Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Dwi Wulandari
"Atop bangunan merupakan bagian teratas dari sebuah bangunan yang berfungsi sebagai naungan. Bangunan mempunyai fungsi untuk memwadahi aktivifas dari manusia sehingga dalam proses konsfruksinya harus mempertirnbangkan aspek seperti pemilihan rnaferial yang digunakan, dalam hal ini aiap sebagai elemen penfing dalam bangunan terutama menerima beban Terlebih dahulu baik beban maii dari beraf bangunan Tersebui, beban angin (beban norisonfal) dan beban hidup dari aldiviias atau kegiaian manusia didalamnya. Penggunaan material yang dibahas dalam penulisan ilmiah ini adalah kayu dan baja yang berpengaruh terhadap konstruksi clari bangunan. Penggerjaan afap Iebih sulit dibandingkan elemen siruktur Iain dalam bangunan, sehingga memerlukan ketelirian dan kefepafan uniuk Tiap hubungan yang diiunjukkan oleh perfemuan elemen-elemen pembeniuk kerangka itu sendiri.
Karakteristik dari tiap material juga memberikan persyaratan dan aspek pertimbangan untuk setiap konstruksi yang bisa dilakukan. Selain iiu untuk mengefahui sejauh mana keefisienan, kelebihan dan kekurangan dari penggunaan material kayu dan baja dengan karakteristik masing-masing yang dipunyai diperlihaikan dari pembahasan mengenai beban yang ierjadi pada afap, sifat masing-masing material, bentuk, kekuatan, claya Tahan, konsrruksi dan kemudahan pelaksanaan konstruksi. Benruk dari bangunan akan mempengaruhi penggerjaan konstruksinya, bentuk melengkung Iebih sulir dibanaingkan benfuk Iurus. Elemen penutup atap juga mempunyai peranan peniing dalam penenruan jenis konstruksi yang akan digunckon don jenis material yang dipilih uniuk penggerioon konstruksinycx korencm dengon pegnggunocm penutup atop yang berbedcl cukon memberikcln persyorcion berbedcx jugo dolcm penggerjocm konstruksinycl. Koyu memiliki kelebihon sifof olomi don ieksiur dibcmding bojo don sifclfnyo ycmg Iebih fohon [Gmc podo suhu tinggi dibondingkon kudo-kudc: bojo yang menggelioi setelcah Terbokor.
Woloupun mosih terdopoi kekurongon yang dimiliki koyu seperti cocci koyu don doyc iczhcm 'rerhodop cucxco. Jodi sefiop mcxieriol boik koyu don boio, horus diberikcm periokuon khusus sesuoi dengon korckteristiknyo musing-mosing dolcm konstruksi rongkcu atop dolom bonguncm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul Ramadhan
"Rumah susun sederhana atau Rusunawa merupakan cara pemerintah untuk mengatasi masalah lahan dan hunian yang tidak layak di Indonesia, dalam hal ini khususnya di DKI Jakarta. Walaupun pemerintah telah berupaya menyeselesaikan permasalahan yang ada namun muncul masalah baru yang dirasakan oleh penghuni Rusunawa seperti masalah Ekonomi, Sosial, hingga masalah lingkungan. Green roof yang dianggap memiliki banyak manfaat sehingga cukup ramai diperbincangkan dan diterapkan diberbagai bangunan baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Dalam penelitian ini ditemukan potensi penerapan green roof pada Rusunawa di Kota Jakarta. Manfaat ekonomi, sosial, lingkungan, hingga estetika dan desain yang bisa dirasakan dalam penerapan green roof pada Rusunawa. Walaupun terdapat hambatan dan tantangan dalam penerapan green roof yang harus dihadapi jika penerapannya dilakukan. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa potensi penerapan konsep atap hijau untuk menghadirkan berbagai kegiatan di Rusunawa dapat menjadi alternatif dalam mengatasi masalah yang ada.

Simple flats (Rusunawa) is a way for the government to overcome the lack of land and also inadequate housing in Indonesia, in this case especially in DKI Jakarta. Although the government has tried to resolve existing problems, new problems have been felt by residents of Rusunawa, such as economic, social, and environmental issues. A green roof is considered to have many benefits so it is quite widely discussed and applied in various buildings both in Indonesia and abroad.
In this study found the potential application of green roof on Rusunawa in Jakarta. The economic, social, environmental, to aesthetic and design benefits that can be felt in the application of green roof in Rusunawa. Although there are obstacles and challenges in applying green roof that must be faced if the application is done. The results of this writing indicate that the potential application of the concept of a green roof to present various activities in Rusunawa can be an alternative in overcoming existing problems."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkananda Salsabila Putri Moksen
"Kenaikan populasi tentunya juga akan mengalami peningkatan bangunan dan konstruksi. Sektor bangunan sendiri bertanggung jawab atas kurang lebih sepertiga dari total permintaan konsumsi energi yang dibutuhkan untuk menyediakan kondisi ruangan yang nyaman dengan sistem pemanas, pendingin, dan ventilasi. Penggunaan sistem pendingin udara yang berlebihan mengakibatkan adanya peningkatan konsumsi energi. Terlebih lagi untuk daerah tropis yang umumnya bersifat lebih hangat dan basah. Suhu dan kelembaban suatu ruangan kemudian bergantung kepada seberapa banyak panas yang masuk ke dalam ruangan (heat gain). Heat gain pada bangunan rumah kebanyakan berasal dari radiasi panas matahari yang masuk melalui atap. Heat gain dapat dikurangi salah satunya dengan teknik pendinginan pasif menggunakan Closed-Loop Pulsating Heat Pipe (CLPHP). Pada penelitian ini kinerja Sistem atap CLPHP diuji dengan menggunakan dua jenis fluida, air dan campuran air-etanol. Sistem atap CLPHP kemudian dibandingkan dengan kondisi ketika sistem atap tidak menggunakan CLPHP menggunakan metode eksperimen. Hasil dari eksperimen menunjukkan adanya penurunan suhu dari 34,1oC menjadi 30,4oC ketika sistem atap CLPHP dengan fluida campuran air-etanol digunakan. Sedangkan untuk sistem atap CLPHP dengan fluida air saja hanya mampu menurunkan suhu sampai 31,7oC. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan penggunaan CLPHP pada atap dapat meningkatkan kenyamanan termal pada ruang pemodelan dan kinerja CLPHP meningkat dengan menggunakan campuran fluida dengan titik didih lebih rendah dari air, yang dalam penelitian ini diwakili oleh penggunaan dari etanol.

The increase in population will also has an effect on an increase in buildings and construction. The buildings themselves are responsible for approximately one third of the total demand for energy consumption required to provide comfortable room conditions with heating, cooling and ventilation systems. Excessive use of air conditioning systems results in increased energy gain. Even more for the tropics which generally has warmer and wetter climate. The temperature and humidity of a room then depend on how much heat enters the room (heat gain). Heat gain in house buildings most often comes from solar heat radiation that enters through the roof. One of the ways to reduce heat gain is by using a passive cooling technique using a Closed-Loop Pulsating Heat Pipe (CLPHP). In this study, the performance of the CLPHP roofing system was tested using two types of fluids, water and a water-ethanol mixture. The CLPHP roof system was then compared with the condition when the roof system did not use CLPHP using the experimental method. The results of the experiment showed a decrease in temperature from 34.1oC to 30.4oC when the CLPHP roof system with a water-ethanol mixture was used. As for the CLPHP roof system with water fluid alone, it is only able to lower the temperature down to 31.7oC. Therefore, it can be said that overall, the use of CLPHP on the roof can increase thermal comfort in a modeling room and the performance of CLPHP is increase by using fluid mixture with lower boiling point than water, which in this study is represented by usage of ethanol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Maulana Rizanulhaq
"Penelitian ini membahas integrasi PLTS atap pada sebuah klaster perumahan baru yang terletak di dalam sebuah kawasan industri dengan interkoneksi terhadap PLTU eksisting 3 x 10 MW dan PLN. Kawasan perumahan disuplai dari salah satu penyulang pada gardu utama kawasan yang juga mensuplai kawasan perkantoran dengan pembebanan maksimum 1643 kW, rata-rata 1327,7 kW dan minimum 1004 kW, sedangkan kawasan industri disuplai dari penyulang terpisah. Studi ini membahas mengenai penentuan kapasitas, penentuan titik sambung dan penentuan konfigurasi PLTS atap. Kapasitas PLTS diambil dari beberapa pendekatan yaitu luasan atap, konfigurasi dan pembebanan sistem eksisting serta pedoman PLN sehingga dapat meminimalkan modifikasi yang diperlukan pada sistem eksisting. Pendekatan tersebut menghasilkan 2 alternatif kapasitas PLTS yaitu 2196 kWp dan 411,2 kWp.

This research discusses the integration of atap PLTS in a housing cluster located within an industrial area with interconnection of existing 3 x 10 MW steam power plants and PLN. The housing area is supplied from one feeder in the main substation of the area which also supplies perkantoran areas with a maximum loading of 1643 kW, an average of 1327.7 kW and a minimum of 1004 kW, while the industrial area is supplied from separate feeders. This study discusses the determination of capacity, the determination of the connection point and the determination of the configuration of PLTS systems. The PLTS plant capacity is taken from a number of approaches namely the extent of the roof area, configuration and loading of the existing system as well as the PLN guidelines so as to minimize the necessary modifications to the existing system. The approach resulted in 3 alternative capacities namely 2196 kWp and 411.2 kWp."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rahman
"Peningkatan temperatur global akibat pemanasan bumi berdampak secara langsung pada pengaturan temperatur dan komsumsi energi tahunan suatu gedung atau perumahan. Dampak komsumsi energi tahunan pada bangunan yang menggunaan atap tumbuhan dapat diamati melalui penelitian eksperimental ataupun mengunakan simulasi dinamik TRNSYS. Pada berbagai penelitian ditemukan bahwa penggunaan atap tumbuhan dapat mengendalikan fluktuasi temperatur atap dan selanjutnya mengurangi konsumsi energi tahunan suatu bangunan. Jika temperatur atap konvensional yang berwarna hitam bisa mencapai suhu 80°C maka dengan memakai atap tumbuhan temperatur atap bisa diturunkan hingga 27°C. Penelitian ini ditujukan untuk mengamati perilaku termo-hidrik dan konsumsi energi tahunan suatu bangunan apartemen terintegrasi. Hasil pengujian menggunakan TRNSYS17 pada bangunan apartemen yang beratap tumbuhan tipe ekstensif menunjukkan bahwa modifikasi nilai LAI (Leaf Area Index) antara 1,0 s/d 4,8 dan ketebalan tanah (Z) antara 0,177 s/d 0,3 m di periode 16-31 Juli 2010, dapat menurunkan temperatur atap hingga 18°C dan menghemat konsumsi energi hingga -13,9 kWh. Dibandingkan atap konvensional yang menghasilkan temperatur atap sebesar 47oC dan konsumsi energi rata-rata sebesar 20 kWh. Dari pengujian ini diperoleh juga bahwa bangunan yang menggunakan atap tumbuhan mengalami penurunan tingkat ketidaknyamanan sebesar 7.2 % dan penghematan energi sebesar 33,7% selama periode tersebut.

Increasing of global temperature because of earth warming effect also influence to internal building temperature and annually energy consumption of the building. The annually energy consumption of building with green roof can be calculated by experimental research or numerical method with TRNSYS. Many researches are fond that green roof will controlling fluctuation of roof temperature and reducing annually energy consumption of the building. In case of black roof without green roof, the roof temperature is 80°C and it is equal 27°C if we using green roof. The objective of this research is to explore a compartment thermo-hydraulic and annually energy consumption from integration building apartment. Result of this experimental (with green roof extensive type and with TRNSYS17) has to show that modification number of LAI (Leaf Area Index) from 1,0 until 4,8 and modification of substrate layer (Z) from 0,177 until 0,3 m can be reduce energy consumption and roof temperature became -13,9 kWh and 18°C on the summer period. Its compared from building without green roof, it found that is 47°C and 20 kWh are produce from roof temperature and annually energy consumption. In others result, we found that a building with green roof reduced 7,2 % of thermal comfort and 33,7 % of energy efficiency at the same period."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30044
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syauqi
"Indonesia sebagai Negara tropis memiliki potensi energi surya yang tinggi dengan radiasi harian rata-rata sebesar 4.5 kWh/m2/hari (Muhammad Bachtiar, 2006). Pembangunan PLTS atap pada gedung fasilitas kesehatan dapat dijadikan sebagai salah satu solusi guna membantu gedung agar dapat bekerja selama 24 jam melayani masyarakat. Penelitian dilakukan untuk mengetahui besar kapasitas PLTS atap beserta jumlah komponen-komponennya dan besar modal biaya yang diperlukan pada awal pendirian PLTS atap. Hasil dari simulasi menunjukkan bahwa sistem PLTS atap yang optimal untuk didirikan pada Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok memiliki kapasitas sebesar 9,28kW dengan produksi listrik tahunan mencapai 12.712kWh. Perincian komponen-komponen pada sistem yang dibangun antara lain, 30=3 modul PV dengan daya 300Wp, 22 baterai Li-ion 12V-100ah, 4.37kW konverter. Adapun lahan yang diperlukan untuk memasang modul PV seluas 64,03m2 derta modal yang dibutuhkan untuk membangun PLTS atap berkapasitas 9,28kW tersebut adalah senilai Rp223.229.232,10.

Indonesia as a tropical country has a high solar energy potential with an average daily irradiance of 4.5kWh/m2/day (Muhammad Bachtiar, 2006). The establishment of rooftop solar power plant on healthcare center can be considered as one of the solution to help the building work 24 hour a day to serve the people in need of medical assistance. This study conducted to determine the optimal rooftop solar power plant capacity along with the components and the amount of capital investment needed at the start of the rooftop solar power plant establishment. The result of the study shows that the optimal rooftop solar power plant system to be built at the Tanjung Priok Sud-district Healthcare Center has a capacity of 9,28kW with annual electricity production reaching 12.712kWh. Te details of the components needed for the system included 33 PV module with 300Wp capacity, 22 12V-100ah Li-ion batteries, and 4,37kW converter. The area of land required to install the PV modules is an area of 64,03m2 as well as the capital investment needed to build the 9,28kW rooftop solar power plant is worth IDR223.229.232,10."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arga Fransdika
"Struktur atap Jakarta International Stadium mempunyai ukuran 244m x 269m di ketinggian puncak 82m. Melakukan pekerjaan assembling pada ketinggian 70-80 meter di atas permukaan tidaklah mudah. Dengan metode konvensional diperlukan alat bantu perancah yang tinggi, tingkat kesulitan terkait kepresisian saat proses fit up, serta tingkat risiko yang tinggi dari segi keselamatan kerja. Dengan kondisi seperti itu, perlu inovasi metode proses pemasangan Atap Jakarta International Stadium yaitu menggunakan metode lifting dengan strand jack. Dimana dengan metode lifting ini, rangka atap dilakukan assembling di ground level lalu dilakukan lifting sampai elevasi rencana. Dari aspek keamanan dan mutu, lifting menggunakan strand jack lebih aman dilakukan karena lebih banyak pekerjaan dilakukan di bawah. Hal ini membuat sisi pengawasan dan pengendalian terhadap alat maupun pekerja lebih mudah dilakukan. Pekerjaan di bawah juga dapat meminimalisir faktor angin yang berdampak pada kenyamanan saat melakukan pekerjaan.Dari aspek waktu pelaksanaan pekerjaan struktur atap metode lifting menggunakan strand jack memerlukan waktu 486 hari. Hal ini lebih cepat jika dibandingkan dengan metode konvensional yang memerlukan waktu 1121 hari.

The roof structure of the Jakarta International Stadium measures 244m x 269m at the height of 82m. Assembling work at an elevation of 70-80 meters above ground: with the conventional method, a high level of scaffolding, the difficulty level is related to precision during the fit-up process and a high level of risk from the work safety perspective. With such conditions, it is necessary to innovate the method of installing the roof of the Jakarta International Stadium, namely using the lifting method with strand jacks. With this lifting method, the roof truss is assembled at ground level and lifted up to the planned elevation. From safety and quality, lifting using a strand jack is safer because more work is done below. It makes supervision and control of tools and workers easier to do. The work below can also minimize the wind factor, which impacts work comfort. From the time of carrying out the roof structure work, the lifting method using strand jacks takes 486 days. It is faster when compared to the conventional way, which takes 1121 days."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Firas Irfansyah Kurniawan
"

Indonesia sedang berusaha untuk meningkatkan penetrasi pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan tujuan untuk menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang saat ini masih menjadi pemeran utama dalam pembangkitan tenaga listrik di Indonesia. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi salah satu pembangkit listrik EBT yang mengalami tren positif dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di negara beriklim tropis seperti Indonesia. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Indonesia telah memasang target penggunaan pembangkit EBT sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan masalah keterbatasan lahan menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi ketercapaian target tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi polemik tersebut adalah dengan menerapkan sistem PLTS atap yang terinterkoneksi dengan jaringan distribusi. Namun, penetrasi PLTS atap pada jaringan distribusi dapat menimbulkan masalah krusial terkait kestabilan sistem akibat sifat intermitensi PLTS serta karakteristik PLTS yang tidak memiliki nilai inersia. Battery Energy Storage System (BESS) dapat digunakan sebagai ancillary services untuk mempertahankan kestabilan frekuensi dan tegangan pada jaringan distribusi dengan angka penetrasi PLTS atap yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konfigurasi kapasitas dan pengaturan droop pada BESS yang paling optimal agar suatu jaringan distribusi tegangan menengah, yang di dalamnya terdapat penetrasi PLTS atap, dapat mempertahankan kestabilannya saat terjadi gangguan peralihan berupa hilangnya seluruh daya pembangkitan dari PLTS atap. Penelitian ini dilakukan menggunakan kombinasi perangkat lunak DIgSILENT PowerFactory untuk menjalankan simulasi kestabilan (RMS/EMT) dan MATLAB untuk mengolah data hasil simulasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar angka penetrasi PLTS atap pada suatu jaringan distribusi tegangan menengah, akan membutuhkan kapasitas BESS optimum yang lebih besar untuk mempertahankan kestabilan saat terjadi gangguan peralihan, sedangkan BESS dengan nilai pengaturan droop yang lebih kecil, BESS dapat mempertahankan kestabilan pada sistem dan skenario yang sama, namun dengan kapasitas optimum yang lebih kecil.


Indonesia is on its way to increase the penetration of Renewable Energy Sources (RES) power plants in order to reduce carbon emissions produced by fossil fuel power plants, which still play a major role in Indonesia’s electricity generation. Solar Photovoltaic (PV) power plant is one of the Renewable Energy Sources (RES) power plants that is having a positive trend in recent years, especially in tropical countries such as Indonesia. According to Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Indonesia has set the target of RES power plants usage for 23% by 2025 and 31% by 2050. The population growth, accompanied by the land limitation problem, poses a significant challenge for Indonesia to achieve those targets. A solution that can be done to address this issue is by implementing rooftop PV power plants that are interconnected with the distribution network. However, the penetration of rooftop PV power plants can pose crucial issues related to the system’s stability due to its intermittency and its lack of inertia. Battery Energy Storage Systems (BESS) can be used as ancillary services to maintain the frequency and voltage stability in the distribution network with high penetration of rooftop PV power plants. This research aims to determine the optimum capacity and droop setting for BESS, in order to maintain the stability of a medium-voltage distribution network, which includes the penetration of rooftop PV power plants, during a transient disturbance such as complete loss of power generation from rooftop PV power plants in the system. This research is conducted by using a combination of DIgSILENT PowerFactory for running the stability (RMS/EMT) simulation, and MATLAB for processing simulation output data. The results obtained from this research show that a higher amount of rooftop PV power plants penetration in a medium-voltage distribution network will require a larger capacity of BESS to maintain the system’s stability during the transient disturbance. On the other hand, BESS with lower droop settings can maintain the stability of the same system and with the same scenario, with a smaller capacity.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Abimanyu Wihastomo
"Relief Karmmawibhangga memberikan penjelasan teoritis yang diilustrasikan dengan banyak contoh tentang cara kerja Hukum Sebab Akibat atau karma. Dari total 160 panil pada relief Karmmawibhangga didapati sebanyak 85 panil yang menggambarkan bangunan beratap kanopi. Setiap panil tersebut bukan hanya menggambarkan satu bangunan kanopi saja, melainkan juga menggambarkan dua bahkan tiga bangunan kanopi pada satu panil yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lebih lanjut mengenai representasi sosial dari masyarakat yang digambarkan pada relief Karmmawibhangga berdasarkan perbedaan bentuk atap kanopi. Metode penelitian dilakukan melalui tiga tahapan yaitu pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi. Atap kanopi pada relief Karmmawibhangga digambarkan dengan enam jenis bentuk, yaitu bentuk lonceng, pelana, perisai, datar, lengkung, dan siku. Bangunan kanopi tersebut juga disertai dengan penggambaran tokoh serta adegan yang berada di dalam dan di sekitar bangunan. Keterkaitan antara bentuk-bentuk atap kanopi, penggambaran tokoh, dan penggambaran adegan menghasilkan tentang setiap bentuk atap kanopi yang dapat merepresentasikan kedudukan sosial dari masyarakat yang tergambarkan pada relief Karmmawibangga.

The Karmmawibhangga relief provides a theoretical explanation illustrated with many examples about how the Law of Cause and Effect, or karma, works. Out of the total 160 panels in the Karmmawibhangga relief, 85 panels depict buildings with canopies. Each of these panels not only shows one canopy building but also depicts two or even three canopy buildings on the same panel. This research aims to obtain a further understanding of the social representation of the society depicted in the Karmmawibhangga relief based on the different shapes of canopy roofs. The research method was carried out in three stages: data collection, data analysis, and interpretation. The canopy roofs in the Karmmawibhangga relief are depicted in six types of shapes: bell, saddle, shield, flat, curved, and angular. These canopy buildings are also accompanied by depictions of characters and scenes in and around the buildings. The correlation between the shapes of the canopy roofs, the depiction of figures, and the depiction of scenes suggests that each form of canopy roof can represent the social status of the community depicted in the Karmmawibhangga relief."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fachry Abdul Razak Afifi
"Indonesia diberkahi dengan potensi besar sumber daya energi surya untuk pembangkit listrik tetapi, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemerintah Indonesia telah menaruh perhatian terhadap masalah ini dengan mempromosikan Pembakit Listrik Surya Atap (PLTS Atap) untuk rumah tangga. Namun, penting untuk memahami motivasi rumah tangga Indonesia dalam mengadopsi PLTS Atap, agar dapat meningkatkan penggunaan PLTS Atap.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan perilaku lingkungan yang terkait dengan penghematan listrik dan motif efek sebaya Peer Effect) pada keputusan rumah tangga untuk penerapan PLTS Atap. Menggunakan data primer yang dikumpulkan oleh penyedia survei online di lima kota besar di Indonesia, penelitian ini menggunakan model logit untuk mengetahui hubungan diantara variabel-variabel utama penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tangga yang menggunakan barang hemat energi, bergabung dengan komunitas lingkungan, dan memiliki rekan yang sudah memasang PLTS Atap memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk memasang PLTS Atap. Dengan demikian, pemerintah Indonesia dapat bekerja sama dengan komunitas lingkungan dan pemimpin lokal untuk mempromosikan penggunaan PLTS Atap sebagai pelopor penerapan teknologi PV.

Indonesia blesses with the massive potential of solar energy resources for electricity, yet it is not utilized maximumly. The government of Indonesia puts concern about this problem by promoting rooftop solar PV for the household. However, it is essential to understand what Indonesian household motivation in adopting technology is to promote the PV technology uptake successfully.
The purpose of this study is to explain the environmental behavior related to electricity saving and peer effect motives on household decisions for rooftop solar PV uptakes. Using primary data collected by an online survey provider in five major cities in Indonesia, this study uses the logit model to find out the association among those variables of interest.
The result shows that household using energy-efficient goods, joining an environmental community, and having a peer who already installs rooftop solar PV has a higher probability of installing rooftop solar PV. Thus, the government of Indonesia can work together with the environmental community and local leaders to promote rooftop solar PV adoption as pioneers in PV technology applications.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>