Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Amarys Zahra Benindya
"Proses pembuatan tablet dilakukan secara massal sehingga individualisasi obat menjadi sulit untuk dilakukan. Individualisasi obat dapat dilakukan dengan 3D printer karena dapat menyesuaikan bentuk sediaan dan dosis obat sesuai kebutuhan pasien. Teknik perendaman pelarut merupakan salah satu metode memasukkan zat aktif ke dalam filamen dengan cara difusi pasif. Penelitian ini bertujuan untuk membuat tablet 3D printing dari filamen polimer polivinil alkohol, asam polilaktat, dan polikaprolakton yang mengandung propranolol hidroklorida dengan 3D printer. Ketiga filamen ini dipilih karena terbatasnya ketersediaan filamen di pasaran yang aman untuk dikonsumsi manusia. Filamen polivinil alkohol, asam polilaktat, dan polikaprolakton direndam dalam larutan propranolol hidroklorida dalam tiga konsentrasi selama 45 menit dan kemudian dikeringkan dalam oven selama 6 jam. Filamen tersebut kemudian dicetak menjadi tablet, dilakukan uji disolusi selama 10 jam, dan dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis. Hasil uji disolusi menunjukkan jumlah kumulatif terdisolusi tablet propranolol hidroklorida dari filamen polimer polivinil alkohol lebih tinggi dibandingkan dengan tablet dari asam polilaktat dan polikaprolakton. Kandungan propranolol HCl yang tertinggi pada tablet dimiliki oleh formula PVA C. Meski demikian, pelepasan obatnya membutuhkan waktu 10 jam, sehingga diperlukan penelitian lanjutan terkait filamen polimer yang ideal untuk pembuatan tablet 3D printing dengan metode perendaman pelarut.
The making process of tablet drug is done in massive scale; thus, individualization of drug therapy is impossible. Individualization of drug therapy can be achieved by using 3D printer because it can suit the dosage form based on the patient’s needs. Solvent immersion is a method to load the drug to the filament through passive diffusion. This study aims to make 3D printed propranolol hydrochloride tablet using polyvinyl alcohol, polylactic acid, and polycaprolactone polymer filament. These three filaments were chosen because of the limited availability of filaments in the market that are safe for human consumption. Polyvinyl alcohol, polylactic acid, and polycaprolactone filament were immersed in three different concentrations of propranolol hydrochloride for 45 minutes and being dried in the oven for 6 hours. Those filaments were used to make 3D printed tablets, went through dissolution test for 10 hours, and the results were analyzed using UV-Vis spectrophotometry. Tablets made of polyvinyl alcohol filament tended to have higher cumulative drug release compared to the tablets made of polylactic acid and polycaprolactone. The tablet that was made by PVA C has the highest propranolol HCl content. However, the time needed for it to dissolute requires 10 hours. Therefore, further research is needed regarding the ideal polymer filament for the manufacture of 3D printed tablets by the solvent immersion method."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ardy Lefran Lololau
"Penelitian tentang material komposit yang diperkuat serat alami telah mendapatkan urgensi dalam beberapa dekade terakhir, terutama untuk menghasilkan produk mekanis yang lebih baik sambil memahami perilaku mekanisnya melalui pembebanan siklik dan multiaksial yang kompleks. Oleh karena itu, penelitian ini dikhususkan untuk merekayasa dan mengembangkan proses preparasi dan proses manufaktur serta mengarakterisasi perilaku mekanik multiaksial dari prepreg komposit asam polilaktat yang diperkuat serat rami. Proses preparasi dan proses manufaktur telah dilakukan melalui tiga stase rekayasa dan pengembangan: Alpha, Beta, dan Gamma. Prosedur, tujuan, dan hasil terperinci dari setiap stase telah ditampilkan. Beberapa jenis spesimen juga telah dipreparasi untuk diuji melalui pembebanan aksial maupun multiaksial. Uji statis dan fatig telah dilakukan pada arah longitudinal dan transversal dari spesimen prepreg asam polilaktat yang diperkuat serat rami dengan menggunakan sebuah perangkat Arcan yang dimodifikasi untuk meniru kondisi tegangan tarik-geser biaksial pada spesimen. Kerusakan pada spesimen yang gagal juga telah diamati dengan menggunakan mikroskop digital dan modul SEM. Data eksperimental kemudian dibandingkan dengan data prediksi dari perhitungan amplop kegagalan Empiris, Semi-empiris, dan Quasi-eksperimental dengan menggunakan kriteria kegagalan konvensional, yaitu tegangan maksimum, Tsai-Hill, Hashin, dan Tsai-Wu. Kriteria Tsai-Hill dan Hashin memberikan hasil prediksi yang lebih baik karena perhitungannya yang berbeda untuk setiap kuadran pembebanan. Setelah melalui pembebanan dinamis, material memiliki kekuatan fatig sebesar 36-40% dari kekuatan ultimat untuk lamina dan sebesar 42-55% dari kekuatan ultimat untuk laminasi yang mana diperoleh pada sekitar 106 siklus sebagaimana kurva S-N melandai untuk setiap pembebanan berdasarkan rasio biaksial.
Research on natural fiber-reinforced composite materials has gained urgency in the last decades, especially in producing a better mechanical product while understanding its mechanical behavior through complex cyclic and multiaxial loading. Thus, this work is devoted to engineer the preparation and manufacturing process and characterize the multiaxial mechanical behavior of a novel ramie fiber-reinforced polylactic-acid composite prepreg. The preparation and manufacturing processes have been carried out through three engineering and developing phases: Alpha, Beta, and Gamma. The detailed procedures, aims, and results of each stage are presented. Various specimen types have also been prepared to be subjected to axial and or multiaxial loading. Static and fatigue tests were performed on the longitudinal (warp) and transversal (weft) direction of the ramie fiber-reinforced polylactic-acid prepreg specimen using a novel modified Arcan fixture to mimic the biaxial tensile-shear stress state on the specimen. The damage on failed specimens has also been observed on a digital microscope and a SEM module. The experimental data are then compared to the predictive data from empirical, semi-empirical, and quasi-experimental calculation of failure envelopes using known failure criteria, e.g., maximum stresses, Tsai-Hill’s, Hashin’s, and Tsai-Wu’s. The Tsai-Hill and Hashin criteria yield a better predictive result due to their distinctive computation for each loading quadrant. During the dynamic loading, the material had its fatigue strength at 36-40% of the ultimate strength for lamina and at 42-55% of the ultimate strength for the quasi-isotropic laminate, obtained around 106 cycles as the S-N curve flattened for each loading based on the biaxial ratio."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library