Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pradita Sari
Abstrak :
Berdasarkan kriteria WHO, menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% anak Indonesia kurang gizi, 19,2% anak Indonesia mengalami gizi kurang dan 8,3% anak Indonesia mengalami gizi buruk. Salah satu asupan gizi yang diperlukan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak adalah kalsium. Kurangnya asupan kalsium pada anak-anak akan meningkatkan risiko rapuhnya tulang pada anak, sehingga anak tidak dapat mencapai pertumbuhan tulang secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi anak sekolah usia 10-12 tahun dan hubungannya dengan asupan kalsium dari makanan sebagai salah satu upaya pencegahan dan penanganan masalah gizi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data antopometri untuk mengetahui status gizi dan wawancara survei konsumsi makanan (FFQ) untuk mengetahui asupan kalsium serta subjek penelitian yang dipilih adalah 68 anak sekolah usia 10-12 tahun di SDN X, Kampung Serang, Bekasi. Persentil status gizi dan asupan kalsium dianalisis dengan menggunakan uji Fisher untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan kalsium dari makanan. Dari penelitian di dapatkan data bahwa responden yang memiliki gizi kurang sebanyak 51,5% (BB/U), 50% (TB/U) dan 22,1% (IMT/U). Hampir seluruh responden yaitu sebanyak 67 anak memiliki asupan kalsium dari makanan yang kurang. Berdasarkan uji Fisher didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan IMT/U dengan asupan kalsium dari makanan. ......Based on WHO criteria and Ministry of Health (2004), in 2003, there are about 27.5% Indonesian's children who lack of nutrition, 19.2% who suffer nutrition deficiency, and 8.3% who suffer malnutrition. One of the nutrition needed in the period of growing for children is calcium. The lack of calcium in children will increase the risk of bone fragility, so they can not reach the bone growth optimally. The objective of this research is to know the nutrition status in 10-12 years old-students and the relation with calcium intake from food as one of the way to prevent and handle the nutrition problem. This research uses cross sectional design. Data needed by this research are anthopometry data to know the nutrition status and also FFQ to know the calcium intake. The subjects of this research are 68 students between 10-12 years old in SDN X, Kampung Serang, Bekasi. Nutrition status percentile and calcium intake are analyzed by using Fischer test to know the relation between them. This research gets that respondents who lack of nutrition are about 51.5% (BB/U), 50% (TB/U), and 22.1% (IMT/U). Almost all respondents about 67 children, lack of calcium intake from food. Fischer test gets that there is no meaningful relationship between nutrition status by BB/U, TB/U, and IMT/U indicator with calcium intake from food.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farisa Milla Shabrina
Abstrak :
Kalsium merupakan zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan kalsium berdasarkan frekuensi konsumsi susu, frekuensi konsumsi sumber kalsium lain, preferensi rasa susu, kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan mengenai kalsium, dan uang saku. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan dilakukan pada 120 siswa SMP Islam PB Soedirman Jakarta Timur selama bulan April 2016. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan asupan kalsium diukur dengan wawancara food recall 2x24 jam. Data dianalisis dengan menggunakan uji t-test independent. Hasil penelitian ini menunjukkan 46% memiliki asupan kalsium kurang dengan rata-rata asupan kalsium 428± 340,3 mg. Analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan asupan kalsium yang signifikan berdasarkan frekuensi konsumsi susu, preferensi rasa susu, jenis kelamin, dan pengetahuan mengenai kalsium. ......Calcium plays a central role in human's growth. This research aims to explore and determine the differences of calcium intake based on milk consumption frequency, other calcium-rich foods sources frequency, milk-taste preferences, breakfast habit, physical activity, sex, calcium-related knowledge, and pocket money. This research adapts cross-sectional design with a total of 120 students of PB Soedirman Islamic Junior High School in West Jakarta during April 2016. Data was collected using questionnaire and food recall (2x24 hours) method to measure calcium intake. The data was analyzed using t-test independent test. The results showed that 46% of the students had calcium intake below 924 mg/day and the average calcium intake was 428±340.3 mg. Bivariate analysis results showed significant mean-difference of calcium intake based on milk consumption frequency, milk taste preference, sex, and calcium-related knowledge.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Nurul Aini
Abstrak :
ABSTRAK
Validitas dan reliabilitas semiquantitative FFQ dalam mengukur asupan kalsium masih banyak menjadi perdebatan karena tidak melakukan pengukuran kuantitatif secara langsung. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas pengukuran asupan kalsium menggunakan semiqauntitative FFQ dengan golden standard food weighing. Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2018 pada 54 Mahasiswa Gizi Universitas Indonesia yang dipilih dengan simple ramdom sampling. Validitas semiquantitative FFQ dalam mengukur kalsium dibandingkan dengan food weighing yang dilakukan selama dua hari, dan reliabilitas ditentukan dengan membandingkan asupan kalsium dua kali pengukuran menggunakan semiquantitative FFQ. Median asupan kalsium mahasiswa gizi Universits Indonesia berdasarkan semiquantitative FFQ median SD adalah 537 407,5 mg/hari. Sedangkan median asupan kalsium dari dua hari food weighing adalah 569 375,6 mg/hari. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan kalsium dari kedua metode P>0,05. koefisien korelasi asupan kalsium kedua metode sebesar r=0,42 dengan korelasi yang signifikan P=0,001. Analisis surrogate category menunjukan bahwa semiquantitative FFQ dapat membedakan asupan kalsium pada berbagai tingkat kuartil asupan ANOVA, P80 mulai dari cutoff asupan 800mg/hari. Namun spesifisitas dan negative predictive value tetap
ABSTRACT
Validity and reliability of semiquantitative FFQ still in debate because it is not directly measure the quantitative amount of food consume. This study was aim to evaluated the validity and reliability semiquantitative FFQ in measuring calcium intake compare with food weighing as golden standard. This study was cross sectional study conducted in April until Mei 2018 to 54 female Nutrition student of Universitas Indonesia mean aged 21 years old selected by simple random sampling. Reproducibility was tested by the difference between calcium intakes from the semiquantitative FFQ completed twice. While respondent reported 2 days food weighing to got the true usual calcium intake to compared with semiquantitative FFQ. Median calcium intake responden based on semiquantitatvie FFQ was Mean SD 537 407,5 mg day. While median calcium intake from 2 days food weighing was 569 375,6 mg day. There was no statictical different of calcium intake between two method. Coeficient correlation between two method was r 0,42 with significant correlation among them p 0,001. FFQ could discriminate calcium intake into some different level of intake ANOVA, P80 using cutoff calcium start from 800 mg day. But the specificity and negative predictive value could not reach that value in all the cutoff used 700,800,1000,1100 mg day. There was a significant diference between calcium intake between first and second administration of semiquantiative FFQ.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Risky Auliani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan beberapa faktor dan menentukan faktor yang paling dominan pada siswa SMAN 35 Jakarta. Pada penelitian ini, asupan kalsium merupakan variabel dependen, sedangkan frekuensi konsumsi SSBs, frekuensi konsumsi susu dan hasil olahannya, frekuensi konsumsi sumber kalsium jenis hewani, frekuensi konsumsi sumber kalsium jenis nabati, kebiasaan sarapan, jenis kelamin, pengetahuan gizi mengenai kalsium, uang jajan, tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu merupakan variabel independen. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross – sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2020 kepada kelas 10 dan 11 SMAN 35 Jakarta yang terpilih hasil dari random. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi – square, dan multivarat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 50% responden memiliki asupan kalsium rendah (<437mg/hari). Hasil juga menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi susu dan hasil olahannya, frekuensi sumber kalsium jenis hewani, frekuensi konsumsi sumber kalsium jenis nabati, dan uang jajan berhubungan dengan asupan kalsium pada remaja. Analisis multivariat menunjukkan frekuensi konsumsi susu dan hasil olahannya sebagai faktor dominan yang mempengaruhi asupan kalsium pada remaja. Disarankan untuk pihak sekolah untuk membuat kebijakan bagi kantin untuk menyediakan menu gizi seimbang dan institusi kesehatan untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan kalsium, konsumsi susu dan sumber kalsium lainnya kepada remaja. ......This study aims to determine factors relations with calcium intake and determine the dominant factor among student of SMAN 35 Jakarta. The dependent variable in this study is Calcium Intake and the independent variables are sugar sweetened beverages consumption frequency, milk and dairy products consumption frequency, vegetables sources of calcium consumption frequency, animal – type sources of calcium consumption frequency, breakfast habit, sex, calcium – related knowledge, pocket money, father’s education and mother’s education. This is a quantitative study with cross – sectional design. This study conducted in April 2020 to grade 10th and 11th at SMAN 35 Jakarta who were selected randomly. Data were collected through filling out online questionnaires. The data obtained were then analyzed by univariate, bivariate analysis using chi – square, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results show that 50% of the respondents had a low level of calcium intake (<437 mg/hari). The result also show the influence of milk and dairy products consumption frequency, vegetables sources of calcium consumption frequency, animal – type sources of calcium consumption frequency and pocket money related to calcium intake in adolescents. Multivariate analysis shows the influence of milk and dairy products consumption frequency as ad dominant factor influencing calcium intake among adolescents. Thus, it is recommended for the school to make the rule for canteen to provide “gizi seimbang” menu and the related health institution to provide education about the importance of calcium intake, milk and dairy products consumption frequency and others calcium – rich foods sources consumption frequency (vegetables – type and animal – type) for adolescents.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnawati Hustina Rachman
Abstrak :
ABSTRAK
Overweight and obesity is prevalent in both developed and developing countries in the past few years. Yet studies on the role of micronutrients, such as calcium, towards overweight and obesity is limited among children in developing countries. This study investigated the association between dietary calcium intake with the risks of overweight and obesity among preschool children aged 3 to 6 years. A case control study with 81 matching pairs by age, sex and school was conducted in 23 randomly selected preschools in East Jakarta. Cases (n=81) were overweight or obese children, whereas controls (n=81) were normal children. The total dietary calcium intake among the cases and controls was 1285 mg and 1006 mg per day, respectively. Milk was the main contributor of calcium intake for both groups. After adjusted for high energy and protein intake, introduction to formula milk < 6 months, high restriction, overweight and obese mothers, preference of sweet snacks, duration of breastfeeding < 6 months, and high pressure to eat, the risks of calcium intake towards overweight and obesity were not significantly different between case and control (Adjusted OR, 95% CI = 1.537, 0.57-4.16). Calcium intake was not associated with the risk of overweight and obesity among Indonesian preschool children. However, this finding needs to be confirmed with another larger population to detect positive association in obese and overweight group
ABSTRAK
Kelebihan berat badan (KBB) dan obesitas di negara maju maupun di negara berkembang telah meningkat drastis dalam kurun waktu yang relatif singkat. Namun studi mengenai peran mikronutrien, seperti kalsium, terhadap KBB dan obesitas masih kurang , terutama pada subjek anak-anak di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan kalsium dengan resiko KBB dan obesitas pada anak prasekolah usia 3 sampai 6 tahun di Jakarta. Desain kasus kontrol dengan matching untuk usia, jenis kelamin, dan sekolah dilakukan di 23 sekolah taman kanak-kanak yang dipilih secara acak. Sebanyak 81 pasang kasus kontrol dianalis. Kasus merupakan (n=81) anak dengan KBB dan obesitas, sedangkan kontrol merupakan anak normal. Total asupan kalsium pada kelompok kasus adalah 1285 mg dan 1006 mg per hari pada kontrol. Susu menyumbang asupan kalsium tertinggi untuk kedua kelompok. Setelah dikontrol dengan variabel perancu yakni, asupan energi dan protein, waktu memperkenalkan susu formula < 6 bulan, tinggi restriksi, ibu yang KBB dan obbesitas, preferensi terhadap makanan manis, durasi menyusui < 6 bulan, serta tinggi paksaan untuk makan, resiko asupan kalsium terhadap KBB dan obesitas tidak berbeda nyata dengan anak normal. Asupan kalsium tidak berhubungan dengan resiko KBB dan obesitas pada anak pra sekolah di Indonesia. Namun, penemuan ini perlu dikonfirmasi pada populasi yang lebih besar untuk mendeteksi asosiasi positif pada kelompok KBB dan obese.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clements
Abstrak :
Masa-masa awal kehidupan adalah fase krusial dimana sedang terjadi proses pertumbuhan, dan ketika proses ini terganggu dapat terjadi gangguan pertumbuhan. Salah satu bentuk gangguan pertumbuhan adalah stunting. Proses pertumbuhan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, dan salah satunya adalah asupan nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara asupan nutrisi yaitu kalsium dengan indikator tinggi badan terhadap usia (TB/U). Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Data didapat dari data sekunder penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 di beberapa RW di Jalan Kimia, Jakarta Pusat. Metode pengambilan data menggunakan pengukuran antropometri untuk tinggi badan dan food-frequency questionaire untuk pola asupan kalsium. Data yang didapat dianalisis dengan uji spearman menggunakan perangkat lunak SPSS versi 20. Dari penelitian ini didapatkan 15,7% subjek penelitian mengalami stunting, lebih dari 80% subjek penelitian memiliki asupan kalsium harian yang rendah, dan tidak ditemukan korelasi antara asupan kalsium dengan indikator TB/U. ...... Childhood is a crucial phase of life where the process of growth is ongoing, and when this process is interrupted, the end result will be a growth disorder. Stunting is an example of such a condition. The process of growth is influenced by numerous factors and one of them is nutrient intake. This research aimed to find out the correlation between the level of nutrient intake and height-for-age indicator. The nutrient discussed in this research is calcium. This research used a cross-sectional research design. Data of this research used a secondary data from a research conducted in 2011 in several RW on Jalan Kimia, Central Jakarta. The primary research used anthropometric measurements to obatain height data and food frequency questionaire to obtain the calcium intake patterns. Data that have been obtained then were analyzed with the Spearman test using SPSS version 20 software. This research conclude that 15.7% of the research subjects are stunted, over 80% of the research subjects had a low daily calcium intake and no correlation is found between daily calcium intake and the indicator of height-for-age.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Sendy Zulhita
Abstrak :
ABSTRACT
Asupan kalsium pada remaja berperan penting untuk memaksimalkan pertumbuhan massa tulang (peak bone mass). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan gizi), pola makan (frekuensi konsumsi susu, frekuensi konsumsi sumber kalsium lainnya dan frekuensi konsumsi soft drink), aktivitas fisik dan sosial ekonomi ( uang saku, pendidikan ayah, pendidikan ibu) dengan asupan kalsium pada siswa-siswi SMP Negeri 1 Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 160 siswa-siswi kelas 8 dan data dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebesar 97,5% siswa mempunyai asupan kalsium kurang dan rata-rata asupan kalsium siswa adalah 364,83mg± 296,6 atau 30,4% dari AKG 2013. Aktivitas fisik dan pendidikan ayah memiliki hubungan yang signifikan dengan asupan kalsium. Disarankan untuk pihak sekolah dan Pemerintah Kota Depok melalui instansi terkait memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan kalsium dan gizi seimbang serta mempromosikan untuk minum susu 2 kali setiap hari.
ABSTRACT
Calcium intake of adolescent has important roles in maximizing the growth of peak bone mass. Thus, this research aimed to determine the relation between the characteristics of individual factors (gender and nutrition knowledge), diet (frequency of milk consumption, frequency of consumption of other sources of calcium, and frequency of consumption of soft drinks), physical activity and socio-economic (pocket money, father's education, mother's education) with calcium intake of students in SMP Negeri 1 Depok (State Junior High School 1 of Depok City). This research used a cross-sectional design with a total sample of 160 students from class 8 and the data were analyzed by chi-square test. The results showed 97.5% of students had less calcium intake and the average calcium intake of students was 364,83mg± 296,6. Physical activity and father's education have significant association with calcium intake. Thus, it is recommended for the school and Depok City Government through relevant city agencies to provide education about the importance of calcium intake and balanced nutrition and promoted to drink milk two times in everyday.
2014
S55567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iftita Rakhma Ikrima
Abstrak :
Kalsium merupakan zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan sehingga perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan kalsium berdasarkan kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan konsumsi softdrink, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan tentang kalsium, uang saku, pendidikan ibu dan ayah serta konsumsi suplemen kalsium. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan pada 161 siswa SMA Negeri 2 Kota Depok selama bulan April 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner umum, kuesioner pengetahuan, kuesioner aktivitas fisik, dan asupan kalsium diukur dengan wawancara food recall 2x24 jam. Data dianalisis dan dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan 69,6% memiliki asupan kalsium kurang dengan rata-rata asupan kalsium 785,7 mg ± 295,82. Analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan asupan kalsium yang signifikan berdasarkan kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi susu, dan jenis kelamin. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan pihak sekolah dapat memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan kalsium, konsumsi susu, dan kebiasaan sarapan kepada siswanya. ...... Calcium is nutrient that has important roles in the growth. This research aimed to determine the differences of calcium intake based on breakfast habit, milk consumption, soft drink consumption, physical activity, sex, calcium knowledge, socio-economic (pocket money, mother and father's education), and calcium suplement consumption. This research used cross sectional design with a total sample of 161 students of Senoir High School 2 Depok during April 2015. Data collection was conducted using general questionairre, PAQ-A, and calcium intake was measured by 2x24 hours food recall. The data was analyzed using Chi Square test. The results showed that 69,6% of the students had calcium intake below 960 mg/day and the average calcium intake of students was 785,7 mg ± 295,82. Bivariate analyzes showed that there was significant diffference of calcium intake based on breakfast habit, milk consumption, and sex. Thus, it is recommended for the school to provide education about the important of calcium intake, milk consumption, and breakfast habit to the students to prevent calcium deficiency.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Salim S Alatas
Abstrak :
Status gizi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah asupan nutrien, baik makronutrien dan mikronutrien. Dalam penelitian ini, saya ingin mengetahui bagaimana tingkat status gizi dan hubungannya dengan asupan kalsium harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids. Penelitian ini menggunakaan desain cross sectional analitik. Data diambil pada 18 Oktober 2009 dengan jumlah repsonden sebesar 73 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat asupan kalsium harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids yang tergolong kurang sebanyak 64 responden (87,67%), normal sebanyak 8 responden (10,96%) dan tergolong lebih 1 orang (1,37%). Berdasarkan tingkat status gizi, sebanyak 35 responden (47,9%) memiliki status BB/U kurang, sebanyak 37 responden (50,7%) memiliki status BB/U baik dan sebanyak 1 responden (1,4%) memiliki status BB/U yang tergolong lebih. Sedangkan berdasarkan indikator TB/U, sebanyak 21 responden (28,8%) memiliki status TB/U kurang dan sebanyak 52 responden (71,2%) memiliki status TB/U baik. Berdasarakan BMI (BB/TB), sebanyak 27 responden (37%) memiliki status BMI kurang dan sebanyak 46 responden (63%) memiliki status BMI yang tergolong baik. Dengan menggunakan uji two-sample Kolmogorov-Smirnov test dan uji Fisher?s Exact Test, didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara status gizi berdasarkan BB/U (p=1,000), TB/U (p=1,000), dan BB/TB (p=1,000) dengan tingkat asupan kalsium harian. ......The nutritional status is influenced by many factors, such as the balanced intake of macronutrient and micronutrient. In this study, I would like to do research about the nutritional status level and its association with the calcium daily intake level at school aged children at Yayasan Kampung Kids. The design of this study was analytical cross sectional. This study was held on 18th October 2009 and involving about 73 respondent. The result showed that the number of students with low calcium daily intake level were 64 people (87,67%), with normal calcium daily intake level were 8 people (10,96%), and with high calcium daily intake level only 1 people (1,37%). According to the level of nutritional status (weight for age), children in Kampung Kids, there were 35 people (47,9%) categorized underweight, there were 37 people (50,7%) in normal range, and there was 1 people (1,4%) categorized overweight. In addition, according to the height for age status, there were 21 people (28,8%) categorized short stature but most of them ( 71,2%) were in normal range and for weight for height status (BMI), most of them also were in normal range (63%) and the less were categorized into underweight (37%). The data retrieved and then processed by using Two-sample Kolmogorov-Smirnov Test and Fisher?s Exact Test, which gave result that weren?t have significant correlation between nutritional status indicators (weight for age, p= 1,000), height for age (p=1,000), and weight for height (p=1,000) and the calcium daily intake level among school aged children at Yayasan Kampung Kids.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ika Wardhani
Abstrak :
ABSTRAK
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab kematian utama dengan prevalensi di Indonesia 7,2%. Penelitian observasional memperlihatkan asupan kalsium yang rendah berkorelasi dengan peningkatan beberapa faktor risiko dan kejadian PJK, namun di lain pihak, didapatkan hubungan suplemen kalsium dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat PJK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan kalsium dengan derajat stenosis berdasarkan skor Gensini. Metode penelitian adalah studi potong lintang pada 49 pasien PJK laki-laki berusia 19 sampai 65 tahun yang pertama kali angiografi koroner di Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) RSCM pada Juli sampai dengan November 2014. Asupan kalsium berdasarkan kuesioner FFQ dan kalsium dan albumin serum diperiksa sesaat sebelum dilakukan tindakan. Derajat stenosis dinyatakan dengan skor Gensini. Pada penelitian didapatkan median asupan kalsium 301,6 (93–1404) mg/hari dan tidak berkorelasi (r=0,13, p=0,37) dengan kadar kalsium terkoreksi (rerata=8,8+0,4 mg/dL). Rerata skor Gensini didapatkan sebesar 95,18 + 57,78. Asupan kalsium tidak berkorelasi dengan skor Gensini (r=- 0,04, p=0,77). Penelitian ini menyimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara asupan kalsium dengan derajat stenosis pada pasien PJK laki-laki dewasa, dengan kecenderungan korelasi negatif.
ABSTRACT
Coronary artery disease (CAD) is the leading cause of death, with its prevalence in Indonesia 7.2%. Observational evidence suggested that calcium intake was inversely associated with either some risks or event of CAD, but some others found association between calcium supplements with increasing trend in cardiovascular morbidity and mortality. This study proposed to investigate the association between calcium intake and severity of coronary artery disease (CAD) assessed by Gensini score. This cross sectional study enrolled 49 male patients from 19 to 65 years old who underwent their first angiography at Holistic Cardiac Care Centre Unit of Ciptomangunkusumo Hospital Indonesia from July to November 2014. Subjects were assessed using food frequency questionnaires to explore their historical intake of main food sources of calcium. Calcium and albumin level were performed immediately before angiography. Severity of CAD was assessed by Gensini Score. Association between calcium intake and Gensini Score were analyzed. From the study we found median calcium intake was 301,6 (93 – 1404) mg/day and did not have correlation (r=0,13, p=0,37) with corrected serum calcium (means=8,8+0,4 mg/dL). We found means of Gensini score was 95,18 + 57,78. We didn’t find any correlation between calcium intake with Gensini score (r=-0,04, p=0,77). We conclude that there was no correlation between calcium intake and severity of CAD, especially in male patients with CAD with negative tendency.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>