known as potential alternative treatment because of their low toxic effect and exist abundantly. Nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt.) is one of the natural ingredients that has known to have anticandida activity. However, the mechanism of inhibition has not found. In this review, we try to examine the inhibition mechanism of Nutmeg essential oil against Candida sp. based on its chemical content and compare with commercial anticandida. Also, several methodologies that can use for testing are based on literature studies as well. From the results of this review, it has found that some of the chemical content of nutmeg essential oil has the potential as anticandida. There are α-pinene, β-pinene, terpinen-4-ol, and limonene. The chemical components contained in Nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt.) show that this essential oil has the potential to be a multitarget anticandida. However, to confirm this potential, further studies are needed. There are several methods can be used including quantification of cell biomass with crystal violet assay, testing of mitochondrial activity with MTT assay, identification of inhibitory potential with Time Addition Assay, observation of cell surface damage using Scanning Electron Microscopy (SEM), quantification of genes using qPCR, identification of responsive proteins, and testing inhibitory effect under osmotic pressure.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Zanira
"Kandidiasis oral merupakan infeksi pada lidah dan rongga mulut yang disebabkan oleh genus Candida, terutama Candida albicans. Terapi kandidiasis oral yang paling sering digunakan adalah agen antijamur seperti nistatin dan flukonazol. Namun, penggunaan agen antijamur seringkali digunakan dalam jangka panjang dan ekstensif yang dapat memicu peningkatan resistensi terhadap agen antijamur. Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan salah satu alternatif alami penghasil minyak atsiri yang memiliki aktivitas antikandida. Minyak atsiri pala memiliki aktivitas dalam menghambat pembentukan biofilm C. albicans, serta apabila dikombinasikan dengan flukonazol dapat menimbulkan efek sinergis dan meningkatkan aktivitas antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur minyak atsiri pala (Myristica fragrans Houtt.) terhadap infeksi jamur C. albicans pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) dengan kandidiasis oral, ditinjau dari pemeriksaan kultur dan perubahan nilai CT qPCR pada hari ke-14 setelah induksi kandidiasis oral, hari ke-1, 5, 10, dan 15 setelah terapi. Hasil pemeriksaan kultur menunjukkan m. fragrans oil 50% (P3), m. fragrans oil 100% (P4) serta kombinasi flukonazol 5 mg/kgBB dan m. fragrans oil 12,5% (P5) menunjukkan pola inhibisi pertumbuhan C. albicans yang sama dengan flukonazol 5 mg/kgBB (P1) pada hari ke-10 dan hari ke-15 setelah terapi. Hasil pemeriksaan qPCR menunjukkan m. fragrans oil 100% (P4) menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dibandingkan dengan flukonazol 5 mg/kgBB (P1) pada hari ke-5, hari ke-10, dan hari ke-15 setelah terapi, serta kombinasi flukonazol 5 mg/kgBB dan m. fragrans oil 12,5% (P5) menunjukkan peningkatan nilai Ct yang tinggi sejak hari ke-1 setelah terapi.

Oral candidiasis is an infection of tongue and oral cavity caused by the genus Candida, especially Candida albicans. The most commonly used therapy for oral candidiasis is antifungal agents such as nystatin and fluconazole. However, the use of antifungal agents is often used long term and extensively which can lead to increased resistance to antifungal agents. The nutmeg plant (Myristica fragrans Houtt.) is one of the natural alternatives for producing essential oils that have anticandida activity. Nutmeg essential oil has activity in inhibiting the formation of C. albicans biofilm, and when combined with fluconazole can have a synergistic effect and increase antifungal activity. This study aims to determine the antifungal activity of nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt.) against C. albicans fungal infection in wistar strain male white rats (Rattus norvegicus) with oral candidiasis, in terms of culture examination and changes in CT qPCR values on day 14 after induction of oral candidiasis, day 1, 5, 10, and 15 after therapy. The results of the culture examination showed that m. fragrans oil 50% (P3), m. fragrans oil 100% (P4) and combination of fluconazole 5 mg/kgBB and m. fragrans oil 12.5% (P5) showed the same C. albicans growth inhibition pattern as fluconazole 5 mg/kgBB (P1) on day 10 and day 15 after therapy. The results of qPCR examination showed that m. fragrans oil 100% (P4) showed insignificant differences compared to fluconazole 5 mg/kgBB (P1) on day 5, day 10, and day 15 after therapy, and the combination of fluconazole 5 mg/kgBB and m. fragrans oil 12.5% (P5) showed a high increase in Ct value from day 1 after therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library