Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khadijah Putri Rahmadewi
Abstrak :
Pergeseran bentuk dan makna dalam penerjemahan terjadi karena perbedaan aturan dan budaya masing-masing bahasa. Hal ini juga terjadi pada cerpen berjudul Nadir yang terdapat dalam kumpulan cerpen Niederungen karya Herta Mueller (2010) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Tiya Hapitiawati berjudul Nadir (2022). Subjek dalam penelitian ini adalah metafora antropomorfik yang ditemukan dalam cerpen Nadir. Fokus penelitian ini adalah pergeseran bentuk dan makna pada metafora antropomorfik. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dan studi pustaka. Kalimat yang mengandung metafora antropomorfik dianalisis dengan metode kualitatif deskriptif dan dianalisis pergeseran bentuknya berdasarkan teori dari Catford (1965) dan teori pergeseran makna dari Simatupang (1999) dengan menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia serta Duden dan Dict.cc untuk bahasa Jerman. Dari 29 data metafora antropomorfik, ditemukan 46 pergeseran. Pergeseran bentuk berjumlah 43 dengan detail 14 pergeseran struktur, enam pergeseran kelas kata, 21 pergeseran unit, dan dua pergeseran intrasistem. Sementara itu, pergeseran makna berjumlah tiga, ketiganya adalah pergeseran makna generik ke spesifik. Dari semua data, tidak ada pergeseran makna budaya yang terjadi. Selain itu, ada pula tiga data yang tidak mengalami pergeseran dan sebuah data yang dalam TSu bukan merupakan antropomorfik. ......Category shift and meaning shift occur in translation because of the differences in each language's rules and culture. These shifts also exist in a narrative text, Nadir, which is part of the narrative text compilation book Niederungen written by Herta Herta Mueller (2010). The book is translated into Indonesian by Tiya Hapitiawati into Nadir (2022). Anthropomorphism found in Nadir is the subject of this research. This research’s focuses are category and meaning shift in anthropomorphism. The methods are qualitative descriptive and library research. The sentence which contains anthropomorphism is analyzed through the qualitative descriptive method and its shifts are also analyzed through category shift theory by Catford (1965) and meaning shift theory by Simatupang (1999). Tools used in this research are Kamus Besar Bahasa Indonesia, Duden, and Dict.cc. The result is from 29 anthropomorphisms, there are 46 shifts on them. The category shift has 43 data with 14 structure shifts, six class shifts, 21 intra-system shifts, and two unit shifts. The meaning shift has three data. All of them are generic to specific. No data was found on the cultural point of view shift. There are also three data that don’t have shifts and a data that isn’t a part of anthropomorphism in German, but it is in Indonesian.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
Abstrak :
ABSTRAK
Kajian seni pada masyarakat sederhana biasanya tidak terlepas dari aspek religi. Suatu seni atau hasil karya kesanian seringkali dihubungkan atau dilatarbelakangi dengan kepercayaan tertentu. Salah satu di antara sejumlah karya seni yang berhubungan dengan religi atau kepercayaan adalah penggambaran hiasan antropomorfik pada wadah kubur yang berasal dari masa prasejarah. Berbagai hiasan yang terdapat, tertera atau yang berhubungan dalam kegiatan religi merupakan simbolisasi dari suatu representasi. Hiasan simbolis yang dijumpai pada objek atau kegiatan religi mempnnyai makna dan tujuan yang bersifat religius pula.

Tulisan ini mengkaji tantang hiasan antropomorfik, yaitu hiasan-hiasan yang menggunakan motif atau bentuk-bentuk manusia baik secara utuh maupun hanya bagian-bagian tertentu saja dari anggota tubuh manusia. Hiasan-hiasan itu terutama yang dijumpai pada wadah kubur yang disebut sarkofagus. Sarkofagus-sarkofagus yang dikaji di sini adalah temuan dari daerah Bali.

Hiasan antropomorfik pada sarkofagus di Bali pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hocker motif dan face motif, Hocker motif adalah hiasan manusia dalam posisi mengangkang, di mana kedua tangan dan kaki diangkat ke atas di samping badan. Sedangkan face motif berupa hiasan kepala/wajah atau disebut juga hiasan kedok/topeng. Hiasan-hiasan tersebut berfungsi sebagai pelindung arwah orang yang meninggal dari gangguan kekuatan-kekuatan atau roh-roh jahat.
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library