Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Calfin Murrin Yp
Abstrak :
ABSTRAK
Efek dari krisis ekonomi semakin lama semakin meluas. Krisis Asia 1997-1998 dan Krisis Global 2008 adalah contoh nyata penyebaran krisis ekonomi. Melalui metode komparasi, tinjauan literatur ini melihat bagaimana perkembangan kanal penyebaran krisis saat Asia 1997- 1998 dan Krisis Global 2008. Terlihat adanya perbedaan signifikansi kanal antara Krisis Asia dan Krisis Global. Signifikansi kanal fundamental dan makroekonomi dipertanyakan oleh para akademisi karena sulit ditemukan bukti empiris bahwa krisis dapat menyebar melalui kanal tersebut. Pada kanal hubungan finansial, tren menunjukkan bahwa kanal hubungan finansial semakin dipercayai sebagai kanal yang sangat signifikan dalam penyebaran krisis, terbukti dari perkembangan tulisan ilmiah yang lebih banyak membahas tentang kanal tersebut. Untuk kanal hubungan perdagangan, signifikansinya dirasakan menurun dari Krisis Asia ke Krisis Global walaupun masih tetap penting untuk sebagian negara berkembang yang menggantungkan perekonomiannya kepada pasar luar negeri. Sedangkan kanal perilaku investor semakin disoroti oleh para akademisi mengingat hubungannya yang dekat dengan kanal hubungan finansial sehingga potensi penyebaran krisisnya juga semakin besar.
ABSTRACT
The financial crisis effects so many countries in the world. Asian Financial Crisis 1997- 1998 and Global Financial Crisis 2008 are the living examples of the contagion effect. By using contrasting method this literature review sees the evolution of the contagion channels from Asian Financial Crisis 1997-1998 to Global Financial Crisis 2008. There are some differences in the significance of the contagion channels between the Asian Financial Crisis and the Global Financial Crisis. The significancy of macroeconomic fundamentals channels are questioned by scholars because there is no empirical evidance that crisis can spread through that channels. Financial relationships channels are increasingly believed to be a more significance channels, proven by more academic research towards that channels. For trade relations channels, the significance are perceived to be declining although it is still important for some developing countries who have economic dependency towards foreign market. Investor behavior channels are increasingly highlighted by scholars considering its close relations with the financial relations channels.
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Bahri
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam merespons krisis finansial Asia di tahun 1997-1999, pemerintah Indonesia dan Malaysia mengambil kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang berbeda. Pemerintah Indonesia menaikkan suku bunga, mengurangi alokasi anggaran, melepaskan intervensi nilai tukar, dan meliberalisasi berbagai sektor ekonomi; sementara pemerintah Malaysia menurunkan suku bunga, melakukan ekspansi anggaran, mempertahankan intervensi nilai tukar, dan mengaplikasikan kontrol modal. Mengapa krisis yang sama direspons dengan kebijakan ekonomi makro berbeda? Mengapa krisis ekonomi tersebut diikuti dengan perubahan kebijakan ekonomi ke arah yang lebih liberal di Indonesia, sementara tidak di Malaysia? Dalam riset-riset sebelumnya, faktor paradigma ekonomi terkesan kurang diperhatikan sebagai penentu preferensi kebijakan pemerintah sewaktu krisis. Lewat penelitian ini, penulis berargumen bahwa perbedaan kebijakan ekonomi makro saat krisis disebabkan oleh perbedaan paradigma yang berkembang di masing-masing rezim pemerintahan sebelum krisis. Paradigma ekonomi membangun ekspektasi pemerintah terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil sebelum krisis. Kemunculan krisis finansial mendorong perubahan kebijakan ekonomi makro karena (i) krisis tersebut memfalsifikasi ekspektasi paradigma ekonomi yang dianut pemerintah dan (ii) pendukung paradigma alternatif berhasil masuk ke dalam proses perumusan kebijakan ekonomi makro untuk mendelegitimasi paradigma lama, kemudian melembagakan paradigma baru. Dua faktor ini hadir di Indonesia, namun tidak di Malaysia.
Depok: Departemen Ilmu Politik FISIP UI, 2017
320 JURPOL 2:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Humam Syauqi Dawa
Abstrak :
Kegagalan utang luar negeri yang berasal dari Thailand pada tahun 1997 berakhir dengan reformasi ekonomi besar di negara-negara Asia, bersama dengan guncangan traumatis setelah itu. Satu dekade setelah krisis keuangan Asia, krisis lain pada tingkat yang lebih besar menghantam ekonomi dunia, sebagai akibat dari pinjaman kredit yang berlebihan untuk pasar perumahan di AS, yang mengarah ke penurunan ekonomi di negara-negara besar. Kedua fenomena ini menunjukkan bahwa sistem keuangan kita saling terkait bahwa runtuhnya satu negara memengaruhi negara lain secara berurutan. Tujuan dari makalah ini ada dua. Yang pertama adalah untuk memvisualisasikan keterkaitan pasar keuangan terpilih tepat sebelum dan selama periode krisis, dan yang kedua, sebagai pelengkap, adalah untuk menganalisis fenomena dengan menggunakan analisis jaringan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk mengidentifikasi negara mana dan negara tetangga yang memiliki risiko tertinggi karena keterkaitan sistem keuangan global. Dengan mengeksploitasi data pasar ekuitas untuk kedua episode krisis dan menggunakan statistik jarak dalam analisis jaringan, dengan indeks eksentrisitas khususnya, makalah ini memiliki dua temuan utama: pertama, ada dua gelombang penularan keuangan selama krisis keuangan Asia, Thailand dan Korea Selatan di periode yang berbeda; dan kedua, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa AS adalah pendorong utama penularan. ...... The foreign debt default originating from Thailand in 1997 ended with great economic reforms in Asian countries, along with the traumatic shocks that result. One decade after the Asian financial crisis, another crisis at a greater extent hit the world economies, as a result of excessive credit lending for housing market in the US, leading to economic downturns in major economies. Both phenomena suggest that our financial system is interconnected that a collapse of one country affects others sequentially. The aim of this paper is twofold. The first is to visualise the interconnectedness of selected financial markets right before and during crisis periods, and the second one, as a complement, is to analyse the phenomenon by using network analysis. This research is motivated by the need to identify which countries and their neighbours share the highest risk on account of the interconnectedness of global financial system. By exploiting equity market data for both crisis episodes and employing distance statistics in network analysis, with eccentricity index in particular, this paper has two main findings: first, there are two waves of financial contagion during the Asian financial crisis, Thailand and South Korea in different periods; and second, there is no evidence suggesting that the USA is the main driver of contagion.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Sukma Larasati
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang korelasi antara twin deficits, yang terdiri dari defisit neraca berjalan dan defisit anggaran pemerintah, dan pertumbuhan ekonomi di 49 negara berkembang dan negara maju yang menggunakan analisis cross-sectional untuk periode sebelum dan sesudah krisis finansial Asia dan sebelum dan sesudah krisis finansial global. Terdapat perubahan dalam hasil analisis pada periode sebelum dan sesudah krisis finansial Asia. Defisit anggaran pemerintah memiliki korelasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara defisit neraca berjalan tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada periode krisis finansial global, defisit neraca berjalan memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi, dan tidak terdapat korelasi antara defisit anggaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi.
ABSTRACT
This paper investigates the correlation between the twin deficits, namely current account and government budget deficits, and economic growth in 49 developing and developed countries using cross sectional analysis for the period before and after Asian financial crisis and before and after global financial crisis. There is a change in the results on before and after the Asian financial crisis. Government budget deficit is associated negatively with economic growth, while current account deficit does not significantly correlate with economic growth. For the global financial crisis period, the current account deficit correlates positively with economic growth, while government budget deficit does not correlate with economic growth.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library