Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tilani Hamid
"ABSTRAK
Penggilingan akhir clinker di industri semen menggunakan tube mill dengan ball mill sebagai media penggiling. Fenomena dry coating merupakan suatu kendala pada proses penggilingan akhir clinker yang akan menyebabkan penggilingan akhir menjadi tidak efektif dan efisien. Asam stearat diduga mampu menanggulangi masalah dry coating serta mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi bila digunakan sebagai aditif (grinding aid) penggilingan akhir. Sebelum digunakan langsung pada kegiatan produksi pabrik, maka dilakukan penelitian skala laboratorium menggunakan laboratory tube mill. Konsentrasi asam stearat yang digunakan bervariasi mulai 0,5 gr sampai dengan 4 gr per kilogram clinker dan lama penggilingan 30 menit dan 60 menit. Penggilingan dengan menggunakan 4 gram asam stearat per kilogram clinker (0,4% berat) selama 30 menit mampu menaikkan blaine semen dari 1867 cm^2/gr atau terjadi kenaikan 27,19% pada konsentrasi asam stearat yang sama. Hasil uji XRF menunjukkan bahwa asam stearat tidak menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kimia semen yang berarti,komposisi kimia semen masih dalam rentang syarat mutu yang dikehendaki. Hasil uji distribusi partikel menunjukkan pada konsentrasi asam stearat 0,4% berat dan ada lama penggilingan 30 menit, terjadi penurunan distribusi partikel 200 mesh dari 25,94% menjadi 10,3% atau turun 60,29%, distribusi partikel 325 mesh turun dari 49,12% menjadi 35,3% atau turun 28,14% dan semakin meningkatnya persentase partikel halus semen (>325 mesh) dari 50,88% menjadi 64,7% atau naik 27,16%. Pada lama penggilingan 60 menit terjadi penurunan distribusi partikel 200 mesh dari 1,58% menjadi 0,02% atau turun 98,73%, distribusi partikel 325 mesh turun dari 19,74% menjadi 2,82% atau turun 85,71%. Dna semakin meningkatnya persentase partikel halus semen (>325 mesh) dari 8026% menjadi 97,18% atau naik 20,63%. Berarti telah terjadi efektifitas pada penggilingan clinker. Efisiensi terlihat dari turunnya konsumsi listrik mill untuk mencapai blaine 3200 cm^2/gr dari 0,407 kWh menjadi 0,284 kWh atau turun 30,30%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Franscisca Kembara
"Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawaan lipoamida melalui reaksi amidasi langsung pada asam oleat dan asam stearat dengan etanolamina dan gel silika sebagai katalis. Rendemen reaksi sintesis senyawa lipoamida oleat dan lipoamida stearat secara berturut-turut sebesar 48% dan 30,10%. Kedua struktur lipoamida yang diperoleh telah dikonfirmasi dengan spektrum FTIR dan 1H-NMR. Kedua senyawa lipoamida tersebut diuji aktivitas antimikrobanya terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menggunakan metode difusi cakram. Sementara uji aktivitas antikankernya terhadap sel HeLa menggunakan metode MTT. Hasil uji aktivitas antimikroba terhadap E. coli menunjukkan bahwa aktivitas tertinggi dimiliki oleh lipoamida oleat 1000 ppm dengan diameter zona hambat (DZH = 7,3 mm) dan lipoamida stearat 1000 ppm dengan (DZH = 7,5 mm). Sementara aktivitas antimikroba tertinggi terhadap S. aureus ditunjukkan oleh lipoamida oleat 1000 ppm (DZH = 6 mm) dan lipoamida stearat 1000 ppm (DZH = 7,9 mm). Aktivitas antikanker lipoamida stearat (IC50 = 37,55 µM) lebih tinggi dibandingkan dengan lipoamida oleat (IC50 = 83,35 µM). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan ikatan C=C pada lipoamida menurunkan aktivitas antimikroba dan antikankernya

In this research, the synthesis of lipoamide compounds was carried out through direct amidation reactions in oleic acid and stearic acid with ethanolamine and silica gel as catalysts. The yields of the synthesis reactions of oleic lipoamide and stearic lipoamide were 48% and 30.10%, respectively. Both lipoamide structures obtained were confirmed by FTIR and 1H-NMR spectra. The two lipoamide compounds were tested for their antimicrobial activity against Staphylococcus aureus and Escherichia coli using the disc diffusion method. While the anticancer activity test against HeLa cells used the MTT method. The results of the antimicrobial activity test against E. coli showed that the highest activity was possessed by lipoamide oleate 1000 ppm with a diameter of the inhibition zone (DZH = 7.3 mm) and lipoamide stearate 1000 ppm with (DZH = 7.5mm). While the highest antimicrobial activity against S. aureus was shown by 1000 ppm lipoamide oleate (DZH = 6 mm) and lipoamide stearate 1000 ppm (DZH = 7.9 mm). The anticancer activity of lipoamide stearate (IC50 = 37.55 µM) was higher than that of lipoamide oleate (IC50 = 83.35 µM). Based on these data it can be concluded that the presence of the C=C bond in lipoamide reduces its antimicrobial and anticancer activity"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulami Hauzana Assyifa
"Penyakit infeksi disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, riketsia, jamur, dan protozoa. Asam palmitat dan asam stearat merupakan asam lemak jenuh yang memiliki potensi sebagai agen antibakteri. Modifikasi asam lemak jenuh dikembangkan dengan mengubah gugus karboksilat menjadi gugus amida. Antibiotik yang mengandung gugus amida telah banyak digunakan, seperti beta-laktam, turunan penisilin, sefalosporin, dan carbapenem. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menyintesis senyawaan alkanolamida melalui reaksi amidasi langsung dengan satu tahap reaksi pada asam palmitat dan asam stearat dengan dietanolamina dan gel silika sebagai katalis serta uji aktivitas antibakterinya. Produk yang terbentuk diidentifikasi keberadaannya dengan kromatografi lapis tipis (KLT) lalu dimurnikan dengan kromatografi kolom. Produk dikarakterisasi menggunakan FTIR (Fourier transform-infrared) dan 1H-NMR (nuclear magnetic resonance). Hasil karakterisasi menggunakan FTIR menunjukkan terbentuknya produk alkanolamida. Produk alkanolamida stearat-dietanolamina berhasil diidentifikasi strukturnya dengan karakterisasi 1H-NMR. Rendemen yang dihasilkan alkanolamida palmitat-dietanolamina sebesar 2,73% dan alkanolamida stearat-dietanolamina sebesar 6,99%. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Pada pengujian aktivitas antibakteri, alkanolamida palmitat-dietanolamina dan alkanolamida stearat-dietanolamina tidak menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

Infectious diseases are caused by various microorganisms such as bacteria, viruses, rickettsia, fungi, and protozoa. Palmitic acid and stearic acid are saturated fatty acids that have potential as antibacterial agents. Modification of saturated fatty acids is developed by changing the carboxylic group into an amide group. Antibiotics containing amide groups have been widely used, such as beta-lactams, penicillin derivatives, cephalosporins, and carbapenems. In this research, synthesis alkanolamide compounds was carried out through direct amidation reactions with a one-step reaction on palmitic acid and stearic acid with diethanolamine and silica gel as catalysts for antibacterial activity test. The formed products were identified by thin layer chromatography (TLC) and then purified by column chromatography. The products were characterized using FTIR (Fourier transform-infrared) and 1H-NMR (nuclear magnetic resonance). The FTIR characterization results indicated the formation of alkanolamide products. The structure of stearic-diethanolamine alkanolamide product was successfully identified by 1H-NMR characterization. The yield of palmitate-diethanolamine alkanolamide was 2,73% and stearate-diethanolamine alkanolamide was 6,99%. The antibacterial activity was tested against Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacteria. On antibacterial activity test, palmitate-diethanolamine alkanolamide and stearate-diethanolamine alkanolamide did not show antibacterial activity against the tested bacteria, Escherichia coli and Staphylococcus aureus."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matthew
"Permintaan terhadap material hidrofobik dan superhidrofobik diprediksi akan meningkat 187.61% pada tahun 2024 dari tahun 2015. Material umum yang dapat digunakan sebagai bahan baku material superhidrofobik adalah carbon nanotubes, graphene, dan silica. Dari ketiga bahan baku tersebut silika merupakan bahan baku yang murah dan mudah didapatkan. Silika didapatkan dengan cara menambang pasir dari pantai atau sungai. Pertumbuhan pembangunan infrastruktur berdampak besar terhadap permintaan pasir. Penambangan pasir memiliki dampak buruk seperti pendangkalan sungai, abrasi air laut, dan lain-lain. Untuk mengurangi dampak dari pertambangan pasir maka diperlukan pencarian sumber silika dari tempat lain yang lebih ramah lingkungan. Salah satu sumber silika yang melimpah adalah terak feronikel. Terak feronikel adalah residu sisa dari proses ekstraksi nikel. Terak feronikel mengandung 45.7% SiO2. Penelitian ini menjelaskan proses sintesis silika hidrofobik dari terak feronikel untuk diaplikasikan sebagai campuran untuk pelapisan bitumen. Metode yang digunakan adalah fusi alkali, pelindian air, presipitasi silika, pelindian dengan asam stearat dan media etanol, dan pencampuran silika dengan bitumen. Dalam penelitian ini, hasil sintesis partikel silika hidrofobik memiliki sudut kontak air sebesar 107.558º dengan ukuran partikel silika hidrofobik di antara 2.5 – 27.77 µm dan rata-rata ukuran partikel 9.43 µm.

Hydrophobic and Superhydrophobic material demand growth forecasted will increase 187.61% in 2024. Carbon nanotubes, graphene, and silica are the most common raw material for superhydrophobic material use. Silica is the cheapest and easiest to obtain compared to CNT and graphene. Silica were obtained through sand mining from beaches or rivers. Increase growth in infrastructure construction lead to increase in sand mining operation. Sand mining operation caused negative impact to the environment such as river shallowing, sea water abrasion, etc. Therefore, we need to find other sources of silica that does not cause harm to the environment. Ferronickel slag is one of the other sources that contain substantial amount of silica. Ferronickel slag contain 45.7% SiO2. This research will explain synthesis process of hydrophobic silica from ferronickel slag as additive for bitumen coating. This research consist of 5 process, such as alkaline fusion, water leaching, silica precipitation, stearic acid and ethanol leaching, and mixing of hydrophobic silica and bitumen. In this research, hydrophobic silica particle reach 107.558º contact angle with particle diameter range from 2.5 – 27.77 µm and average particle size 9.43 µm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Zahra
"ABSTRAK
Isopropil miristat dan gliseril monostearat merupakan suatu zat yang secara luas digunakan pada produk kosmetik. Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai basis pada sediaan krim tabir surya. Kandungan air yang tinggi dalam suasana asam pada sediaan krim, memungkinkan adanya penguraian yang terjadi pada isopropil miristat dan gliseril monostearat menjadi asam miristat dan asam stearat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data stabilitas sampel krim tabir surya dengan memperhitungkan kadar asam miristat dan asam stearat yang terbentuk sebagai hasil urai. Penentuan kondisi optimum dan validasi metode analisis campuran asam miristat dan asam stearat dilakukan untuk mendapatkan metode yang valid untuk menghitung kadar asam miristat dan asam stearat yang terurai dalam sampel krim tabir surya sehingga data stabilitas dapat diperoleh. Asam lemak diderivatisasi melalui reaksi esterifikasi dengan metode lepage yang telah dimodifikasi menggunakan pelarut metanol-toluen 4:1 v/v dan 1,0 ? ? ? ? L asetil klorida sebagai katalisator. Analisis stabilitas krim tabir surya dilakukan menggunakankromatografigas Shimadzu GC-17A dengan kolom HP-1 dan detektor ionisasi nyala pada suhu awal kolom 120oC dinaikkan 10oC/menit hingga mencapai suhu 160oC, kenaikan suhu 3oC/menit hingga mencapai suhu 220oC, dipertahankan selama 5 menit, dan kenaikan suhu 10oC/menit hingga mencapai suhu 260oC, dan dipertahankan selama 5 menit. Suhu injektor 260oC, suhu detektor 280 C, dan laju alir gas pembawa 1,00 mL/menit. Metode validasi campuran asam miristat dan asam stearat dapat dinyatakan valid dengan linearitas untuk asam miristat y = 190,78x 9,6483 dan nilai r 0,9997 serta nilai LOD= 0,0012 g/mL; LOQ=0,0042 g/mL, sedangkan linearitas untuk asam stearat y = 106,22x 17,163 dengan nilai r 0,9998 dan LOD= 0,0016 g/mL; LOQ=0,0053 g/mL. Hasil uji stabilitas krim tabir surya bulan ke- 0, 1, 2, dan 3 telah diperoleh dengan kadar isopropil miristat yang tersisa sebesar 99,7864 ; 99,2306 ; 98,4998 dan 97,8931, sedangkan kadar gliseril monosterat yang tersisa sebesar 99,7781 ; 98,4693 ; 96,7752 dan 95,4967. Hasil perhitungan menggunakan orde nol didapatkan waktu kadaluwarsa krim tabir surya, yakni 13 bulan 21 hari.

ABSTRACT
Isopropyl myristate and glyceryl monostearate are substances widely used in cosmetic products. One of its use is as a base in sunscreen cream. The high water content with the presence of acid in cream can probably causes the degradation of isopropyl myristate and glyceril monostearate into myristic acid and stearic acid. This study aimed to obtain the levels of myristic acid and stearic acid as degradation products. Determining the optimum conditions and validation methods for a mixture of myristic acid and stearic acid were performed to obtain a valid method to determine the degradation levels of myristic acid and stearic acid in sunscreen cream so that the stability data can be obtained. The fatty acid was derivatized by esterification reaction with a modified lepage method using methanol toluene 4 1 v v and 1.0 L acetyl chloride as catalyst. The stability analysis of sunscreen cream was made by using gas chromatography Shimadzu GC 17A with HP 1 column and flame ionization detector at the column temperature of 120 C with increased of 10 C min up to 160 C, raising 3 C min of temperature up to 220 C, held for 5 min and temperature was increased 10 C min up to 260 C, and held for 5 min. The Injector temperature was 260 C and detector temperature was 280 C with flow rate 1.00 mL min. The results of validation was valid with the linearity for myristic acid was y 190.78x 9.6483 and r value of 0.9997 and LOD value 0.0012 g mL LOQ 0.0042 g mL,while the linearity for stearic acid was y 106.22x 17.163 with r value of 0.9998 and LOD value 0.0016 g mL LOQ 0.0053 g mL. The results of the sunscreen cream stability test of 0, 1, 2, and 3 months were obtained with the level of remaining isopropyl myristate were 99.7864 99.2306 98.4998 and 97.8931 respectively, while the remaining level of glyceryl monostearate were 99.7781 98.4693 96.7752 and 95.4967 respectively. The expired date on sunscreen cream was calculated by using zero order, which was 13 months and 21 days."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Aliyya Rahman
"ABSTRAK
Isopropil miristat dan gliseril monostearat merupakan ester dari asam miristat dan asam stearat yang seringkali digunakan dalam basis krim anti aging. Namun, dengan adanya keberadaan air dan suasana asam dapat menyebabkan ikatan ester dari kedua zat tersebut terputus, sehingga kembali membentuk asam miristat dan asam stearat. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data stabilitas produk krim anti agingdengan uji stabilitas dipercepat, melalui perhitungan asam miristat dan asam stearat sebagai hasil urainya. Asam lemak diesterifikasi terlebih dahulu sebelum dianalisis menggunakan metode esterifikasi Lepage dengan pelarut metanol-toluen 4:1 v/v dan asetil klorida sebagai katalis reaksi. Analisis data stabilitas produk dilakukan menggunakan kromatografigas Shimadzu GC-17A dengan kolom HP-1 dan detektor ionisasi nyala. Kondisi analisis yang digunakan yaitu suhu awal kolom 120 C dengan kenaikan 10 C/menit hingga 160 C, dinaikkan 3 C/menit hingga 220 C dan dipertahankan selama 5 menit, lalu dinaikkan 10 C/menit hingga 260 C dan dipertahankan selama 5 menit. Suhu injektor 260 C, suhu detektor 280 C, dan laju alir gas pembawa 1,0 mL/menit. Waktu retensi campuran asam miristat dan asam stearat berturut-turut sekitar 16,655 menit dan 28,169 menit dengan faktor ikutan 0,734 dan 0,943. Metode validasi campuran asam miristat dan asam stearat yang dilakukan memenuhi persyaratan, dengan linearitas untuk asam miristat y = 9,6483 190, 78x dengan koefisien korelasi r = 0,9997 dan nilai LOD = 0,0013 ppm ; LOQ = 0,0042 ppm. Kemudian untuk asam stearat diperoleh linearitas y = 17,163 106,22x dengan koefisien korelasi r = 0,9998 dan nilai LOD = 0,0016 ppm; LOQ = 0,0053ppm. Pada hasil uji stabilitas dipercepat krim anti aging, diperoleh rata-rata kadar isopropil miristat tersisa pada bulan ke -0, -1, -2, dan -3 sebesar 99,6283 ; 99,1995 ; 98,2571 ; dan 97,1511 . Sedangkan rata-rata kadar gliseril monostearat yang tersisa berturut-turut sebesar 99,6791 ; 98,2881 ; 96,2247 ; dan 93,7195. Tanggal kadaluwarsa dari sediaan tersebut dihitung menggunakan orde nol, yakni 10 bulan dan 9 hari.

ABSTRACT
Isopropyl myristate and glyceryl monostearate are ester form of myristic acid and stearic acid, which commonly used as a component in anti aging cream base. Therefore, with high presence of water and acid as catalyst, the ester linkage can break down and form myristic acid and stearic acid. This study aimed to obtain the stability data of anti aging cream through the accelerated stability testing, by calculating the levels of myristic acid and stearic acid as degradation product. Derivatization were perfomed by esterification Lepage method using methanol toluene 4 1 v v and acetyl chloride as a catalyst. The analysis used gas chromatography Shimadzu GC 17A with HP 1 column and flame ionization detector at the column temperature of 120 C with increased of 10 C min up to 160 C, then increased of 3 C min up to 220 C maintained for 5 minutes , and increased of 10 C min up to 260 C maintained for 5 minutes . Injector and detector temperature were 260 C and 280 C, with flow rate 1.00 mL min. Retention time of myristic acid and stearic acid were 16.655 minutes and 28.169 minutes with Tf0.734 and 0.943 respectively. The results of validation.fulfilled the acceptance.criteria, which obtained linearity for myristic acid y 9.6483 190. 78x with correlation coefficient r value of 0.9997 LOD 0.0013 ppm LOQ 0.0042 ppm, and also linearity for stearic acid y 17.163 106.22x with correlation coefficient r value of 0.9998 LOD 0.0016 ppm LOQ 0.0053 ppm. The results of anti aging cream stability test were obtained with the average remaining levels of isopropyl myristate from 0 to 3 months were 99.6283 99.1995 98.2571 and 97.1511 , and glyceryl monostearate were 99.6791 98.2881 96.2247 and 93.7195. The expired date of anti aging cream product was calculated using zero order, which was 10 months and 9 days."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library