Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Olga Leodirista
"ABSTRAK

Pendahuluan : Sindrom metabolik merupakan kumpulan kondisi medis yang dapat menyebabkan seseorang terkena diabetes melitus tipe 2 atau penyakit kardiovaskuler. Prevalensi sindrom metabolik pada populasi psikiatri memiliki hasil yang cukup bermakna yaitu sebanyak 3,3% sampai 68% pasien. Olanzapine dikatakan sebagai antipsikotik atipikal yang paling banyak menyebabkan sindrom metabolik, diikuti quetiapin dan risperidon. Metode: Penelitian observasional dengan rancangan studi potong lintang yang dilakukan pada Oktober 2017 hingga September 2018 di unit rawat inap dan rawat jalan Jiwa Dewasa RSCM. Subjek adalah pasien skizofrenia laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 18-59 tahun yang mendapat terapi risperidon, quetiapin atau olanzapin. Pada subjek dilakukan wawancara karakteristik, pengukuran antropometri, pengisian food record 4x24 jam, serta pengambilan sampel darah puasa. Hasil: Pada karakteristik pengukuran sindrom metabolik didapatkan hasil bahwa 70,2% subjek mengalami obesitas sentral dan 79,1% subjek berada di dalam kelompok overweight-obesitas. Sebanyak 80,6% subjek memiliki gambaran pola diet dengan hasil kurang-cukup dari kebutuhan AKG, 89,6% dengan tingkat aktivitas rendah-sedang, 61,2% tidak merokok, 38,8% dengan riwayat obesitas keluarga, dan 59,7% berada dalam kelompok polifarmasi. Peneliti membagi sindrom metabolik menjadi dua kelompok, menurut kriteria IDF dan berdasarkan parameter klinis rutin. Terdapat perbedaan proporsi bermakna antara kelompok sindrom metabolik berdasarkan parameter klinis dengan kelompok obat risperidon, olanzapin, dan quetiapin dengan nilai p=0,017. Terdapat perbedaan proporsi secara bermakna antara kejadian sindrom metabolik kriteria parameter klinis dengan kebiasaan merokok (p=0,011). Diperoleh nilai p=0.012 yang menunjukkan bahwa korelasi antara perilaku merokok dan sindrom metabolik bermakna secara statistik. Nilai korelasi sebesar 0.293 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi lemah. Kesimpulan: Hasil yang bermakna didapatkan pada kelompok sindrom metabolik berdasarkan parameter klinis. Hasil pada kelompok sindrom metabolik berdasarkan IDF tidak bermakna secara statistik dimungkinkan karena parameter laboratorium berada dalam rentang normal, karena pada subjek telah mendapatkan terapi, dan modifikasi gaya hidup.


ABSTRACT


Introduction: The metabolic syndrome is a medical conditions that can cause a person to develop type 2 diabetes mellitus or cardiovascular disease. The prevalence of metabolic syndrome in the psychiatric population has significant results, which are 3.3% to 68% of patients. Olanzapine and clozapine are said to be atypical antipsychotics that cause the most metabolic syndrome, followed by quetiapin and risperidone. Method: Observational study with a cross-sectional study design conducted in October 2017 to September 2018 in the RSCM Adult Mental Health Inpatient and Outpatient Unit. The research subjects were male and female schizophrenic patients with an age range of 18-59 years who received risperidone, quetiapin or olanzapin therapy. Characteristic interviews, anthropometric measurements, 4x24 hour food record filling, and fasting blood sampling were conducted. Results: On the characteristics of the metabolic syndrome measurement, it was found that 70.2% of the subjects had central obesity and 79.1% of the subjects were in the overweight-obese group. As many as 80.6% of subjects had a description of diet patterns with results that were approximately the same as those of AKG requirements, 89.6% with low-moderate activity levels, 61.2% no smoking, 38.8% with a history of family obesity, and 59.7 % are in the polypharmacy group. The researchers divided the metabolic syndrome into two groups, according to IDF criteria and based on routine clinical parameters. There were differences in the significant proportions between the metabolic syndrome group based on clinical parameters with the drug group risperidon, olanzapin, and quetiapin with a value of p = 0.017. There was a significant difference in proportion between the incidence of metabolic syndrome criteria for clinical parameters and smoking habits (p = 0.011). Obtained p value = 0.012 which indicates that the correlation between smoking behavior and metabolic syndrome is statistically significant. The correlation value of 0.293 shows a positive correlation with the strength of a weak correlation. Conclusion: Significant results were obtained in the metabolic syndrome group based on clinical parameters. Results in the metabolic syndrome group based on IDF were not statistically significant because laboratory parameters were in the normal range, because the subjects had received therapy and lifestyle modification.
"
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anjani Widyasintia
"Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikosis yang mengacaukan kejiwaan seseorang berupa sikap, pikiran, dan perilaku. Orang dengan gangguan jiwa berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan standar pelayanan kesehatan jiwa. Salah satu cara untuk menangani masalah kejiwaan tersebut adalah dengan menggunakan terapi farmakologi dengan menggunakan antipsikotik untuk mengatasi gejala yang dialami. Antipsikotik adalah golongan obat untuk mengendalikan dan mengurangi gejala psikosis yang bisa dialami oleh penderita gangguan mental. Salah satu peran penting apoteker adalah memberikan pharmaceutical care yang komprehensif dengan mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi adanya drug related problem, serta melakukan monitoring dan evaluasi pengobatan sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku. Salah satu bentuk pelayanan farmasi klinik di apotek adalah melakukan pengkajian resep baik dari aspek administratif, farmasetik, dan klinis. Selama masa pengobatan dengan obat-obat antipsikotik dan antidepresan, diperlukan monitoring terkait kepatuhan pengobatan, manfaat terapeutik, dan efek samping.

Schizophrenia is a psychotic disorder that disrupts a person's psyche in the form of attitudes, thoughts, and behavior. People with mental disorders have the right to obtain mental health services in accordance with mental health service standards. One way to deal with these psychiatric problems is to use pharmacological therapy using antipsychotics to treat the symptoms experienced. Antipsychotics are a class of drugs to control and reduce the symptoms of psychosis that can be experienced by people with mental disorders. One of the important roles of pharmacists is to provide comprehensive pharmaceutical care by supporting the correct and rational use of drugs, identifying, preventing, and overcoming drug related problems, as well as monitoring and evaluating treatment in accordance with applicable service standards. One form of clinical pharmacy services in pharmacies is to conduct prescription assessments from the administrative, pharmaceutical, and clinical aspects. During the treatment period with antipsychotic and antidepressant drugs, monitoring is required regarding medication adherence, therapeutic benefits, and side effects."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahidah Raihanah
"Apoteker di rumah sakit bertanggung jawab atas pelayanan kefarmasian yang meliputi informasi obat yang akurat dan independen. Apoteker memainkan peran kunci dalam memastikan penggunaan obat yang efektif, aman, dan rasional. Apoteker juga berperan dalam menilai bukti ilmiah untuk mendukung pengambilan keputusan klinis berdasarkan bukti terbaik yang tersedia. Dalam konteks penggunaan antipsikotik, penting untuk mempertimbangkan manfaat dan risiko secara teliti dalam meresepkan obat tersebut. Penilaian berbasis bukti (Evidence- Based Medicine—EBM) dilakukan dengan membuat resume dan telaah kritis untuk artikel jurnal studi cohort. Penulisan resume dilakukan dengan membandingkan bagian pendahuluan (introduction), metode (method) dan hasil (result) dari kedua penelitian tersebut. Sedangkan telaah kritis dilakukan dengan mengisi formulir checklist studi kohort yang dibuat oleh Critical Appraisal Skills Programme (CASP) sebagai appraisal tool untuk studi cohort. Peran apoteker dalam menerapkan pelayanan klinis dengan menggunakan Evidence-Based Medicine dapat dilakukan dengan melakukan edukasi dan mendasarkan pengambilan keputusan dari hasil penilaian telaah kritis dan resume artikel jurnal.

Pharmacists in hospitals are responsible for pharmaceutical services that include accurate and independent drug information. Pharmacists play a key role in ensuring the effective, safe and rational use of medications. Pharmacists also play a role in assessing scientific evidence to support clinical decision making based on the best available evidence. In the context of antipsychotic use, it is important to carefully consider the benefits and risks in prescribing such drugs. Evidence-Based Medicine (EBM) is carried out by creating a resume and critical review of cohort study journal articles. Writing a resume is done by comparing the introduction, method and results of the two studies. Meanwhile, the critical review was carried out by filling out the cohort study checklist form created by the Critical Appraisal Skills Program (CASP) as an appraisal tool for cohort studies. The pharmacist's role in implementing clinical services using Evidence Based Medicine can be done by providing education and basing decision making on the results of critical assessments and journal article resumes.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library