Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Muhammad Rizky
"This paper looks at the multifaceted portrayal of masculinity in the television series "Bridgerton," with a focus on the characters Simon Basset, Duke of Hastings, and Will Monrich, a working-class pugilist. The study looks at how Simon and Will navigate and resist hegemonic masculinity in Regency-era society, considering class, race, and personal experiences. It is framed by R.W. Connell's hegemonic masculinity theory and intersectionality. It also investigates how their images sustain or challenge traditional gender standards. The study demonstrates Simon's intricate negotiation of the dominant masculine ideal, characterised by strength and authority, using textual studies. Will Monrich, on the other hand, emerges from a unique socioeconomic stratum and challenges prejudices by wielding power via tenacity and determination. These findings add to a more complex view of masculinity, broadening debates on multiculturalism and gender portrayal in the context of "Bridgerton." The study adds to broader discussions on gender roles and societal expectations in historical dramas by providing insights into the complex interactions of identities that form masculinity throughout the Regency period.
Makalah ini membahas penggambaran maskulinitas dalam serial televisi "Bridgerton," dengan fokus pada karakter Simon Basset, Duke of Hastings, dan Will Monrich, seorang petinju kelas pekerja. Studi ini melihat bagaimana Simon dan Will menavigasi dan melawan hegemoni maskulinitas dalam masyarakat era Regency, dengan mempertimbangkan kelas, ras, dan pengalaman pribadi. Hal ini dibingkai oleh teori hegemoni maskulinitas dan interseksionalitas R.W. Connell. Penelitian ini juga menyelidiki bagaimana citra mereka menopang atau menantang standar gender tradisional. Studi ini menunjukkan negosiasi rumit Simon mengenai cita-cita maskulin yang dominan, yang ditandai dengan kekuatan dan otoritas, dengan menggunakan studi tekstual. Will Monrich, di sisi lain, muncul dari strata sosial ekonomi yang unik dan menantang prasangka dengan menggunakan kekuasaan melalui kegigihan dan tekad. Temuan ini menambah pandangan yang lebih kompleks tentang maskulinitas, memperluas perdebatan mengenai multikulturalisme dan penggambaran gender dalam konteks "Bridgerton". Studi ini menambah diskusi yang lebih luas mengenai peran gender dan ekspektasi masyarakat dalam drama sejarah dengan memberikan wawasan tentang interaksi kompleks identitas yang membentuk maskulinitas sepanjang periode Regency."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Rizky
"This paper looks at the multifaceted portrayal of masculinity in the television series "Bridgerton," with a focus on the characters Simon Basset, Duke of Hastings, and Will Monrich, a working-class pugilist. The study looks at how Simon and Will navigate and resist hegemonic masculinity in Regency-era society, considering class, race, and personal experiences. It is framed by R.W. Connell's hegemonic masculinity theory and intersectionality. It also investigates how their images sustain or challenge traditional gender standards. The study demonstrates Simon's intricate negotiation of the dominant masculine ideal, characterised by strength and authority, using textual studies. Will Monrich, on the other hand, emerges from a unique socioeconomic stratum and challenges prejudices by wielding power via tenacity and determination. These findings add to a more complex view of masculinity, broadening debates on multiculturalism and gender portrayal in the context of "Bridgerton." The study adds to broader discussions on gender roles and societal expectations in historical dramas by providing insights into the complex interactions of identities that form masculinity throughout the Regency period.
Makalah ini membahas penggambaran maskulinitas dalam serial televisi "Bridgerton," dengan fokus pada karakter Simon Basset, Duke of Hastings, dan Will Monrich, seorang petinju kelas pekerja. Studi ini melihat bagaimana Simon dan Will menavigasi dan melawan hegemoni maskulinitas dalam masyarakat era Regency, dengan mempertimbangkan kelas, ras, dan pengalaman pribadi. Hal ini dibingkai oleh teori hegemoni maskulinitas dan interseksionalitas R.W. Connell. Penelitian ini juga menyelidiki bagaimana citra mereka menopang atau menantang standar gender tradisional. Studi ini menunjukkan negosiasi rumit Simon mengenai cita-cita maskulin yang dominan, yang ditandai dengan kekuatan dan otoritas, dengan menggunakan studi tekstual. Will Monrich, di sisi lain, muncul dari strata sosial ekonomi yang unik dan menantang prasangka dengan menggunakan kekuasaan melalui kegigihan dan tekad. Temuan ini menambah pandangan yang lebih kompleks tentang maskulinitas, memperluas perdebatan mengenai multikulturalisme dan penggambaran gender dalam konteks "Bridgerton". Studi ini menambah diskusi yang lebih luas mengenai peran gender dan ekspektasi masyarakat dalam drama sejarah dengan memberikan wawasan tentang interaksi kompleks identitas yang membentuk maskulinitas sepanjang periode Regency."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Rizky
"This paper looks at the multifaceted portrayal of masculinity in the television series "Bridgerton," with a focus on the characters Simon Basset, Duke of Hastings, and Will Monrich, a working-class pugilist. The study looks at how Simon and Will navigate and resist hegemonic masculinity in Regency-era society, considering class, race, and personal experiences. It is framed by R.W. Connell's hegemonic masculinity theory and intersectionality. It also investigates how their images sustain or challenge traditional gender standards. The study demonstrates Simon's intricate negotiation of the dominant masculine ideal, characterised by strength and authority, using textual studies. Will Monrich, on the other hand, emerges from a unique socioeconomic stratum and challenges prejudices by wielding power via tenacity and determination. These findings add to a more complex view of masculinity, broadening debates on multiculturalism and gender portrayal in the context of "Bridgerton." The study adds to broader discussions on gender roles and societal expectations in historical dramas by providing insights into the complex interactions of identities that form masculinity throughout the Regency period.
Makalah ini membahas penggambaran maskulinitas dalam serial televisi "Bridgerton," dengan fokus pada karakter Simon Basset, Duke of Hastings, dan Will Monrich, seorang petinju kelas pekerja. Studi ini melihat bagaimana Simon dan Will menavigasi dan melawan hegemoni maskulinitas dalam masyarakat era Regency, dengan mempertimbangkan kelas, ras, dan pengalaman pribadi. Hal ini dibingkai oleh teori hegemoni maskulinitas dan interseksionalitas R.W. Connell. Penelitian ini juga menyelidiki bagaimana citra mereka menopang atau menantang standar gender tradisional. Studi ini menunjukkan negosiasi rumit Simon mengenai cita-cita maskulin yang dominan, yang ditandai dengan kekuatan dan otoritas, dengan menggunakan studi tekstual. Will Monrich, di sisi lain, muncul dari strata sosial ekonomi yang unik dan menantang prasangka dengan menggunakan kekuasaan melalui kegigihan dan tekad. Temuan ini menambah pandangan yang lebih kompleks tentang maskulinitas, memperluas perdebatan mengenai multikulturalisme dan penggambaran gender dalam konteks "Bridgerton". Studi ini menambah diskusi yang lebih luas mengenai peran gender dan ekspektasi masyarakat dalam drama sejarah dengan memberikan wawasan tentang interaksi kompleks identitas yang membentuk maskulinitas sepanjang periode Regency."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Fuad
"
ABSTRAKSelama jaman kolonial, di Amerika bagian Selatan terdapat tiga kelompok masyarakat, yaitu masyarakat Chesapeake, Masyarakat Carolina, dam Masyarakat Back Country. Dalam ketiga kelompok tersebut tumbuh sistim perkebunan yang didukung oleh sistem perbudakan. sistim perkebunan itu tumbuh mapan hingga Perang Kemerdekaan Amerika terjadi pada tahun 1776, , terutama di dalam dua kelompok pertama, yaitu masyarakat Chesapeake dan Caro_lina. Sedangkan yang tumbuh di dalam masyarakat Back Country boleh dikatakan merupakan perluasan dari yang tumbuh dalam dua kelompok yang pertama tadi. Perkebunan dalam masyarakat Chesapeake adalah perkebunan tembakau, sedangkan dalam masyarakat Carolina adalah perkebunan padi dan nila. Sistem perkebunan tersebut berkerbang terutamm di daerah pesisir wilayah masing-masing kelompok masyarakat tadi. Di samping oleh perbudakan, perkembangan sistem perkebunan di dukung juga oleh persediaan tanah yang seolah-olah tak pernah habis, jenis tanaman, dan tradisi yang dibawa oleh Para pemukim. Para pemukim yang berhasil menguasai tanah-tanah luas dan budak dalam jumlah_
"
1984
S14134
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library