Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cahn, Robert W.
Bristol: Institute of Physics Publishing, 1992
691 CAH a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fatchan Haryosudibyo
"Replika lumbung batu merupakan sebuah bentuk miniatur rumah-rumahan dengan atap trapesium terbalik, yang dahulu lebih dikenal dengan sebutan kuil lumbung. Penelitian mengenai replika lumbung batu belum banyak dilakukan di masa lalu. Penelitian yang dilakukan kali ini ditujukan untuk membahas hal penyebutan replika termaksud yang mungkin dapat dipakai untuk penelitian selanjutnya. Dalam kaitannya dengan masalah tersebut juga diteliti tentang seberapa jauh bentangan masa penggunaan replika termaksud oleh masyarakat masa lain, kajian terhadap pendapat Groeneveldt dan Stutterheim yang berkaitan dengan kegunaan replika termaksud serta melihat keragaman bentuk dari replika termaksud. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil 22 sampel yang berada di Museum Nasional Jakarta, Museum Trowulan, Museum Majokerto serta sampel yang berhasil dikunjungi di 3 desa wilayah kabupaten Magetan. Hasil akhir dari penelitian adalah usulan penggunaan penyebutan replika lumbung batu bagi replika termaksud, pengelompokan keragaman, perangkat pola yang harus dimiliki replika termaksud untuk membedakannya dengan bentuk replika lainnya serta jangkauan masa penggunaan oleh masyarakat masa lalu."
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noerad AP
"Strategi subsistensi manusia Faktual dan sekitamya, cenderung mernperlihatkan penerapan teknologi tulang yang cukup dominan selain alat batu, Hal ini didukung oleh keadaan geografis daerah Pegunungan Seribu yang memungkinkan alat-alat tulang itu tetap utuh dalam jurnlah yang cukup banyak di beberapa lapisan strata. Walaupun alat alat tularg dominan urnumnya kebudayaan batunya tetap berkembang pesat. Sumber daya fauna yang digunakan sebagai alat tulang sangat bervariasi, baik dilihat dari jenis faunanya maupun dari bagian tulang yang dipergunakan. Proses pembertukan dan pemangkasan tulang sebagai alatpun bermacam-macam.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fauna-fauna apa yang dominan dan bagian-bagian fauna apa yang dominan dipergunakan sebagai bahan alat tulang serta pengaruhnya pada bentuk alat itu. Dengan demikian dapat dketahui keberadnan number daya fauna apa saja yang domimn merduktng akbfitas pembualan ulet tulang di situs Braholo, Disamping perlu untuk mengetahui bentuk-bentuk pemangkasan alat tulang itu. Hal ini dilakukan mengingat fenomena temuan alat tulang di Gua Braholo yang jenisnya bermacam-macam dan fauna yang beraneka ragam dalarn jumlah yang cukup besar yang setiap jenis alat diperkirakan mempunyai beberapa bentuk pangkasan yang berbeda-beda.
Dalam hal ini metode penelitian meliputi pengumpulan data yang terdiri atas data utama, yaitu temuan artefak-artefak alat tulang yang merupakan Hasil penggalian Puslitaskenas pada tahun 1997 (kotak D5, P4, 06, 39, dan 08) dan 1998 (kotak 08, 17, K8, L8, M8, dan N8), sedangan data tambahan diambil dari literatur-literatur pendukung dan laporan penelitian. Kemudian dilakukan pembandingan artefak berdasarkan sumberdaya fauna yang digunakan, sehingga dapat diketahui jenis -jenis fauna yang dominan dan bagian-bagtan tulang yang dominan digunakan sebagai alat tulang. Dapat diketahui pula variasi cara pembuatan alat oleh manusia pendukung budaya tersebut, yang pada satu jenis alat tulang dapat mengalami proses pemangkasan yang berbeda-beda.
Jenis fauna yang paling populer untuk dijadikan sebagai bahan alat adalah Macaca sp. atau monyet (merupakan sumber fauna yang paling besar pada lancipan, jarum, pangkasan, dan tajaman) sebanyak 44,9 % dari keseluruhan alat tulang. Hal ini dipergaruhi oleh keperluan akan bahan tulang yang berukuran kecil yang ideal untuk dijadikan alat yang kecil-kecil sehingga jenis lain juga banyak digunakan seperli Viveridae (16,8 %), Canidae (3,1 %), dan Chiropterdae (3,3 %) yang morfologi tulangnya juga sesuai untuk pergerjaan alat lancipan dan jarum Untuk keperluan alat yang lebih besar seperti spatula, bahan fauna yang urnum digunakan adalah Bovidae dan Cervidae. Kesenjangan persentasi jumlah alai dari bahan Botsdae dan Cervidae tersebut sangat terlhat karena secara kcselunrhan ate, pen gunaan tulang Bovidae dan Cervidae hanyalah 9,8 % dan 9,6 % dari keseluruhan alat Sedangkan khusus pada alat spatula, penggunaan bahan tulang Bovidae dan Cervidae masing-masing adalah 47,7 % dan 35,4 % dari keseluruhan jenis alat spatula.
Mengenai pemilihan jenis tulang yang akan diolah, maka tulang betis (fibula) rnenempati urutan paling atas. Dari keseluruhan jenis tulang yang ada, yaitu berjumlah 198 buah (41,2 % dari keseluruhan alat tulang), disusul kemudian oleh metatarsal berjumlah 64 buah (13,3 % dari keseluruhan alat tulang) dan tulang hasta (ulna) berjumlah 58 buah (12,1 % dari keseluruhan alas tulang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemilihan bahan alat tulang di Gua Braholo didominasi oleh macaca sp. (secara jenis fauna) dan tulang betis (secara jenis tulang).
Pada segi bentuk pangkasan tulang di gua Braholo, spatula memiliki paling banyak variasi cara pengerjaan alat. Hal ini dimungkinkan karena spatula mampunyai ukuran yang cukup besar sehingga pangkasan-pangkasan dengan. rrudah dapat dilakukan. Pada alat tulang lancipan dan jarum, vaniasi Cara pengerjaan tidak banyak dilakukan karena bahan tulang yang digunakan urnumnya berukuran kecil dan jelas lebih rapuh sehingga dalam pembentukan alat hanya diutamakan pangkasan-pangkasan utama untuk membuat suatu tajaman dan hanya untuk menampilkan bentuk dasar alat. Dalam hal ini, lebilh ditekankan pada efektifitas alat daripada keindahan alat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S11966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sely Rosalinda
"Dalam menghadapi tantangan alam, manusia purba memiliki kemampuan terbatas berusaha untuk mencari sumber makanan demi kelangsungan hidupnya. Usaha ini kemudian menimbulkan budaya yang merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungannya, terutama dalam bentuk teknologi sesuai dengan kemampuan daya cipta mereka yang dapat dikatakan merupakan manifestasi usaha manusia purba dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dalam hal pangan dan pembuatan alat-alat. Sahan yang dipergunakan sebagai artefak diambil dari alam, seperti tulang, batu, dan juga kulit moluska. Temuan artefak moluska dalam suatu situs dianggap penting 'selain dimanfaatkan sebagai sumber daya pangan juga menunjukkan bahwa kelas-kelas tertentu bangsa moluska dapat menjadi suatu indikasi perubahan iklim atau musim. Spesies tertentu moluska juga berguna untuk menentukan umur kuarter deposit dimana spesies tersebut berasal. Selain itu, jenis moluska membantu menentukan dan habitat mama saja moluska tersebut diperoleh. Penemuan moluska, baik sebagai artefak maupun ekofak tersebar meliputi kawasan pulau Jawa (gua-gua di Jawa Timur dan sekitarnya) serta wilayah Indonesia bagian Timur_ Salah satu dari situs pedalaman (situs gua) di Nusa Tenggara, khususnya Nusa Tenggara Timur adalah situs Gua Oelnaik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis moluska apa saja yang ada dan frekuensinya dan macam-macam pemanfaatannya dengan melihat ciri-ciri khusus dari setiap kelompok moluska tersebut. Metode penelitian yang digunakan meliputi pengumpulan data dengan mengadakan inventarisasi data basil ekskavasi tim Pusat Arkeologi di Gua Oelnaik tahun 1981, pengumpulan data kepustakaan: mengenai keadaan iingkungan termasuk sumberdaya; mengenai penelitian-penelitian mengenai moluska, di situs Gua Oelnaik pada khususnya. Selanjutnya melakukan klsifikasi/pengelompokan dengan pemilahan taksonomi, lalu dianalisis dan dibantu dengan data etnografi untuk melihat secara langsung perilaku manusia masa lalu dalam pemanfaatan moluska dan kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Dan 2.258 temuan moluska, 41% Gastropoda-dan 59% Pelecypoda. Tiga puluh dua persen dalam keadaan utuh, 67% berupa fragmen, dan 1% berupa fosil. Seberapa jenis dimanfaatkan sebagai pangan, yaitu, dari Kelas Gastropoda; Turbinidae, Neritidae, Turritellidae, Cerithiidae, Thiaridae, Olividae, Volutidae, Conidae, Lymnaeidae, Helicidae; dan dari Kelas Pelecypoda: Arcidae, Pectinidae, Veneridae. Ciri_ciri pemanfaatannya antara lain pecah atau berlubang pada bagian badan bahu (pada Gastropoda) dan pecah atau rusak di sisi kanan atau kiri margin (pada Pelecypoda). t Janis lainnya digunakan sebagai alat, antara lain berupa serut, gurdi dan lancipan dari cangkang Veneridae, pemberat/bandul jala dari cangkang Arcidae. dengan jejak bekas pakai, antara lain berupa lubang pada bagian umbel (pada Pelecypoda) dan bagian apex (pada Gastropoda) yang umumnya tampak aus di sekeliling lubang.1 Selain itu, ada juga yang dimanfaatkan sebagai manik-manik berasal dari keluarga Olividae, Cerithiidae, Conidae, dan Arcidae. Umumnya cangkang yang dimanfaatkan ' sebagai perhiasan menggunakan moluska yang sudah terkena perforasi (lubang) akibat predator tetapi pinggir lubangnya mengalami pengikisan halus."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library