Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bellow, Saul
New York : Viking Press, 1956
813.52 BEL s
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hasbullah
"This thesis deals with the ideal facts in a work of George Sand, a French female-writer from 19th century. Sand believes that writing novel needs the touch of idealization. Idealization here is restricted to social aspect, especially the social values, which prevail in societies depicted in La Mare au Diable. To explore the object systematically, the structural method is chosen to observe the poetic aspect of the novel. As preliminary stage of discussion, this first step shows a sintagmatic axis of the story which concentrates merely on two characters, namely Germain and Marie. It also reveals that the intrigue of the story is basically simple, consisting only of a chronological set of simple events.
The characters represent several social groups. It comes out that among societies of three villages, that's to say, Belair, Onueaux, and Farouche, all observations end up in privileging Belairian characters more than those of the two others. Positive characters and features belong totally to Belair. Good old generation, good young generation, tolerant men and intelligent women are those of Belair. On the contrary, the people of the two other villages have the opposite qualities.
To put it briefly, Belair has the good characters. It is then justified with values prevailing and binding the individuals within the society. Originality in tradition, harmonious relationship, freedom from religious obligations, respectful status of women and the dominance of agricultural profession, are distinctive features which characterize Belair. On the contrary, Ormeaux and Farouche people show pragmatism, individualism, materialism, and exploitation. These facts are completed with the description of space and time which clearly confirms the fore-mentioned statement about Belair's excellent position.
The result of the analysis mentioned-above is then compared to real rustic life in 19th century social history of France documented by social historians. There are a lot of contrasts resulting from this comparison. History reveals that societies in French villages were individualistic in nature, despite the fact that they were religious people. Besides, there was no equality of respect and opportunity for women. Social life was characterized by resolute segregation stemming from strict social classes. Moreover, typical villagers regarded other people in a fully suspicious stance so that no possible interaction could be put into reality, particularly with the urban society.
From this comparison we can conclude that Belairian society is an idealized one which can be found in a noel. It typically represents all literary works in romantic tradition which expresses people's longing for the natural beauty. Such artistic trend reflects the basic concept in art, known as back to nature, whose origin can be traced back to the French philosopher, lean Jacques Rousseau. Sand can be classified as the writer who tries to create an ideal world to materialize her dreams and aspirations. In brief, La Mare au Diable accommodates Sand's obsession of perfect people who live in simple but happy life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T2956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Agus Subekti
"Studi tentang zakat di Indonesia sejauh yang penulis amati kebanyakan berkutat pada manajemen pengelolaan zakat serta yang terkait dengan tinjauan keagamaan. Sedikit yang mengkaji zakat sudut pandang tinjauan sosial, kalaupun ada masih membatasi pada kegunaan zakat bagi kepentingan sosial. Sementara penelitian yang mengkaji tentang bagaimana aktivitas berzakat dan model pengelolaan yang dilakukan masyarakat serta bagaimana espektasi mereka terhadap bentuk pengelolaan zakat masih minim. Padahal zakat adalah aktivitas keagamaan yang melibatkan jumlah uang cukup banyak. Untuk itu penulis mencoba membuat gambaran aktivitas berzakat warga serta bagaimana mekanisme pengelolaan zakat yang sesuai menurut mereka.
Zakat adalah sebuah ibadah wajib keagamaan kongkrit yang agak unik. Dikatakan unik karena mengandung alasan penjelasan yang sangat rasional dan berhubungan dengan status sosial dan ekonomi umat serta kesulitan hidup umat yang lain. Dengan keunikannya tersebut zakat menyimpan potensi berupa jumlah nominal uang yang akan bergantung dengan jumlah wajib zakat pada suatu wilayah negara. Dengan jumlah penduduk mayoritas muslim, potensi zakat di Indonesia sangat besar. Tapi sayangnya potensi ini sejauh ini masih dibiarkan menjadi sekedar potensi yang tidak terkelola dengan baik.
Konsep yang menjiwai penelitian ini adalah zakat memiliki fungsi yang cukup signifikan bagi kehidupan masyarakat, bukan sekedar fungsi keagamaan apabila bisa dikelola dengan benar. Bagaimana aktivitas berzakat di RW 02 Keluarahan Tebet Barat, serta bentuk pengelola zakat seperti apa yang warga inginkan yang diteliti. Ada dua tujuan dari penelitian ini, pertama mencoba mengetahui bagaimana aktivitas berzakat dijalankan warga, sedang tujuan dengan menggunakan metode pengumpulan data survey terhadap 32 responden di 9 RT pada RW 02 Kelurahah Tebet Barat Jakarta Selatan, dibantu dengan wawancara mendalam serta studi literatur. Studi ini menggunakan analisa statistik SPSS dengan menggunakan tabel frekwuensi untuk menggambarkan secara rinci aktivitas berzakat yang dijalankan warga. Selanjutnya dengan menggunakan data survey dicoba dicari model Badan Amil Zakat seperti apa yang diinginkan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas berzakat yang dilakukan warga menunjukan bahwa zakat baru memiliki fungsi keagamaan semata. Penjelasan Al'Quran yang mewajibkan umat muslim yang memiliki kekayaan lebih dari cukup untuk membayar zakat dengan harapan bisa menciptakan keseimbanagn dibidang perekonomian tidak meresap dalam benak wajib zakat. Wajib zakat hanya sekedar menjalankan kewajiban dalam berzakat.
Zakat sebagai tindakan sosial muncul sebagai konsekwensi dari pilihan seseorang terhadap agama Islam. Zakat yang memiliki potensi untuk menjaga sistem sosial masyarakat agar tetap dalam keseimbangannya ternyata fungsinya terdomestikan oleh penghayatan ritual keagamaan. Dalam tradisi Fungsionalisme zakat hanya berfungsi menjaga tetap utuhnya sistem keagamaan, harapan Islam agar zakat mampu juga menjaga sistem sosial masyarakat tidak terpenuhi. Hal itu terjadi karena pesan zakat sudah tereduksi ditingkat pemahaman umat. Sementara menurut konsep tindakan rasionalnya Weber aktivitas berzakat umat muslim merupakan tindakan rasional yang berorintasi nilai. Dalam tipe tindakan Weber, bentuk tindakan semacam itu menunjukan bahwa aktivitas berzakat warga belum menunjukan tipe tindakan dari masyarakat yang sudah modern. Dimana masyarakat modern ditandai dengan tipe tindakan mayoritas berorientasi pada pencapaian tujuan.
Badan Amil Zakat yang sanggup memberikan jaminan akuntabilitas dan kepercayaan menjadi pilihan bagi Badan Amil Zakat yang dipercaya mengelola dana zakat. Karena belum ada yang dianggap memenuhi standar tersebut wajib zakat masih memilih membayarkan zakatnya langsung ke penerima maupun ke masjid.
Kebijakan perzakatan harus diarahkan pada upaya untuk membangun kesadaran tentang makna dari esensi zakat, sekaligus untuk memberikan jaminan kepercayaan kepada wajib zakat. Dengan jumlah warga muslim mayoritas kalau dana zakat bisa dimanfaatkan demi kepentingan kaum miskin, paling tidak ada satu meknisme yang bisa digunakan untuk mengatasi kemiskinan umat."
2003
T7065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library