Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh Sudrajat
"Minarex adalah jenis minyak aromatik produksi PT. Pertamina yang diperoleh dari hasil samping pengolahan minyak bumi yang ‘selama ini sudah melebihi dari kebutuhan, oleh karena itu perlu dicari cara Lunuk memberikan nilai tambah. Penelitian yang merupa_ka.n penjajagan awal penggunaan Minarex sebagai naptenik lube base dengan cara proses hidrogenasi fraksi aromat dalam Minarex.
Tahap proses hidrogenasi unntuk mengetahui kemungkinan fraksi Minarex menjadi Naptenik lube base dengan memvariasikan suhu sebesar 280°C, 300 °C , 320 °C menggunakan katalis A dengau tekanan konstan pada 275 kg/crnz disesuaikan dengan tekanan optimum yang ada di kilang Pertamina. Selanjutnya dilakukan analisa pengujian produk diantaranya density, srecific gfavity, reactive index, carbon type analisys, pour point.
Hasil penetian tahap awal ini menunjukkan bahwa baik Minarex A maupun Minaxex B memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi Naptenik lube base. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbaikan sifat setelah dilakukan analisa density, sreci/'ic gravityjcinematic viscosity, refractive index, carbon type analisys, pour point, analisa jumlah prosentase atom karbon menunjukkan adanya penurunan jumlah atom aromat pada Minrex A rata-rata sebesar 2% dan Minarex B sebosar 3% pada masing-masing suhu dan menghasilkan nilai pour point ( titik tuang ) untuk aromatik A suhu 2S0°C sebesar -7°C , suhu 300°C sebesar -9°C, suhu 320°C sebesar -15°C sedangkan Minarex B suhu 280°C sebesar -5 , suhu 300°C sebesar -4 °C, suhu 320°C sebesar -2°C, menarex A pada nilai ini mernbelikan nilai pour point lebih rendah tetapi menurut lube report industry news from lubes and greases, volume 5 oleh Nancy DeMarco walaupun secara konvensional, jika kandungan karbon paraffin kurang dari 55 - 60 % disebut scbagai minyak naptenik.
Berdasarkan hasil analisa tipo karbon diperoleh jumlah karbon naptenik rata-rata untuk setiap suhu pada kedna Minarex sebesar 30% jadi basil penelitian awal ini dapat disimpulkan sebagai minyak naptenik terlobih adanya penurunanjumla1'1 atom aromat dan penurunan nilai density, srecyic gravity, kinematic viscosity, reji‘acrive index dan pour point menunjukkan adanya penj enuhan aromat setelah dilakukan proses hidrogenasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiadi
"Senyawa aseton dapat dipandang sebagai salah satu model senyawa organik turunan biomasa (renewable material). Senyawa aseton telah dapat dikonversi menjadi hidrokarbon aromatik menggunakan katalis H-ZSM-5 dengan variasi rasio Si/Al (25, 75 dan 100) menggunakan fixed bed reactor bertekanan atmosferik pada suhu diatas 350 oC. Didapatkan bahwa ketiga rasio H-ZSM-5 memiliki kemampuan shape selectivity yang tinggi untuk senyawa aromatik (yield >70%). Perbedaan kinerja katalis terlihat setelah 2 jam reaksi, katalis rasio Si/Al=75 dan 100 lebih rentan mengalami deaktivasi. Sedangkan, ZSM-5 rasio Si/Al=25 masih bertahan dengan konversi 100% & yield diatas 70%. Terbentuknya kokas menyebabkan penurunan keasaman katalis dan luas permukaannya.

Acetone is a organic polar compound which can be produced renewably from biomass through a fermentation process or by catalytic process of a biomassderived liquid. The prospective and sustainable system from a new schematic route can be established, if this product could be transformed into hydrocarbons. That?s why this research is intended to develop a catalytic process for aromatic production from acetone using ZSM-5.Organic acetone could be transformed into aromatic by catalytic reaction using ZSM-5 in fixed-bed reactor at atmospheric. HZSM-5 with Si/Al = 25 was more active and stable than that of Si/Al ratio 75 or 100. The yield of aromatic was obtained higher than 70 wt %. It indicates that the reaction of acetone requires a high acid density and H-ZSM-5 is shape selective catalyst for the aromatic formation due to pore opening (0,56 nm) is very close to the geometrical molecular size of the aromatic. The deactivation by coking caused the decreasing the area surface and the acidity of catalyst."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
D1284
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Jinan
"Senyawa turunan tiosemikarbazon merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas biologis yang baik, yaitu sebagai antioksidan, antitumor, dan antimikroba. Pada penelitian kali ini, telah dilakukan sintesis senyawa turunan tiosemikarbazon dengan menggunakan limonen dan empat senyawa aldehid aromatik yang berbeda yaitu benzaldehid, 4-hidroksibenzaldehid, sinamaldehid, dan vanilin. Produk akhir senyawa turunan tiosemikarbazon yang terbentuk diidentifikasi menggunakan KLT serta dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infrared spectroscopy (FTIR), Spektrofotometri UV-Vis, dan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS). Produk akhir senyawa turunan tiosemikarbazon diuji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode 1,1-Difenil-2-pikril-hidrazil (DPPH). Pada penelitian ini diperoleh produk benzaldehid limonen tiosemikarbazon dengan persen rendemen sebesar 58,18%, 4-hidroksibenzaldehid limonen tiosemikarbazon dengan persen rendemen sebesar 49,47%, vanilin limonen tiosemikarbazon dengan persen rendemen sebesar 43,91%, dan sinamaldehid limonen tiosemikarbazon dengan persen rendemen sebesar 73,01%. Kemampuan antioksidan tertinggi diperoleh oleh senyawa vanilin limonen tiosemikarbazon dengan nilai IC50 sebesar 108,8 ppm dan kemampuan antioksidan terendah diperoleh oleh senyawa benzaldehid limonen tiosemikarbazon dengan nilai IC50 sebesar 177,2 ppm.

Thiosemicarbazone derivatives are compounds that have good biological activity, such as antioxidant, antitumor, and antimicrobial. In this study, thiosemicarbazones derivative compounds were synthesized using limonene and four different aromatic aldehydes, such as benzaldehyde, 4-hydroxybenzaldehyde, cinnamaldehyde, and vanillin. The final product of the thiosemicarbazone derivatives were identified using TLC and characterized using Fourier Transform Infrared spectroscopy (FTIR), UV-Vis Spectrophotometry, and Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). The final product of the thiosemicarbazone derivatives were tested for its antioxidant activity using the 1,1-Diphenyl-2-picryl-hydrazyl (DPPH) method. In this study, the products obtained were benzaldehyde limonene thiosemicarbazone with a yield percentage of 58.18%, 4-hydroxybenzaldehyde limonene thiocarbazone with a yield percentage of 49.47%, vanillin limonene thiosemicarbazone with a yield percentage of 43.91%, and cinnamaldehyde limonene thiosemicarbazone with a yield percentage of 73.01%. The highest antioxidant ability was obtained by vanillin limonene thiosemicarbazone with an IC50 value of 108.8 ppm and the lowest antioxidant ability was obtained by benzaldehyde limonene thiosemicarbazone with an IC50 value of 177.2 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teluk Klabat terletak di Pulau Bangka bagian Utara, merupakan lokasi utama nelayan mencari ikan.Kualitas ikan tangkapan nelayan tidak terlepas dari kualitas air tempat hidupnya. PAH adalah salah satu parameter kualitas lingkungan perairan
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Munasik
"Untuk mensintesis tetrasodium 4,4'-bis[[4-[bis(2-hidroksiethil]amino]-6-
(4-sulphonato-anilino)-1,3,5-triazin-2yl]amino]stilbene-2,2'-disulphonat
membutuhkan bahan baku seperti: Asam sulphanilat, cyanuric chlorid, asam
4,4-diamino stilbene-2,2-disulphonat. dan diethanol amin. Hasil yang
diperoleh berupa larutan kuning coklat transparan dengan berat 2.224,51
gram dengan % yield sebesar 43.52 %. Analisa.dengan spektrofotometer UV
didapat serapan maksimum pada panjang gelombang 348 nm sebesar
1,4951. Dengan HPLC didapat bahwa waktu retensi s^yawa sekitar 18,441
menit. Pada studi perusakan atau transformasi senyawa didapat data bahwa
terjadi penurunan serapan pada daerah UV. Serapan maksimum pada 1 jam
penyinaran sebesar 1,424. Pada 3 jam penyinaran sebesar 1,0498. Dan
pada 5 jam penyinaran sebesar 0,7325. Analisa dengan menggunakan
HPLC, pada waktu retensi 18,441 menit sudah tidak terdapat lagi puncak.
Dengan IR didapat penurunan atau hilangnya puncak serapan pada bilangan
gelombang 1.581,6 cm'^ (terjadi pemutusan ikatan rangkap >C=C< menjadi
tunggal), penambahan serapan-OH pada daerah serapan -OH. Sehingga
hasil transformasi diduga berupa alkohol"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Supriyanto
"Senyawa polisiklik aromatis (PAC) merupakan salah satu bahan pencemar yang selalu dijumpai di lingkungan PAC dapat berasal dar1 sumber alam maupun sumber antropogenik PAC terdiri dari beberapa golongan dan biasanya golongan-golongan tersebut membentuk campuran yang rumit Golongan PAC yang torpenting dan paling banyak dijumpai adalah golongan PAH ("poJycycllc aromatic hidrocarbon") beberapa senyawa PAH mcmpunyai sifat kan anogen dan mutagen kekuatan karsinogen PAH ditentukan oleh struktur dan gugus-gugus yang terikat pada senyawa tersebut Adapun mekanisme karsinogenesis berlangsung dalam dua tahap yaitu tahap inisiasi dan tahap promosi PAC biasanya dijumpai diudara, di air, di tanah ataupun di sedimen Pada umumnya untuk mendapatkan PAC dari sampel tersebut d1lakukan dengan cara okstraksi. Analisa PAC dapat dilakukan dengan HPLC, GC, MS, MMR dan Luminesens."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mondy Dwi Syahryandi
"Hidrokarbon aromatik merupakan komponen penting dalam industri petrokimia. Konversi aseton menjadi hidrokarbon aromatik sudah dapat dilakukan melalui reaksi perengkahan dan aromat isasi dengan menggunakan katalis HZSM-5. Produk yang terbentuk dari reaksi dianalisis dengan Gas Chromatography-mass spectroscophy. Secara umum konversi aseton akan menghasilkan hidro karbon aromatik dan akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu reaksi. Dan senyawa hidrokarbon aromatik ditemukan paling banyak pada suhu 425°C. selain itu, telah dilakukan pula karaketerisasi untuk katalis yang digunakan agar dapat diketahui senyawa penyusun kokas.

Aromatic Hydrocarbon are very important in petrochemical industry. Conversion acetone to aromatic hydrocarbon can be done by cracking and aromatization reaction using HZSM-5 Catalyst. Product resulted from the reaction are analyze with Gas Chromatography-mass spectroscopy. Generally, conversion will produce aromatic hydrocarbon and it will increase along with the increase of temperature. Aromatic hydrocarbon compounds found at most 425°C. in addition, was also evaluated for catalyst characterization used to compound known composer coke."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51955
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Rizky Wulandari
"Kamfor merupakan jenis rempah yang senyawa turunannya khususnya sebagai basa Schiff memiliki bioaktivitas beragam diantaranya antioksidan, antimikroba, antivirus, antikanker dan antitusif. Kamfor dapat dimanfaatkan sebagai prekursor dalam sintesis senyawa basa Schiff dengan mereaksikannya dengan variasi senyawa aldehida aromatik, yaitu benzaldehida, 2-hidroksibenzaldehida, 4-metoksibenzaldehida, sinamaldehida dan furfuraldehida. Senyawa basa Schiff hasil sintesis masing-masing diidentifikasi menggunakan KLT dan diuji titik lelehnya, serta dilakukan karakterisasi menggunakan instrumen FTIR dan LC-MS. Senyawa Basa Schiff kamfor benzaldehida memiliki yield sebesar 40,93%; senyawa Basa Schiff kamfor 2-hidroksibenzaldehida memiliki yield sebesar 50,25%; senyawa Basa Schiff kamfor sinamaldehida memiliki yield sebesar 39,28%; senyawa Basa Schiff kamfor 4-metoksibenzaldehida memiliki yield sebesar 41,55% dan senyawa Basa Schiff kamfor furfuraldehida memiliki yield sebesar 52,51%. Setelah itu, senyawa basa Schiff dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Senyawa basa Schiff kamfor 2- hidroksibenzaldehida memiliki nilai IC50 sebesar 72,59 ppm (antioksidan kuat); senyawa basa Schiff kamfor 4-metoksi benzaldehida, dengan nilai IC50 sebesar 141,20 ppm (antioksidan sedang); senyawa basa Schiff kamfor furfuraldehida dengan nilai IC50 sebesar 147,52 ppm (antioksidan sedang); senyawa basa Schiff kamfor benzaldehida dengan nilai IC50 190,20 ppm (antioksidan lemah) dan senyawa basa Schiff kamfor sinamaldehida tidak memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 381,40 ppm.

Camphor is a type of spice derivatives, particularly as Schiff bases, exhibit various bioactivities, including antioxidant, antimicrobial, antiviral, anticancer, and antitussive properties. Camphor can be utilized as a precursor in the synthesis of Schiff base compounds by reacting it with various aromatic aldehydes, namely benzaldehyde, 2- hydroxybenzaldehyde, 4-methoxybenzaldehyde, cinnamaldehyde, and furfuraldehyde. Each synthesized Schiff base compound is identified using Thin Layer Chromatography (TLC) and its melting point is tested, followed by characterization using FTIR and LCMS instruments. The camphor-benzaldehyde Schiff base compound has a yield of 40,93%; the camphor-2-hydroxybenzaldehyde Schiff base compound has a yield of 50,25%; the camphor-cinnamaldehyde Schiff base compound has a yield of 39,28%; the camphor-4-methoxybenzaldehyde Schiff base compound has a yield of 41,55%; and the camphor-furfuraldehyde Schiff base compound has a yield of 52,51%. Subsequently, the antioxidant activity of the Schiff base compounds is tested using the DPPH method. The camphor-2-hydroxybenzaldehyde Schiff base compound has an IC50 value of 72,59 ppm (strong antioxidant); the camphor-4-methoxybenzaldehyde Schiff base compound has an IC50 value of 141,20 ppm (moderate antioxidant); the camphor-furfuraldehyde Schiff base compound has an IC50 value of 147,52 ppm (moderate antioxidant); the camphorbenzaldehyde Schiff base compound has an IC50 value of 190,20 ppm (weak antioxidant); and the camphor-cinnamaldehyde Schiff base compound does not have antioxidant activity with an IC50 value of 381,40 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Rahma Prasanti
"Senyawa turunan tiosemikarbazon adalah senyawa kimia yang memiliki sifat aktivitas biologis yang cukup baik. Pada penelitian kali ini, telah dilakukan sintesis senyawa turunan tiosemikarbazon dengan menggunakan limonen dan kamfen dengan empat senyawa aldehida aromatik yang berbeda yaitu benzaldehida, 2-hidroksibenzaldeh ida, 4-metoksibenzaldehida, dan sinamaldehida. Produk akhir senyawa turunan tiosemikarbazon yang terbentuk diidentifikasi menggunakan KLT serta dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infra-red spectroscopy (FTIR), dan Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS/MS). Produk hasil akhir senyawa turunan tiosemikarbazon diuji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode 1,1-Difenil-2-pikril-hidrazil (DPPH). Kedelapan produk akhir, yaitu benzaldehida limonen tiosemikarbazon (1), 2-hidroksibenzaldehida limonen tiosemikarbazon (2), 4-metoksibenzaldehida limonen tiosemikarbazon (3), sinamaldehida limonen tiosemikarbazon (4), benzaldehida kamfen tiosemikarbazon (5), 2-hidroksibenzaldehida kamfen tiosemikarbazon (6), 4-metoksibenzaldehida kamfen tiosemikarbazon (7), dan sinamaldehida kamfen tiosemikarbazon (8) memiliki hasil masing-masing sebesar 76,32%; 80,75%; 91,79%; 71,61%; 96,82%; 89,94%; 87,98%; dan 97,65%. Berdasarkan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, diperoleh IC50 senyawa (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), dan (8) sebesar 158,64 ppm; 76,35 ppm; 107,38 ppm; 170,82 ppm; 152,92 ppm; 84,56 ppm; 118,34 ppm; dan 175,69 ppm.

Thiosemicarbazone derivatives are chemical compounds known for their significant biological activity. In this study, thiosemicarbazone derivatives were synthesized using limonene and camphene with four different aromatic aldehydes: benzaldehyde, 2-hydroxybenzaldehyde, 4-methoxybenzaldehyde, and cinnamaldehyde. The final thiosemicarbazone derivative products were identified using Thin Layer Chromatography (TLC) and characterized using Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) and Liquid Chromatography-Mass Spectrometry (LC-MS/MS). The antioxidant activity of the final thiosemicarbazone derivative products was tested using the 1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) method. The yields of the eight final products, benzaldehyde limonene thiosemicarbazone (1), 2-hydroxybenzaldehyde limonene thiosemicarbazone (2), 4-methoxybenzaldehyde limonene thiosemicarbazone (3), cinnamaldehyde limonene thiosemicarbazone (4), benzaldehyde camphene thiosemicarbazone (5), 2-hydroxybenzaldehyde camphene thiosemicarbazone (6), 4-methoxybenzaldehyde camphene thiosemicarbazone (7), and cinnamaldehyde camphene thiosemicarbazone (8), were 76.32%, 80.75%, 91.79%, 71.61%, 96.82%, 89.94%, 87.98%, and 97.65%, respectively. Based on the antioxidant activity test using the DPPH method, the IC50 values of compounds (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), and (8) were found to be 158.64 ppm; 76.35 ppm; 107.38 ppm; 170.82 ppm; 152.92 ppm; 84.56 ppm; 118.34 ppm; and 175.69 ppm, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robinson, Trevor
Bandung: ITB Press, 1995
581.192 ROB ot
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>